Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistem Saraf

4 Potter Perry, 2006. Pengaruh lain dari keterbatasan mobilisasi adalah gangguan metabolisme kalsium dan gangguan mobilisasi sendi. Immobilisasi dapat mempengaruhi fungsi otot dan skeletal. Jika immobilisasi berlanjut dan otot tidak dilatih maka akan terjadi penurunan massa otot yang berkelanjutan. Immobilisasi juga dapat mengakibatkan kontraktur sendi yaitu suatu kondisi abnormal yang ditandai dengan fleksi sendi dan terfiksasi. Hal ini terjadi akibat sendi tidak digunakan, atrofi dan pemendekan serat otot. Jika terjadi kontraktur maka sendi tidak dapat mempertahankan rentang geraknya dengan penuh Potter Perry, 2006. Salah satu masalah yang muncul pada penderita gangguan saraf yaitu adanya gangguan pada fungsi motoriknya, misalnya pada penderita stroke. Mobilisasi penderita stroke akut akan mengalami kemunduran aktivitas seperti kelemahan menggerakkan kaki, tangan, ketidakmampuan berbicara dan ketidakmampuan fungsi-fungsi motorik lainnya Muttaqin, 2008. Sejauh ini, belum diketahui dengan jelas bagaimana gambaran rentang gerak sendi pasien gangguan sistem saraf. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran gerakan sendi akibat imobilisasi pada pasien gangguan sistem saraf.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat disimpulkan rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran rentang gerak sendi pada ekstremitas bawah pasien immobilisasi yang mengalami gangguan sistem saraf di RSUP H. Adam Malik Medan?”. Universitas Sumatera Utara 5

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran rentang gerak sendi pada ekstremitas bawah yaitu panggul dan lutut pasien immobilisasi yang mengalami gangguan sistem saraf di RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dapat berguna khususnya untuk mata kuliah medikal bedah menjadi bahan masukan dan informasi tambahan bagi mahasiswa keperawatan tentang gambaran gerakan sendi pada pasien gangguan sistem saraf. 4.1 Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi praktek keperawatan sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal pada pasien gangguan sistem saraf tentang rentang gerak sendi. 4.2 Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat memberikan data awal bagi peneliti selanjutnya jika ingin meneliti hal yang berkaitan dengan gerakan sendi pada pasien gangguan sistem saraf. Universitas Sumatera Utara 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Sistem Saraf

1.1 Pengertian Sistem saraf merupakan serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf Sloane, 2003. Sistem saraf merupakan salah satu sistem yang berfungsi untuk memantau dan merespon perubahan yg terjadi di dalam dan diluar tubuh atau lingkungan. Sistem saraf juga bertanggung jawab sebagai sistem persepsi, perilaku dan daya ingat, serta merangsang pergerakan tubuh Farley et all, 2014. Kemampuan untuk dapat memahami, mempelajari, dan merespon suatu rangsangan merupakan hasil kerja terintegrasi sistem persarafan yang mencapai puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu Batticaca, 2008. 1.2 Fungsi Sistem Saraf Saraf sebagai sistem koordinasi atau pengatur seluruh aktifitas tubuh manusia mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai alat komunikasi, pengendali atau pengatur kerja dan pusat pengendali tanggapan. a. Saraf sebagai alat komunikasi antara tubuh dan dunia di luar tubuh. Hal ini dilakukan oleh alat indera yang meliputi mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit. Karena ada indera, dengan mudah kita dapat mengetahui perubahan yang terjadi di luar tubuh kita. b. Saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja organ tubuh sehingga dapat bekerja serasi sesuai dengan fungsi masing-masing. Saraf sebagai pusat Universitas Sumatera Utara 7 pengendali tanggapan atau reaksi tubuh terhadap perubahan keadaan di sekitarnya. Karena saraf sebagai pengendali kerja alat tubuh maka jaringan saraf terdapat pada seluruh alat tubuh Syaifuddin, 2011. 