BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Karya sastra adalah rekaman peristiwa-peristiwa kebudayaan. Sastra dan kebudayaan memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat, manusia sebagai
fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural. Kebudayaan bersifat universal. Artinya kebudayaan dimiliki oleh tiap bangsa di dunia ini. Setiap bangsa memiliki kebudayaan
yang berbeda-beda. Jepang merupakan salah satu negara di dunia yang selalu berusaha
memelihara dan melestarikan kebudayaan bangsanya. Bangsa Jepang dikenal sebagai bangsa yang mampu mengambil dan menarik manfaat dari hasil budi daya bangsa lain
tanpa mengorbankan kepribadian sendiri. Selain itu juga sifat bangsa Jepang menunjukkan naluri yang sangat kuat untuk menjamin kelangsungan hidupnya dan
meneruskan nilai-nilai budaya bangsanya. Kebudayaan menurut Tylor dalam Ratna 2005 : 5 adalah keseluruhan
aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, adat-istiadat, moral, dan lain-lain. Suseno dalam Situmorang 1995 : 2 mengatakan bahwa moral adalah suatu
pengukur apa yang baik dan apa yang buruk dalam kehidupan suatu masyarakat, sedangkan moralitas atau etika adalah keseluruhan norma dan penilaian yang digunakan
masyarakat bersangkutan untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya.
Nelvita : Analisis Moralitas Bushido Dalam Novel Samurai Suzume No Kumo Karya Takashi Matsuoka, 2007 USU e-Repository © 2009
Namun, tak jarang pengertian baik buruk itu sendiri dalam hal-hal tertentu bersifat relatif. Artinya suatu hal yang dipandang baik oleh orang yang satu atau bangsa
pada umumnya, belum tentu sama bagi orang yang lain, atau bangsa yang lain. Pandangan seseorang tentang moral, nilai-nilai, dan kecenderungan-kecenderungan,
biasanya dipengaruhi oleh pandangan hidup bangsanya. Pandangan tentang moral, nilai- nilai bangsa Jepang merupakan hasil dari pencampuran antara agama yang berakar kuat
dengan budaya yang berlangsung sejak dahulu. Hal ini salah satunya dapat dilihat jelas dalam moralitas bushido pada
masyarakat Jepang. Bushi yang disebut juga samurai merupakan golongan masyarakat atas yang bertugas untuk melindungi dan mengabdi pada tuannya, yang secara tidak
langsung bushi akan bergantung pada tuannya. Kelahiran bushi sangat berkaitan erat dengan feodalisme di Jepang.
Pada awalnya bushi adalah kelompok bersenjata yang mengabdi pada tuannya kizoku
keluarga bangsawan dalam mempertahankan eksistensi shoen dan dozoku tuannya Situmorang, 1995 : 11. Sebagai landasan moral para bushi tersebut,
diciptakanlah sebuah susunan peraturan tertentu yang disebut bushido jalan hidup bushi
. Bushido dipengaruhi oleh ajaran Zen dan Konfusionis. Menurut Suryohadiprodjo 1981:31, bushido adalah suatu kode etik kaum
samurai yang tumbuh sejak terbentuknya samurai. Sumbernya adalah pelajaran agama Buddha, khususnya ajaran Zen, dan Shinto. Bushido mengandung keharusan samurai
untuk senantiasa memperhatikan : 1 kejujuran, 2 keberanian, 3 kemurahan hati, 4 kesopanan, 5 kesungguhan, 6 kehormatan harga diri, dan 7 kesetiaan.
