Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim Daarul Hikmah

7. Hari Sabtu : a. Majelis Ta’lim Arridho Meruya : ba’da Isya 39 Dari majelis ta’lim tempat beliau KH. Ahmad Syafi’i Mustawa mengajar sampai sekarang masih aktif, dalam pertemuan seminggu sekali bergantian yang terus berputar setiap hari.

C. Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim Daarul Hikmah

Awal berdirinya perencanaan Majelis Ta’lim Daarul Hikmah, jauh telah direncakan oleh Almarhum H. Mustawa bin Buang. Ketika KH. Ahmad Syafi’i masih di Pondok Pesantren Al Jawami Cilenyi Bandung, ide tersebut muncul berawal dari obrolan ringan dengan sahabat kental almarhum zaitu bapak Kiming dan H. Samin bahwa beliau ingin mendirikan majelis ta’lim. Dan diantara maksud dan tujuannya beliau mendirikan majelis ta’lim tersebut adalah: 1. Sebagai wadah pengamalan ilmu bagi anaknnya yang telah menuntut ilmu 2. Untuk mensyiarkan agama Islam di Srengseng. 3. Sebagai sarana untuk menarik kembali masyarakat yang telah banyak berbuat kezhaliman ke jalan zang benar. Namun kemuadian ide tersebut tenggelam seiring dengan kesibukan beliau sebagai Ta’mir Masjid dengan usia yang beranjak tua. Sampai beliau jatuh sakit, kemudian istri tercinta beliau ‘Aisyah binti Katik berpulang ke rahmatullah, menzusul sebulan berikutnya beliau juga dipanggil oleh Allah SWT. Untuk melanjutkan cita-cita dari almarhum, dan juga karena desakan dari masyarakat yang sangat kuat agar KH. Syafi’i berperan serta secara aktif dalam membina moral masyarakat. Akhirnya ide tersebut dimunculkan kembali, Ust. Ahmad 39 Hasil Wawancara Pribadi kepada KH. Ahmad Syafi’i Mustawa, 10 Februari 2009 Syafi’i Mustawa sebagai anak tertua dikeluarga, memulai musyawarah keluarga untuk memeinta pendapat adik-adiknya tentang rencana ayahandanya. Setelah keluarga sebagai ahli waris menyatakan sepakat, maka hal tersebut dikonsultasikan kepada tokoh masyarakat setempat. Diantaranya, kepada Bapak H. Muhammad Nipong selaku orang tua dan Saomun selaku tokoh pemuda. Dan ternyata masyarakat pun menanggapinya dengan antusias. Dan dibentuklah panitia sederhana untuk pembangunan majelis ta’lim. Panitia tersebut adalah : Penasehat : Drs. H. Rijal Pahlefi Ketua : Ust. Ahmad Syafi’i H. Mustawa Sekretaris : Saomun Bendahara : Erni Jurniyati Pelaksana lap. : Jamaah Setelah terkumpul dana secara gotong royong dan swadaya masyarakat, resmi pada tanggal 20 Desember 2002, dilaksanakan peletakan batu pertama. Dengan pendanaan murni dari jamaah atau murid-murid dari Ust. Syafi’i, maka pada tanggal 6 bulan majelis ta’lim pun selesai seminggu kemudian di buka ta’lim dan majelis ta’lim tersebut diberi nama Daarul Hikmah sebagai induk dari beberapa majelis ta’lim yang beliau asuh. Sebagai majelis ta’lim induk, majelis ta’lim Daarul Hikmah memiliki beberapa kegiatan. Selain kegiatan ta’lim ada juga beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan jama’ah Daarul Hikmah, diantaranya adalah olah raga bela diri, pencak silat cingkrik asal betawi yang dikoordinatori oleh Sya’ dan Nirwansyah Adik kandung KH. Ahmad Syafi’i Mustawa. Pengajian yang telah berlangsung di majelis