Kerangka Teori Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.

masyarakat bersangkutan untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya. Sikap moral yang sebenarnya disebut moralitas. Moralitas adalah sikap hati yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas terdapat apabila orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan karena ia mencari untung. Moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih. Hanya moralitas yang bernilai secara moral. Suseno,1987:58

1.4.2. Kerangka Teori

Sebuah karya sastra sesungguhnya merupakan suatu penafsiran atau pemikiran tentang kehidupan. Pengarang menciptakan karyanya sebagai pengungkapan dari apa yang telah dilaksanakan, disaksikan orang dalam kehidupan, apa yang telah dialami orang tentang kehidupan, apa yang telah direnungkan dan dirasakan orang mengenai segi-segi kehidupan yang paling menarik minat secara langsung. Secara umum, sastra terdiri atas jenis-jenis sastra yang amat bervariasi seperti misalnya drama, teater, puisi, roman, prosa, dan lain-lain. Salah satu hasil karya sastra berupa prosa ialah novel. Novel merupakan karya sastra yang berupa prosa fiktif dalam panjang tertentu yang memiliki unsur peristiwa, plot, tema, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Karya sastra memiliki berbagai cara dalam melestarikan kebudayaan, yang secara keseluruhan dilakukan melalui sarana bahasa. Jepang merupakan negara yang selalu berusaha untuk memelihara dan melestarikan kebudayaan bangsanya. Banyak sikap dan sifat orang Jepang yang berkaitan erat dengan nilai-nilai penting yang harus Nelvita : Analisis Moralitas Bushido Dalam Novel Samurai Suzume No Kumo Karya Takashi Matsuoka, 2007 USU e-Repository © 2009 dipertahankan di dalam kehidupan masyarakat Jepang. Salah satunya adalah bushido yang masih tetap ada dan dilaksanakan oleh masyarakat Jepang meskipun tidak sama seperti halnya samurai yang hidup di zamannya. Menurut Tsunetomo dalam Situmorang 1995 : 21, ciri khas bushido pada umumnya berupa moral pengabdian diri yang bersifat zettai teki mutlak pada masing- masing tuannya di daerah. Berdasarkan uraian di atas, dalam sebuah penelitian diperlukan suatu teori yang menjadi suatu acuan bagi penulis dalam menganalisis karya sastra tersebut. Oleh karena itu, penulis menggunakan teori semiotika di dalam menganalisis karya sastra ini. Hoed dalam Nurgiyantoro 1995 : 40 mengatakan bahwa semiotik adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain- lain. Tanda-tanda itu dapat berupa gerakan mata, bentuk tulisan , warna bendera, pakaian, karya seni : sastra, lukis, patung, fiksi, tari, musik, dan lain-lain yang berada di sekitar kehidupan kita. Atau secara umum semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Berdasarkan teori semiotik di atas, maka penulis menginterpretasikan kondisi dan sikap para tokoh ke dalam tanda. Tanda-tanda yang terdapat dalam sebuah novel akan diinterpretasikan dan kemudian akan dipilih bagian mana yang mencerminkan moralitas bushido. Selain menggunakan teori semiotika, penelitian ini juga menggunakan teori otonomi moral dari Immanuel Kant. Sikap moral yang sebenarnya adalah sikap otonom Nelvita : Analisis Moralitas Bushido Dalam Novel Samurai Suzume No Kumo Karya Takashi Matsuoka, 2007 USU e-Repository © 2009 dari kata Yunani, autos, sendiri. Otonomi moral berarti bahwa manusia menaati kewajibannya karena ia sendiri sadar. Jadi dalam memenuhi kewajibannya ia sebenarnya taat pada dirinya sendiri. Otonomi moral tidak berarti bahwa manusia menolak untuk menerima hukum yang dipasang orang lain, melainkan bahwa ketaatan kalau memang dituntut dilaksanakan karena manusia itu sendiri insaf. Manusia hidup dalam masyarakat bersama orang lain. Juga kerendahan hati untuk menerima bahwa kita menjadi bagian masyarakat dan bersedia untuk hidup sesuai aturan-aturannya.Suseno,1987:45 Inti penghayatan moralitas yang sebenarnya ialah bahwa manusia melakukan kewajiban bukan karena dibebankan dari luar, melainkan karena manusia itu sendiri menayadarinya sebagai sesuatu yang bernilai dan sebagai tanggung jawab. Ia tidak tunduk secara buta terhadap suatu hukum yang ditimpakan kepadanya, melainkan karena ia sendiri menyetujui dan menghendakinya. Maka dalam menjalankan kewajiban ia tidak merasa merendahkan diri. Meskipun barangkali terasa berat, tetapi ia menyadarinya sebagai wajar dan perlu. Manusia bermoralitas otonom melakukan kewajiban dan tanggung jawabnya bukan karena takut atau merasa tertekan, melainkan karena ia sendiri sadar, jadi menyadari nilai dan makna serta perlunya kewajiban dan tanggung jawab itu. 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian