Pengertian Efektifitas DESKRIPTIF TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II DESKRIPTIF TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Pengertian Efektifitas

Di dalam ensiklopedia Indonesia kata efektifitas berarti “menunjukkan tercapainya suatu tujuan, suatau usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai tujuannya”. 5 Sedangkan dalam ensiklopedia administrasi, kata efektifitas adalah “ suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki”. 6 Dalam kamus lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris karangan Prof. Drs. S. Wojo Wasito dan Drs. Tito Wasito W. Effective adalah berhasil, berarti mencapai tujuannya. 7 Dengan demikian berarti efektifitas Pendidikan Agama Islam adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran Agama Islam dalam meningkatkan disiplin beribadah shalat lima waktu. Dalam dunia pendidikan efektifitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu: segi efektifitas guru dan segi efektifitas murid. Efektifitas mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik, sedangkan efektifitas belajar murid terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui 5 Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, Jakarta : Ichtiar Baru- Van Hoeve. Jilid 2, h. 883 6 Panata Wasna ed, Ensiklopedia Administrasi, Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989, h. 126 7 S . Wojo Wasito Tito Wasito W, Kamus Lengkap Inggeris-Indonesia, Indonesia- Inggeris, Bandung : Hasta, 1980 , cet ke-15, h. 49 5 6 kegiatan-kegiatan yang telah ditempuh. 8 Sedangkan ditinjau dari jangka waktu, indikator efektifitas terbagi menjadi tiga, yaitu: • Efektifitas jangka pendek, meliputi efisiensi eficiencty dan kepuasan satisfaction • Efektifitas jangka menengah, meliputi kemampuan menyesuaikan diri Adaptiveness dan mengembangkan diri development • Efektifitas jangka panjang, keberlangsungan Indikator ibadah meliputi sholat sembahyang, berdoa sendiri, berdoa bersama, upacara sucisakral selain ibadah rutin. Dimensi ini diukur dengan item- item: 1 frekuensi pergi sembahyang ke tempat ibadah masjid, gereja, pura, vihara, klenteng; 2 frekuensi mengikuti kegiatan keagamaan di rumah 3 frekuensi berdoa sendiri setiap hari sesuai ajaran agama; 4 keagamaan zakatsepersepuluhandana puniadana amaldana paramitha; 6 frekuensi mengikuti upaca sucisakral selain ibadah rutin sholatsembahyangkebaktian mingguanPuja TrisandhyaNamaskara? Indikator komitman meliputi kecintaan terhadap Kitab Suci, perasaaan bersalahberdosa saat tidak menjalankan perintah agama, bantuan keuangan, bantuan tenaga, keterlibatan dalam kegiatan kema-nusiaan, dan membangun semangat persaudaran seagama. Dimensi ini diukur dengan item-item: 1 intensitas menjadikan Kitab Suci sebagai pedoman hidup sesuai perintah agama; 2 frekuensi bertindak sesuai dengan ajaranperintah agama; 3 frekuensi melanggar kewajiban perintah agama dalam kehidupan sehari-hari; 4 frekuensi menyumbang dana untuk kegiatan keagamaan yang diadakan di rumahtempat ibadah masjid, gereja, pura, vihara, dan klenteng atau organisasi keagamaan; 5 frekuensi keterlibatan sebagai panitia kegiatan keagamaan yang diadakan oleh rumahtempat ibadahorganisasi keagamaan; 6 keterlibatan dalam kegiatan kemanusiaanbakti sosial membantu korban bencana alam, atau orang kurang mampu; 7 frekuensi keikutsertaan dalam kegiatan membangun kelompok 8 Madya Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, Semarang : Effar Offset, 1990 , cet ke- 7 persaudaraan seagama 9 . B. Pendidikan 1. Pendidikan Agama Islam Menurut undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal satu menyatakan bahwa “ pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 10 Menurut Drs. Ahmad D. Marimba “Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. 11 Menurut Zakiyah Darajat “ Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan usaha terhadap anak agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup way of life. 12 Selain itu Oemar Muhammad al-Toumy al-Saebani menyatakan bahwa “Pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu yang dilandasi oleh nilai- nilai Islam dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan”. 13 1,h. 63 9 www.google.com , 14092010 10 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 , cet ke-6, h.4 11 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : PT. Al- Ma’arif, 1992 , cet ke-8, h. 9 12 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1996, cet ke-8, h. 86 8 2. Batasan Pendidikan Islam Untuk mempermudah pembahasan-pembahasan mengenai pendidikan Islam maka harus ada batsan-batasan yang jelas, dan secara garis besarnya pendidikan Islam mempunyai batasan-batasan yang terbagi menjadi 2 dua bagian, yaitu batasan yang sempit dan batasan luas terbatas. Batasan yang sempit adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal madrasahsekolah. Dalam batasan sempit ini pendidikan Islam muncul dalam bentuk sistem yang lengkap dan sistematis. Sedangkan yang dimaskud dengan batasan luas terbatas adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan di lembaga pendidikan formal sekolah dan non-formal masyarakat dan in-formal keluarga dan dilaksanakan sepanjang hayat, dalam rangka mempersiapkan peserta didik agar berperan dalam berbagai kehidupan. Pendidikan dalam pengertian yang sempit sudah mempunyai sistem namun sistem tersebut terutama di lembaga pendidikan non-formal dan in-formal tidak begitu terikat secara secara ketat dengan peraturan yang berlaku. Karakteristik pendidikan dalam arti luas terbatas adalah: 1 masa pendidikan sepanjang hayat namun kegiatan pendidikan ternbatas pada waktu tertentu, 2 lingkungan pendidikan juga terbatas, 3 bentuk kegiatan pendidikan berbentuk pendidikan, pengajaran dan latihan, 4 dan tujuan pendidikan merupakan kombinasi antara pengembangan potensi peserta didik dengan sosial demand. 14 13 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2006, cet ke-2, h. 9 14 Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008 , cet ke-7, h. 18 9 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan pendidikan agama Islam secara umum adalah meningkatkan keimanan, pemahaman, pengamalan peserta didik tentang agama islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, dan bertakwa kepada Allah swt serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 15 Adapun menurut Dr. Zakiyah Darajat tujuan pendidikan Islam adalah kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam islam disebut “mutaqun”. Karena itu pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertakwa”. 16 Selain itu dalam kurikulum 1994 disebutkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam di sekolah umum adalah : “Meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama Islam dan bertakwa kepada Allah swt, serta berakhlaq mulia, dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi”. 17 Dari perumusan di atas dapat dikembangkan penafsiran sebagai berikut : diharapkan para siswa mampu memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam. 4. Dasar Pendidikan Agama Islam Setelah penulis membahas tujuan pendidikan agama Islam, selanjutnya yang akan penulis bahas adalah dasar dari pendidikan agama Islam itu sendiri, menurut A.D Marimba : “Dasar-dasar Pendidikan agama Islam adalah semua ketentuan dan ajaran yang berasal dari firman Allah swt dan sunnah Rasul- Nya”. 18 15 Muhaimin, M.A, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001, h. 3-4 16 Zakiyah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi, 1983, h. 60 17 Mastuhu, Memberdayakan System Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999, cet ke-2, h. 87-88 18 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : PT. Al- Ma’arif, 1980, cet ke-4, h.41 10 Dalam perkembangan selanjutnya dasar Pendidikan Islam dapat dibagi kepada tiga kategori yaitu 1 dasar pokok, 2 dasar tambahan, dan 3 dan dasar operasional. a. Dasar Pokok 1 Alquran Dasar pokok adalah dasar yang utama sebagai acuan atau referensi dalam menyikapi suatu hal sebelum mengacu kepada sumber lainnya. Dalam agama Islam al-quran merupakan dasar pokok yang tak terbantahkan karena ia merupakan kitab suci sekaligus pedoman hidup dalam semua sendi kehidupan. Adapun mengenai definisi Alquran itu sendiri terdapat beberapa pendapat yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah Abdul Wahab Khallaf. Beliau mendefinisikan kitab suci Alquran sebagai berikut: “ Kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada hati Rasulullah Muhammad saw anak Abdullah dengan lafaz Bahasa Arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan penunjuknya serta beribadah membacanya”. Definisi yang hampir serupa menurut jumhur ulama mengenai Alquran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw yang pembacaannya merupakan suatu ibadah. Nabi Muhammad saw sebagai pendidik pertama pada masa awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Alquran sebagai dasar pendidikan Islam dan menjadikannya pedoman atau tuntunan bagi seluruh umat Islam disamping sunnah beliau sendiri. Dengan kata lain Alquran menjadi rujukan utama dalam menjalankan pendidikan agama Islam alam semua asfek kehidupan baik urusan duniawi mapun ukhrawi. 11 Mengenai fungsi utama Alquran, Allah SWT menjelaskan di dalam firman-Nya yang berbunyi: Artinya: “Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab Al Quran ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” Q.S. AL-Nahl : 64 Jika kita menela’ah ayat tersebut maka minimal ada tiga fungsi utama kitab suci Alquran, yaitu : a Penjelas Diantara keistimewaan Alquran adalah adanya penjelasan- penjelasan yang menjawab berbagai persoalan menyangkut kehidupan manusia, dengan keistimewaan tersebut Alquran memecahkan problem kemanusiaan dalam berbagai segi kehidupan, baik rohani, jasmani, sosial, ekonomi, maupun politik dengan penjelasan dan pemecahan yang bijaksana karena ia diturunkan oleh yang Maha bijaksana dan Maha Terpuji. Pada setiap problem itu Alquran meletakkan sentuhannya yang mujarab dengan dasar-dasar yang umum yang dapat dijadikan landasan untuk langkah-langkah manusia dan yang sesuai pula buat semua zaman. Dengan demikian Alquran selalu memperoleh kelayakannya di setiap waktu dan tempat karena Islam adalah agama yang abadi. b Petunjuk Alquran berisi petunjuk-petunjuk yang nyata bagi umat manusia yang membimbing mereka ke jalan yang lurus supaya tidak tersesat di jalan yang salah, maka kaum muslimin sendirilah yang membangun dan menggunkan obor sebagai penerang di 12 tengah-tengah gelapnnya sistem-sistem dan prinsip prinsip lain. Mereka harus menjauhkan diri dari segala kegemerlapan yang palsu, mereka harus membmbing manusia yang kebingungan dengan Alquran sehingga terbimbing ke pantai keselamatan Seperti halnya kaum muslimin dahulu mempunyai negara dengan melalui Alquran, maka tidak boleh tidak pada masa kini pun mereka harus memiliki negara dengan berlandaskan Alquran pula. c Rahmat Rahmat bisa diartikan sebagai karunia atau pemberian sebagai bukti kasih sayag Allah kepada makhluk-Nya. Alangkah Islam adalah suatu sistem yang lengkap;ia dapat mengatasi segala gejala kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, atau pemerintah dan bangsa. Ia adalah moral dan potensi dan potensi atau ramat dan keadilan. Ia adalah materi dan kekayaan,atau pendapatan dan kesejahteraan. Ia adalah jihad dan dakwah atau tentara dan ide. Begitu pula ia adalah akidah yang benar dan ibadah yang sah”. 2 Sunah Yang dimaksud dengan sunnah adalah semua perkataan, perbuatan, dan ketetapan nabi Muhammad Saw, sunnah dapat pula dijadikan dasar pendidikan Islam karena ia menjadi sumber utama pendidikan Islam selain Alquran dan Allah swt menjadikan Muhammad saw sebagai suri tauladan bagi umatnya. Nabi Muhammad saw adalah manusia paripurna sebagai rasulullah utusan Allah yang membawa risalah Ilahi untuk kebahagiaan hidup manusai baik di dunia maupun di akhirat sebagai rahmat bagi alam semesta. Semua perkataan dan perbuatan beliau merupakan pengejawantahan dari kitab suci Alquran, maka dalam menentukan suatu ketetapan atau hukum yang berlaku di masyarakat yang mencakup syariah, ibadah, dan mu’amalah merujuk kepada Sunnah beliau yang berlaku sepanjang zaman 13 Mengenai hal ini Allah swt menjelaskannya di dalam Alquran, yang berbunyi: ⌧ ☺ ⌧ ⌧ ⌧ Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Q.S Al-Ahzab: 21 Alquran maupun sunnah Rasulullah adalah pedoman hidup yang bersifat global bagi seluruh umat Islam, keduanya membuka kemungkinan penafsiran atau pemahaman yang berkembang untuk itu diperlukan ijtihad sebagai upaya untuk menggali nilai-nilai atau hukum yang lebih terperinci yang terkandung dalam Alquran dan sunnah Rasulullah saw. Dengan demikian yang menjadi dasar atau landasan dari Pendidikan Agama Islam ialah Alquran sebagai pedoman hidup manusia, ditambah dengan sunnah