Nelvita : Analisis Moralitas Bushido Dalam Novel Samurai Suzume No Kumo Karya Takashi Matsuoka, 2007 USU e-Repository © 2009
Menurut Tsunetomo dalam Situmorang 1995 : 21 ciri khas bushido pada umumnya berupa moral pengabdian diri yang bersifat zettai teki mutlak pada masing-
masing tuannya di daerah. Gejalanya paling jelas dapat dilihat pada perilaku junshi bunuh diri mengikuti kematian tuan dan perilaku adauchi mewujudkan balas dendam
tuan yang sering dilakukan anak buah sebagai tanda pengabdian kepada tuannya. Watsuji
dalam Situmorang 1995 : 21 mengatakan penyebab yang mendorong pengikut yang dekat dengan tuan melakukan junshi dan adauchi adalah
karena di dalam ie terjadi jalinan hubungan yang sangat erat antara tuan dan anak buah. Karena itu anak buah berpikiran bahwa segala sesuatu yang diterimanya selama hidup
merupakan on budi dari tuan, yang harus dibayar dengan chu penghormatan terhadap tuan, yang diwujudkan dengan giri balas budi.
On adalah konsep kebaikan seseorang yang berkedudukan lebih terhormat
memberikan bantuan kepada orang lain. Gimu adalah konsep pembalasan kebaikan setulus hati. Bahwa kebaikan yang telah diterima tersebut harus dibalas tanpa
memikirkan untung rugi. Di dalam masyarakat bushi, hal ini diartikan mulai dari rasa terima kasih sampai melakukan adauchi dan junshi. Sedangkan chu adalah konsep balas
budi dari pengikut terhadap tuan Situmorang, 1995 : 66. Konsep-konsep moralitas tersebut dapat dikatakan sebagai konsep budaya
terhutang yang lahir dari peringatan-peringatan atas rasa malu, dasar pemikiran bahwa rasa malu bisa dihilangkan dengan cara melunasi hutang Situmorang, 1995 : 67.
Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa moralitas bushido merupakan suatu budaya yang khas dan tidak dimiliki bangsa lain dan merupakan budaya yang unik
untuk dipahami dan dipelajari. Kekhasan dan keunikan budaya ini dapat juga dilihat dari
Nelvita : Analisis Moralitas Bushido Dalam Novel Samurai Suzume No Kumo Karya Takashi Matsuoka, 2007 USU e-Repository © 2009
kehidupan nyata, dapat diekspresikan atau diungkapkan dalam bentuk karya sastra yaitu novel. Moralitas bushido ini banyak ditemukan di dalam novel Samurai Suzume no
Kumo karya Takashi Matsuoka. Pada penelitian kali ini, penulis akan menganalisis salah satu kebudayaan
Jepang, yaitu moralitas bushido melalui salah satu judul novel terjemahan yang berjudul Samurai Suzume no Kumo karya Takashi Matsuoka. Sejak kecil Matsuoka sudah bercita-
cita menjadi penulis, mengikuti jejak sang ayah, seorang reporter surat kabar di Hawaii. Takashi Matsuoka sempat bekerja di kuil Buddha Zen yang melatarbelakangi mengapa
ia dapat menggambarkan kehidupan spiritual penganut Zen dalam bukunya. Novel Samurai Suzume no Kumo menceritakan tentang kisah hidup Genji
Okumichi, seorang daimyo Akaoka yang memiliki pemikiran moderat untuk menerima masuknya bangsa asing ke Jepang. Bushido yang sangat diagung-agungkan itu harus
ditinggalkan, digantikan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari barat. Sikap Genji ini dinilai sangat kontroversial dan kurang ajar oleh kelompok bangsawan dan
generasi tua yang sangat mencintai tradisi samurai. Novel ini banyak mendapatkan pujian dan merupakan novel yang menarik karena memiliki alur cerita yang melampaui masa
lalu dan masa depan. Dalam novel Samurai ini banyak terdapat moralitas bushido yang muncul
pada tokoh-tokoh Samurai yang dapat dijadikan wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembacanya. Perwujudan moralitas bushido ini menarik penulis untuk
mengangkat tema moralitas bushido dengan bahan rujukan yaitu novel Samurai Suzume no Kumo dengan judul “ANALISIS MORALITAS BUSHIDO DALAM NOVEL
SAMURAI SUZUME NO KUMO KARYA TAKASHI MATSUOKA”.
Nelvita : Analisis Moralitas Bushido Dalam Novel Samurai Suzume No Kumo Karya Takashi Matsuoka, 2007 USU e-Repository © 2009
1.2. Perumusan Masalah