1.3 Klasifikasi Susunan saraf terdiri dari susunan saraf sentral dan susunan saraf perifer. Susunan saraf sentral terdiri dari otak otak besar, otak kecil, dan batang otak dan medula spinalis. Susunan saraf perifer terdiri dari saraf somatik dan saraf otonom saraf simpatis dan saraf parasimpatis. 1.3.1 Susunan Saraf Sentral Susunan saraf sentral terdiri dari: 1 Otak Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Otak mengandung hampir 98 jaringan saraf tubuh Batticaca, 2008. Otak dibungkus oleh tiga selaput otak meningen dan dilindungi oleh tulang tengkorak. Selaput otak terdiri dari tiga lapis yaitu durameter lapisan paling luar yang menutupi otak dan medula spinalis, serabut berwarna abu-abu yang bersifat liat, tebal dan tidak elastis, araknoid membran bagian tengah yang tipis dan lembut yang menyerupai sarang laba-laba, berwarna putih karena tidak tidak dialiri aliran darah, dan piameter membran yang paling dalam berupa dinding tipis dan transparan yang menutupi otak dan meluas ke setiap lapisan daerah otak Batticaca, 2008. Universitas Sumatera Utara 8 a Serebrum Sereberum atau otak besar mempunyai dua belahan yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan yang dihubungkan oleh massa substansia alba yang disebut korpus kollosum. Serebrumtelensefalon terdiri dari korteks serebri, basal ganglia dan rheniensefalon. i Korteks Serebri Korteks serebri adalah lapisan permukaan hemisfer yang disusun oleh substansia grisea. Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi spesifik. Brodmann 1909 membagi korteks serebri menjadi 47 area berdasarkan struktur selular. Bagian-bagian dari korteks serebri menurut Brodmann: 1. Lobus Frontalis Area 4 area motorik primer sebagian besar girus presentralis dan bagian anterior lobus parasentralis; area 6 bagian sirkuit traktus piramidalis area premotorik mengatur gerakan motorik dan premotorik, area 8 mengatur gerakan mata dan perubahan pupil; dan area 9, 10, 11, 12 area asosiasi frontalis. Lobus frontalis terletak di depan serebrum, bagian belakang dibatasi oleh sulkus sentralis rolandi. 2. Lobus Perietalis Area 3, 1, 2 adalah area sensorik primer area postsentral meliputi girus sentralis dan meluas ke arah anterior sampai mencapai dasar sulkus sentralis dan area 5, 7 area asosiasi somatosensorik meliputi sebagian permukaan medial hemisfer serebri. Universitas Sumatera Utara 9 3. Lobus Oksipitalis Area 17 korteks visual primer permukaan medial lobus oksipitalis sepanjang bibir superior dan inferior sulkus kalkanius; area 18, 19 area asosiasi visual sejajar dengan area 17 meluas sampai meliputi permukaan lateral lobus oksipitalis. 4. Lobus Temporalis Area 41 korteks auditori primer meliputi girus temporalis superior meluas sampai ke permukaan lateral girus temporalis; area 42 area asosiasi auditorik korteks area sedikit meluas sampai pada permukaan girus temporalis superior; dan area 38, 40, 20, 21, 22 area asosiasi permukaan lateral dibagi menjadi girus temporalis superior, girus temporalis media dan girus temporalis inferior. Pada bagian basal terdapat girus fusiformis. 5. Area Broka Area broka area bicara motoris terletak di atas sulkus lateralis, mengatur gerakan berbicara. 6. Area Visualis Area visualis terdapat pada polus posterior dan aspek medial hemisfer serebri di daerah sulkus kalkaneus, merupakan daerah menerima visual. Gangguan dalam ingatan untuk peristiwa yang belum lama. 7. Insula Reili Insula reili yaitu bagian serebrum yang membentuk dasar fisura silvi yang terdapat di antara lobus frontalis, lobus parietalis dan lobus Universitas Sumatera Utara 10 oksipitalis. Bagian otak ini ditutupi oleh girus temporalis dan girus frontalis inferior. 8. Girus Singuli Girus singuli yaitu bagian medial hemisfer terletak di atas korpus kolosum. Fungsi kortek serebri Syaifuddin, 2011 yaitu: 1. Korteks motorik primer area 4, 6, 8 mengontrol gerakan volunter otot dan tulang pada sisi tubuh kontralateral. Impulsnya berjalan melalui akson-akson dalam traktus kortikobulber dan kortikospinal, menuju nuclei saraf-saraf serebrospinal. Proyeksi motori dari berbagai bagian tubuh terutama daerah kaki terletak diatas, sedangkan daerah wajah bilateral terletak dibawah. Lesi area 4 akan mengakibatkan paralisis kontralateral dari kumpulan otot yang disarafi. Lesi area 6 dan 8 pada perangsangan akan timbul gerakan mata dan kepala. 