Nabi sebagai penyempurna serta ijtihad untuk memperjelas apa yang telah ada yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut dalam pelaksanaanya. b. Dasar Tambahan 1 Perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat Pada masa al-khulafa al-Rasyidin sumber pendidikan dalam Islam sudah mengalami perkembangan yang pesat. Selain Alquran dan Sunnah juga perkataan, sikap dan perbuatan para sahabat. Perkataan mereka dapat dijadikan pegangan karena Allah sendiri di dalam Alquran yang memberikan pernyataan. Firman Allah : ☺ 14 Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk Islam dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai- sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” Q.S. at-Taubah: 100 Para sahabat yang hidup di zaman nabi Muhammad Saw khususnya al-khulafa al-Rasyidin adalah orang-orang shaleh yang tidak diragukan lagi ketakwaannya kepada Allah swt. Mereka beriman dengan sepenuh hati dan jiwa raga tanpa ada keraguan karena keimanan di dalam diri mereka sudah terbukti semasa rasulullah masih hidup dan ketika menjadi khalifah pemimpin umat Islam setelah rasulullah wafat. Mereka termasuk golongan al-sabiqunal awwalun golongan yang pertama masuk Islam, maka pendapat dan kebijakan yang mereka terapkan bukan berdasarkan nafsu manusiawi tetapi berdasarkan Alquran dan ajaran rasulullah swt. Oleh karena itu, dalam menentukan suatu hukum jika tidak ada ketentuan nash yang jelas dari Alquran dan Sunnah maka perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat bisa dijadikan rujukan 2 Ijtihad Karena Alquran dan Hadits banyak mengandung arti umum, maka para ahli hukum dalam islam banyak menggunakan ijtihad untuk menetapkan hukum tersebut. Ijtihad ini terasa sekali kebutuhannya setelah wafatnya Nabi saw. Berkembangnya Islam keluar Jazirah arab, karena situasi dan kondisinya banyak berbeda di tanah Arab. 15 Para fuqaha mengartikan ijtihad dengan berfikir menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmu syariat Islam dalam hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Alquran dan hadits dengan syarat-syarat tertentu yang tidak bertentangan dengan akal, Alquran dan sunnah. 3 Mashlahah Mursalah kemaslahatan umat Mashlahah Mursalah yaitu : “menetapkan peraturan atau ketetapan undang-undang yang tidak disebutkan dalam Alquran dan sunnah atas pertimbangan penarikan kebenaran dan menghindarkan kerusakan.” Di antara contoh maslahah mursalah ialah usaha khalifah Abu Bakar mengumpulkan Al-Qur’an yang terkenal dengan jamul Quran. Pengumpulan al-Quran ini tidak disinggung sedikit pun oleh syara tidak ada nash yang memerintahkan dan tidak ada nash yang melarangnya. Umar bin Khattab melihat kemaslahatan yang sangat besar mengumpulkan al-Quran itu, bahkan menyangkut kepentingan agama. Seandainya tidak dikumpulkan, dikhawatirkan al-Quran akan hilang dari permukaan dunia. Contoh lain dalam pendidikan Agama Islam adalah tentang penetapan teori-teori ilmu tajwid. 4 Urf nilai-nilai dan adat istiadat masyarakat M. Kamaluddin Imam menyatakan bahwa: “ sesuatu yang tertanam dalam jiwa yang diperoleh melalui kesaksian akan diterima oleh tabiat.” Urf adalah “sesuatu pebuatan dan perkataan yang menjadikan jiwa merasa tenang mengerjakan suatu perbuatan, karena sejalan dengan akal sehat yang diterima oleh tabiat yang sejahtera”. Namun tidak semua tradisi yang dapat dijelaskan dasar ideal pendidikan Islam, melainkan setelah melalui seleksi terlebih dahulu. Mas’ud Zuhdi mengemukakan bahwa urf yang dijadikan dasar Pendidikan Islam itu 16 haruslah sesuai dengan dua ketentuan, yaitu: a Tidak bertentangan dengan ketentuan nash baik Alquran maupun sunnah. b Tradisi yang berlaku tidak bertentangan dengan akal sehat dan tabiat yang sejahtera, serta tidak mengakibatkan kedurhakaan, kerusakan dan kemudaratan. Ketentuan ini sangat sejalan dengan tujuan pendidikan Islam yaitu dalam rangka menata kehidupan yang lebih baik dengan alam, manusia dan Allah swt. Contoh dari ‘Urf adalah mencium tangan orang tua atau orang yang kita hormati c. Dasar Operasional Pendidikan Dasar operasional pendidikan Islam adalah “dasar yang terbentuk sebagai aktualisasi dari dasar ideal”. Menurut Hasan Langgulung. 