ta’lim Daarul Hikmah ialah pengajian senin malam dengan membaca kitab nahwu yang diasuh oleh Ustadz. Muhammad Fitriadi dari Jombang yang merupakan adik seperguruan KH. Ahmad Syafi’i Mustawa di Alkifahi As-Saqofi. Dan pengajian jum’at malam yang diajarakn oleh beliau sendiri KH. Ahmad Syafi’i Mustawa dengan membaca kitab Tanqih Al Qaul dan Arriyadul Badi’ah. Dalam menjalankan dakwah Islamiyah demi tegaknya syi’ar Islam, tentunya kadag kala menemukan berbagai dukungan dan hambatan yang merupakan satu hal yang biasa akan dialami setiap aktivitas kegiatan. Demikian halnya yang terjadi dasn dialami oleh KH. Ahmad Syafi’i Mustawa sebagai pengasuh majelis ta’lim Daarul Hikmah dalam merealisasikan kegiatannya membina moral para remaja di lingkungan Srengseng Kembangan Jakarta Barat. Namun demikian, pemasalahan tersebut bukanlah merupakan ancaman yang harus ditnggalkan apabila berupa hambatan, namun sebaliknya akan dijadikan motivator untuk mencapai yang terbaik. Karena hambatan dan dukungan merupakan realita agar mereka yang menekuni suatu aktivitas akan mampu menghadapi dan menganalisa terhadap segala permasalahan yang dihadapi. Adapun faktor-faktor pendukung majelis ta’lim Daarul Hikmah adalah: 1. Adanya dukungan dari keluarga sendiri sebagai ahli waris dan dukungan dari masyarakat unuk mengadakan kegiatan yang bersifat positif dengan semangat yang besar dan kerja sama yang baik. Dan tentuny berangkat dari kesadaran mereka untuk tetap merealisasikan nilai-nilai Islam dalam pergaulan sehari-hari. 2. Adanya satu faktor utama bahwa recana KH. Ahmad Syafi’i Mustawa untuk membuka majelis ta’lim Daarul Himah sudah ditunggu sejak lama oleh masyarakat Srengseng sejak mengasuh pengajian mingguan di Masjid Al- Huda Srengseng. 3. Adanya dukungan penuh dari segenap jama’ah, dari 12 majelis ta’lim yang beliau pimpin untuk menyukseskan setiap program majelis ta’lim Daarul Hikmah. 4. Adanya dukungan dari sebagian tokoh masyarakat setempat, khususnya para asatidz pemimpin majelis ta’lim setempat. Terutama dukungan yang bersifat moril, dan masukan-masukan berupa pertimbangan terhadap keadaan dan kondisi masyarakat sekitar lingkungan majelis ta’lim Daarul Hikmah. Dan adapun beberapa faktor penghambat yang sedikit banyak mempengaruhi jalannya suatu kegiatan di majelis ta’lim Daarul hikmah yaitu: 1. Masalah sumber dana yang tidak menentu, karena pendanaan majelis ta’lim Daarul Hikmah dari mulai dana pembangunan sampai pelaksanaan kegiatannya hanya bersumber dari dana pribadi KH. Ahmad Syafi’i Mustawa dan dana jama’ah. Padahal prsoalan dana merupakan suatu penggerak roda utama suatu kegiatan, apabila tidak segera ditanggulangi dikhawatirkan akan menyebabkan kemacetan jalannya kegiatan aktivitas majelis ta’lim Daarul Hikmah. 2. Adanya keragaman jenjang pendidikan pada jam’ah, sehingga terkadang sulit untuk menyamakan visi dan misi dalam setiap kegiatan majelis ta’lim Daarul Hikmah. Dalam kegiatan apapun tidak akan selamanya mendapatkan kesuksesan begitu saja, tetapi juga akan ditemukan banyak kendala atau hambatan, maka dari itu kita harus selalu siap untuk menghadapinya.

BAB IV RETORIKA DAKWAH KH.