membunuh orang yang menjadi musuh sesegera mungkin di tempat. Cara berpikir seperti ini menurut Watsuji dalam Situmorang 1995:24 adalah suatu cara berpikir bushi yang
telah hidup di masyarakat semenjak zaman Kamakura.
2.2. Definisi Novel
Dalam arti luas novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan plot alur yang kompleks, karakter
yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam pula. Namun ukuran luas di sini juga tidak mutlak demikian, mungkin yang luas hanya salah satu unsur
fiksinya saja, misalnya temanya, sedang perspektif, setting dan lain-lainnya hanya satu saja.
Kata novel berasal dari bahasa Italia yang kemudian berkembang di Inggris dan Amerika Serikat.
Novel dapat dibagi menjadi tiga golongan, yakni novel percintaan, novel petualangan, dan novel fantasi.
Novel percintaan melibatkan peranan tokoh wanita dan pria secara imbang, bahkan kadang-kadang peranan wanita lebih dominan. Dalam jenis novel ini digarap
hampir semua tema, dan sebagian besar novel termasuk jenis ini. Novel petualangan sedikit sekali memasukkan peranan wanita. Jika wanita
disebut dalam novel jenis ini, maka penggambarannya hampir stereotip dan kurang berperan. Jenis novel petualangan adalah “bacaan kaum pria” karena tokoh-tokoh di
dalamnya pria dan dengan sendirinya melibatkan banyak masalah dunia lelaki yang tak ada hubungannya dengan wanita. Meskipun dalam jenis novel petualangan ini sering ada
Nelvita : Analisis Moralitas Bushido Dalam Novel Samurai Suzume No Kumo Karya Takashi Matsuoka, 2007 USU e-Repository © 2009
percintaan juga, namun hanya bersifat sampingan belaka. Artinya, novel itu tidak semata- mata berbicara persoalan cinta.
Novel fantasi bercerita tentang hal-hal yang tidak realistis dan serba tidak mungkin dilihat dari pengalaman sehari-hari. Novel jenis ini mempergunakan karakter
yang tidak realistis, setting dan plot yang juga tidak wajar untuk menyampaikan ide-ide penulisnya. Jenis novel ini mementingkan ide, konsep, dan, gagasan sastrawannya yang
hanya dapat jelas kalau diutarakan dalam bentuk cerita fantastik, artinya menyalahi hukum empiris, hukum pengalaman sehari-hari.
Penggolongan tadi merupakan penggolongan pokok saja, sehingga dalam praktek ketiga jenis novel tadi sering dijumpai dalam satu novel. Penggolongan jenis novel ini
dengan sendirinya hanya dapat dilakukan dengan melihat kecenderungan mana yang terdapat dalam sebuah novel, apakah lebih banyak percintaannya, petualangannya atau
fantasinya.
2.3. Definisi Semiotik