2. Korteks sensorik primer area 3, 4, 5 penerima sensasi umum area somestesia; menerima serabut saraf yaitu radiasi yang membawa impuls sensoris dari kulit, otot sendi dan tendo di sisi kontralateral. Lesi didaerah ini dapat menimbulkan gangguan sensasi pada sisi tubuh kontralateral; dan terdapat homunculus sensorik yaitu menggambarkan luas daerah proyeksi sensorik dari bagian-bagian tubuh di sisi tubuh kontraleteral. 3. Korteks visual area 17 terletak dilobus oksipitalis pada fisura kalkarina; lesi iritatif menimbulkan halusinasi visual; lesi destruktif Universitas Sumatera Utara 11 menimbulkan gangguan lapangan pandang; dan menerima impuls dari radio- optika. 4. Korteks auditorik primer area 41 terletak pada tranvers temporal girus di dasar visura lateralis serebri. Menerima impuls dari radiasioauditorik yang berasal dari korpus genikulatum medialis. Lesi area ini hanya menimbulkan ketulian ringan kecuali bila lesinya bilateral. 5. Area penghidu area reseptif olfaktorius terletak di daerah yang berdekatan dengan girus parahipotalamus lobus temporalis. Kerusakan jalur olfaktorius menimbulkan anosmia tidak bisa menghidu. Lesi iritasi menimbulkan halusinasi olfaktorius. Pada keadaan ini penderita dapat menghidu bau yang aneh atau mengecap rasa yang aneh. 6. Area asosiasi, korteks yang mempunyai hubungan dengan area sensorik maupun motorik, dihubungkan oleh serabut asosiasi. Pada manusia terdapat tiga daerah asosiasi penting, yaitu daerah frontal di depan korteks motorik, daerah temporal antara girus temporalis superior dan korteks limbik dan daerah parieto-oksifital antara korteks somatetik dan korteks vosual. Kerusakan daerah sosiasi akan menimbulkan gangguan dengan gejala yang sesuai dengan tempat kerusakan. Misalnya, pada area 5 dan 7 akan menimbulkan astereognosis tidak mengenali bentuk benda, yang diletakkan di tangan dengan mata tertutup karena area ini merupakan pusat asosiasi sensasi indra kulit. Universitas Sumatera Utara 12 ii Basal Ganglia Basal ganglia terdiri dari beberapa kumpulan substansia grisea yang padat yang terbentuk dalam hubungan yang erat dengan dasar ventrikulus lateralis. Ganglia basalis merupakan nuklei subkortikalis yang berasal dari telensefalon. Pada gerakan lambat dan mantap basal ganglia akan aktif, sedangkan pada gerakan cepat dan tiba-tiba basal ganglia tidak aktif. Basal ganglia sudah mulai aktif sebelum gerakan dimulai, berperan dalam penataan dan perencanaan gerakan yaitu dalam proses konversi pikiran menjadi gerakan volunter. Kerusakan ganglia basalis pada manusia menimbulkan gangguan fungsi motorik yaitu hiperkinetik terjadinya gerakan-gerakan abnormal yang berlebihan dan hipokinetik berkurangnya gerakan, misalnya kekakuan Syaifuddin, 2011. iii Rinensefalon Sistem limbik lobus limbic atau rinensefalon merupakan bagian otak yang terdiri atas jaringan alo-korteks yang melingkar sekeliling hilus hemisfer serebri serta berbagai struktur lain yang lebih dalam yaitu amiglada, hipokampus, dan nuklei septal. Rinensefalon berperan dalam fungsi penghidu, perilaku makan dan bersama dengan hipotalamus berfungsi dalam perilaku seksual, emosi takut, marah dan motivasi Syaifuddin, 2011. b Serebelum Serebelum otak kecil terletak dalam fosa kranial posterior, dibawah tentorium serebelum bagian posterior dari pons varoli dan medula Universitas Sumatera Utara 13 oblongata. Serebelum berfungsi sebagai pusat koordinasi untuk mempertahankan keseimbangan dan tonus otot. Serebelum diperlukan untuk mempertahankan postur dan keseimbangan saat berjalan dan berlari Syaifuddin, 2011. c Batang otak Batang otak terdiri dari: a Diesenfalon yaitu bagian otak paling atas terdapat diantara serebelum dengan mesenfalon, b Mesensefalon yaitu bagian otak yang terletak diantara pons varoli dan hemisfer serebri, c Pons varoli terletak didepan serebelum diantara otak tengah dan medula oblongata, d Medula oblongata merupakan bagian otak paling bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis. Fungsi dari batang otak yang utama adalah sebagai pengatur pusat pernafasan dan pengatur gerakan refleks dari tubuh. 