1 Dasar Historis Dasar Historis adalah dasar yang memberikan andil kepada pendidikan dari hasil pengalaman masa lalu berupa peraturan dan budaya masyarakat. Dasar historis bisa dijadikan acuan atau pedoman untuk membuat konsep atau seperangkat aturan di masa kini dan mendatang, biasanya sebelum membuat sesuatu yang baru diadakan evaluasi dan kajian agar dapat menentukan langkah-langkah strategis dalam bidang pendidikan 2 Dasar Sosial Dasar sosial yaitu dasar yang memberikan kerangka budaya dimana pendidikan itu berkembang, seperti memindahkan, memilih dan mengembangkan kebudayaan. Pada dasaranya unsur-unsur pendidikan bertolak atau bergerak dari kerangka kebudayaan yang ada baik memindahkan memilih dan mengembangkan kebudayaan itu sendiri sehingga dalam tataran yang lebih luas antara budaya dan pendidikan terjadi hubungan yang sinkron atau berkaitan erat dan tak dapat dipisahkan. 3 Dasar Ekonomi Dasar ekonomi adalah dasar yang memberi persepektif 17 terhadap potensi manusia berupa materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya yang bertanggung jawab terhadap anggaran pembelajaannya. Asfek ekonomi sangatlah penting dalam pengembangan pendidikan karena sebagus apapun konsep yang dirancang akan menjadi timpang jika tidak memperhatikan asfek ekonomi. Disisi lain pelaku sistem dalam pendidikan adalah manusia yang selalu bergantung dengan ekonomi, maka dasar ekonomi mutlak ada dalam pendidikan 4 Dasar Politik Dasar politik yaitu dasar yang memberikan bingkai dan ideologi dasar yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat. Politik merupakan upaya untuk memepengaruhi dan mengendalikan individu, kelompok pihak tertentu agar sesuai dengan keinginan yang mengendalikan sehingga dalam realitasnya para stakeholderlah yang mampu mengendalikan arah pendidikan dengan kebijakan-kebijakan yang dibuatnya. 5 Dasar Psikologis Dasar psikologis yaitu dasar yang memberi informasi tentang watak pelajar-pelajar, guru-guru, cara-cara terbaik dalam praktek, pencapaian, penilaian, dan pengukuran serta bimbingan. Diantara asfek yang ditumbuhkembangkan dalam pendidikan adalah asfek afektif yang mencakup hati, attitude sikap, dan akhlak para pelaku pendidikan. Dasar psikologis perlu mendapat perhatian agar dalam pelaksanaan pendidikan bisa menentukan metode dan pendekatan yang tepat sehingga tujuan yang telah ditetapkan bisa dicapai sesuai dengan target yang telah dicanangkan 6 Dasar Fisiologis Dasar fisiologis yaitu yang memberikan kemampuan memilih yang terbaik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi 18 arah kepada semua dasar-dasar operasional lainnya. 19 5. Visi, Misi, dan Sifat Pendidikan Islam 20 a. Visi pendidikan islam sesungguhnya melekat pada visi ajaran Islam itu sendiri yang terkait pada visi kerasulan para nabi, mulai dari visi kerasulan Nabi Adam hingga kerasulan Nabi Muhammad saw, yaitu membangun sebuah kehidupan yang patuh dan tunduk kepada Allah swt. b. Sejalan dengan visi pendidikan Islam, maka misi pendidikan Islam juga erat kaitannya dengan misi ajaran Islam berdasarkan petunjuk Alquran, yaitu: memperjuangkan, menegaskan, melindungi, mengembangkan, menyantuni, dan membimbing tercapainya tujuan kehadiran agama bagi manusia. c. Sifat pendidikan Islam pada dasarnya adalah sama dengan sifat dari ajaran agama Islam, diantaranya: terbuka, fleksibel cocok dan berlaku di setiap zaman, seimbang pertengahan, rabbaniyah sesuai dengan niali-nilai yang terdapat dalam Alquran dan demokratis dapat diselenggarakan oleh siapa saja d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Jika ditela’ah lebih mendalam, maka ruang Lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara: a. Hubungan manusia sebagai makhluk dengan Khaliq, Sang Pencipta Allah swt. Hablun min-Allah atau hubungan yang bersifat vertikaltransendental b. Hubungan manusia dengan sesama manusia Hablun min al-nas atau hubungan yang bersifat horizontal c. Hubungan manusia dengan alam selain manusia dan lingkunganya. 19 Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008 , cet ke-7, h. 122-131 20 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Persepektif Al-Qur’an, UIN Jakarta Press, 2005 hal 15-43 19 Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menegah Pertama SMP berfokus pada aspek: a. Keimanan b. AlquranHadits c. Akhlaq d. FiqhIbadah e. TarikhSejarah 21

C. Disiplin Ibadah