Pengertian Shalat dan Tata cara pelaksanaan Shalat

21 Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Adz-Zariat: 56 Juga firman Allah: ⌧ Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. An-Nisa’: 36 Secara istilah ibadah terdapat beberapa pengertian diantaranya: 1. Berhidmat kepada Allah, melakukan segala sesuatu yang diridhai-Nya, taat kepada-Nya 2. Melakukan segala sesuatu yang disukai Allah, diridhai-Nya, baik perkataan, perbuatan, lahir dan batin. 3. Tafakkur kepada Allah, yaitu memperhatikan kebesaran Allah, memperhatikan ni’mat-Nya yang terdapat di alam ini. 4. Melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan Allah SWT dalam: syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji rukun Islam. 25 Dari uraian di atas dapat dipahami, disiplin beribadah berarti ketertiban, keteraturan, ketaatan dalam beribadah serta menyempurnakan ibadah dengan melaksanakan segala peraturan yang berlaku.

D. Pengertian Shalat dan Tata cara pelaksanaan Shalat

Shalat adalah perintah dalam Islam sesudah pengucapan dua kalimat syahadat atau dengan kata lain sebagai rukun Islam ke-2. Shalat juga memiliki kedudukan tertinggi diantara ibadah-ibadah lainnya, bahkan kedudukan tertinggi dalam Islam yang tak tertandingi oleh ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama, ketika seorang muslim mendirikan shalat berarti ia telah mendirikan tiang agama. Tetapi ketika seorang muslim meninggalkan 22 shalat, berarti ia telah menghancurkan agama. Diantara firman Allah swt mengenai ibadah shalat adalah sebagaimana yang tertera di dalam Alquran surat An-Nisa ayat 103, yaitu: ☺ ☺ ☺ ⌧ ☺ Artinya: “ Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu sebagaimana biasa. Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” Hadits Nabi SAW ةﻼﱠﺼﻟا دﺎﻤﻋ ﻦْﻳﱢﺪﻟا “shalat itu tiangnya agama” Pilar seluruh agama adalah shalat, yang merupakan konsekuensi dari iman, karena iman yang sesungguhnya adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan melaksanakan dengan perbuatan,dan secara umum tidak ada satupun syariat samawi yang lepas dari ritual ubudiyah yaitu hubungan dalam bentuk ibadah seorang hamba terhadap tuhannya. Secara etimology, shalat berarti do’a yaitu sebuah ungkapan permohonan dan harapan yang diucapkan seseorang terhadap yang dituju. Adapun pengertian shalat secara terminology syar’i adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang dibuka dengan niat tertentu dan takbir serta diakhiri dengan salam,dan Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar ketika shalat memperhatikan beberapa hal yang harus dilaksanakan agar shalat itu menjadi syah dan diterima oleh Allah swt yakni syarat dan rukun-rukunnya karena pelaksanaan ibadah ini 25 Zurinal Aminuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: lembaga Penelitian UIN, 2008. h. 26-27 23 tidak bisa lepas dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sebagaimana telah dijelskan di dalam kitab suci al-quran, al-hadits, ijma’ maupun qiyas. 26 Secara garis besarnya, shalat terbagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. Shalat wajib Pengertian shalat wajib dalam agama Islam adalah shalat yang harus dilakukan oleh setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan jika telah aqil baligh dan hukumnya wajib, apabila ibadah ini dilaksanakan sesuai dengan ketentuannya maka mendapat ganjaran atau pahala dari Allah swt tetapi bila ditinggalkan mendapat dosa. Yang dimaksud shalat wajib adalah shalat lima waktu sehari semalam terdiri dari subuh 2 raka’at, dhuhur 4 raka’at, ashar 4 raka’at, maghrib 3 raka’at, dan isya 4 raka’at, jumlah keseluruhan adalah 17 raka’at.Adapun yang membedakan antara satu shalat dengan shalat lainnya adalah dalam hal niat dan jumlah raka’at saja sesuai dengan aturannya yang bersifat tetap dan mutlak 2. Shalat sunnah Selain shalat wajib lima waktu, dalam agama Islam ada juga shalat yang sifatnya sunnah yaitu shalat yang apabila dilaksanakan mendapat ganjaran atau pahala tetapi apabila tidak dilaksanakan tidak mendapat dosa, dan pada dasarnya semua shalat sunnah tidak mengikat. Contoh shalat sunnah: shalat rawatib,Tarawih,Tahiyatul masjid, dan sebagainya. Bila kita memperhatikan keadaan masyarakat di sekitar kita maka nampaklah suatu realitas yang menyedihkan yaitu fenomena masyarakat yang beramai-ramai hilir-mudik dikala adzan berkumandang dengan tetap melaksanakan aktifitas tanpa merasa bersalah seakan-akan adzan bukan panggilan untuk menghadap Allah. Kenyataan seperti ini nampak terasa 26 DR. Shalih bin Ghanim as-Sadlan, Fiqh Shalat Berjama’ah, Jakarta : Pusaka as Sunnah, 2006, cet ke-1.h 27 24 khususnya pada waktu adzan maghrib berkumandang dikala pergantian siang dengan malam yang seharusnya diisi dengan ibadah kepada Allah. Selain ketika shalat maghrib, fenomena yang nampak juga adalah ketika datang waktu shalat jum’at yang notabene merupakan ibadah wajib yang tidak boleh diabaikan. Mereka terang-terangan tidak melaksanakan shalat, tidak mau beribadah kepada Allah swt yang telah memberikan kekuatan serta ni’mat yang sangat berlimpah. Mereka tidak menghiraukan shalat dan ibadah-ibadah yang lain. Padahal cara pelaksanaan shalat itu bermacam- macam, bisa dilaksanakan sendiri munfarid ataupun bersama orang lain berjama’ah, dengan demikian adanya dua cara pelaksanaan shalat secara tekhnis lebih memudahkan dalam beribadah. Shalat berjama’ah ialah shalat yang dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua orang, seorang berperan menjadi imam dengan posisi berada di depan, dan seorang lagi menjadi makmum dengan posisi di belakang imam. Adapun pahala bagi orang yang melaksanakan shalat berjama’ah lebih besar daripada yang melaksanakan shalat sendiri, yaitu 27 derajat sedangkan yang shalat sendiri hanya satu derajat. 27 Shalat munfarid atau shalat sendiri adalah shalat yang dilaksanakan secara sendiri oleh masing-masing individu. Bagi perempuan lebih baik melaksanakan shalat di rumah secara individu, sedangkan bagi laki-laki di masjid secara berjama’ah.

E. Sebab-sebab tidak melaksanakan shalat