2 Medula Spinalis Medula spinalis dan batang otak membentuk struktur kontinu yang keluar dari hemisfer serebral dan bertugas sebagai penghubung otak dan saraf perifer. Panjangnya rata-rata 45 cm dan menipis pada jari-jari. Fungsi medula spinalis sebagai pusat saraf mengintegrasikan sinyal sensoris yang datang mengaktifkan keluaran motorik secara langsung tanpa campur tangan otak fungsi ini terlihat pada kerja refleks spinal, untuk melindungi tubuh dari bahaya dan menjaga pemeliharaan tubuh dan sebagai pusat perantara antara susunan saraf tepi dan otak susunan saraf pusat, semua komando motorik volunter dari otak ke otot-otot tubuh yang Universitas Sumatera Utara 14 dikomunikasikan terlebih dahulu pada pusat motorik spinal. Pusat motorik spinal akan memproses sinyal sebagaimana mestinya sebelum mengirimkannya ke otot. Sinyal sensoris dari reseptor perifer ke pusat otak harus terlebih dahulu dikomunikasikan ke pusat sensorik di medula spinalis. Medula spinalis berfungsi untuk mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian tubuh serta berperan dalam gerak refleks, denyut jantung, pengatur tekanan darah, pernafasan, menelan, muntah dan berisi pusat pengontrolan yang penting Setiadi, 2007. 1.3.2 Susunan Saraf Perifer Susunan saraf perifer atau susunan saraf tepi merupakan penghubung susunan saraf pusat dengan reseptor sensorik dan efektor motorik otot dan kelenjar. Serabut saraf perifer berhubungan dengan otak dan korda spinalis. Serabut saraf perifer terdiri dari 12 pasang saraf cranial dan 31 pasang saraf spinal. Setiap saraf spinal adalah gabungan dari serabut motorik somatik, sensorik somatik dan otonom. Sistem saraf tepi dibagi menjadi dua berdasarkan cara kerjanya, yaitu: a. Susunan Saraf Somatik Indra somatik merupakan saraf yang mengumpulkan informasi sensoris dari tubuh. Indra somatik dapat digolongkan menjadi tiga jenis: indra somatik mekanoreseptif, yang dirangsang oleh pemindahan mekanisme sejumlah jaringan tubuh meliputi indra raba, tekanan, tekanan yang menentukan posisi relatif, dan kecepatan gerakan berbagai bagian tubuh; indra termoreseptor, mendeteksi panas dan dingin; dan indra nyeri, Universitas Sumatera Utara 15 digiatkan oleh faktor apa saja yang merusak jaringan, perasaan kompleks karena menyertakan sensasi perasaan dan emosi Syaifuddin, 2011. b. Susunan Saraf Otonom Saraf yang mempersarafi alat-alat dalam tubuh seperti kelenjar, pembuluh darah, paru, lambung, usus dan ginjal. Ada dua jenis saraf otonom yang fungsinya saling bertentangan, kedua susunan saraf ini disebut saraf simpatis dan saraf parasimpatis. 1 Saraf Simpatis Saraf simpatis terletak di dalam kornu lateralis medula spinalis servikal VIII sampai lumbal I. Sistem saraf simpatis berfungsi membantu proses kedaruratan. Stres fisik maupun emosional akan menyebabkan peningkatan impuls simpatis. Tubuh siap untuk berespon fight or flight jika ada ancaman. Pelepasan simpatis yang meningkat sama seperti ketika tubuh disuntikkan adrenalin. Oleh karena itu, stadium sistem saraf adrenergik kadang-kadang dipakai jika menunjukkan kondisi seperti pada sistem saraf simpatis Batticaca, 2008. 2 Saraf Parasimpatis Fungsi saraf parasimpatis adalah sebagai pengontrol dominan untuk kebanyakan efektor visceral dalam waktu lama. Selama keadaan diam, kondisi tanpa stres, impuls dari serabut-serabut parasimpatis kolenergik menonjol. Serabut-serabut sistem parasimpatis terletak di dua area, yaitu batang otak dan segmen spinal di bawah L2. Karena lokasi serabut-serabut tersebut, saraf parasimpatis menghubungkan area Universitas Sumatera Utara 16 kraniosakral, sedangkan saraf simpatis menghubungkan area torakalumbal dari sistem saraf autonom. Parasimpatis kranial muncul dari mesenfalon dan medula oblongata. Serabut dari sel-sel pada mesenfalon berjalan dengan saraf okulomotorius ketiga menuju ganglia siliaris, yang memiliki serabut postganglion yang berhubungan dengan sistem simpatis lain yang mengontrol bagian posisi yang berlawanan dengan mempertahankan kesimbangan antara keduanya pada satu waktu Batticaca, 2008. 1.4 Gangguan Fungsi Saraf a. Tumor otak Tumor otak merupakan lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak. Tumor otak menunjukkan manifestasi klinis yang tersebar bila tumor ini menyebabkan peningkatan tekanan intracranial serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor yang menggangu bagian spesifik dari otak. Gejala-gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kepala, muntah, papiledema, perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfungsi saraf cranial Smeltzer Bare, 2002. b. Meningitis Meningitis adalah radang pada meningen membran yang mengelilingi otak dan medulla spinalis dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur. Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial, saktit kepala dan demam, perubahan pada tingkat kesadaran, iritasi meningen, kejang, adanya ruam dan infeksi fulminating Smeltzer Bare, 2002. Universitas Sumatera Utara 17 c. Aneurisma Intrakranial Aneurisma intracranial serebral adalah dilatasi dinding arteri serebral yang berkembang sebagai hasil dari kelemahan dinding arteri. Pecahnya aneurisma selalu terjadi tiba-tiba, tidak selalu disertai dengan sakit kepala yang berat dan sering kehilangan kesadaran untuk periode yang bervariasi. Mungkin ada nyeri dan kaku leher bagian belakang dan medula spinalis akibat adanya iritasi meningen Smeltzer Bare, 2002. d. Sklerosis Multipel Sklerosis multiple SM merupakan keadaan kronis, penyakit sistem saraf pusat degenerative dikarakteristikkan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medulla spinalis. Tanda dan gejala SM bervariasi dan banyak, gejala primer paling banyak dilaporkan berupa kelelahan, lemah, kebas, kesukaran koordinasi dan kehilangan keseimbangan. Gangguan penglihatan akibat adanya lesi pada saraf optik atau penghubungnya dapat mencakup penglihatan kabur, diplopia, kebutaan parsial dan kebutaan total Smeltzer Bare, 2002. e. Penyakit Parkinson Penyakit Parkinson adalah gangguan neurologic progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan. Manifestasi utama penyakit Parkinson adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural. Pasien mempunyai kesukaran dalam memulai, mempertahankan, dam membentuk aktivitas motorik dan pengalaman lambat dalam menghasilkan aktivitas normal Smeltzer Bare, 2002. Universitas Sumatera Utara 18 f. Penyakit Alzhaimer Penyakit alzhaimer atau demensial senile merupakan penyakit kronik, progresif dan merupakan gangguan degenerative otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri Smeltzer Bare, 2002. g. Cedera Kepala Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. Cedera kepala dapat disebabkan karena kecelakaan lalu lintas, terjatuh, kecelakaan industri, kecelakaan olah raga dan luka pada persalinan Tarwoto, 2007. h. Cedera Medula Spinalis Trauma pada medula spinalis dapat bervariasi dari trauma ekstensi fiksasi ringan yang terjadi akibat benturan secara menadadak sampai yang menyebabkan transeksi lengkap dari medula spinalis dengan quadriplegia. Cedera tulang belakang selalu diduga pada kasus dimana setelah cedera klien mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan klien dan punggung Batticaca, 2008. i. Stroke Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian Batticaca, 2008. Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada Universitas Sumatera Utara 19 stroke akut gejala klinis meliputi: kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah yang timbul mendadak, gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan, penurunan kesadaran, afasia kesulitan bicara, disatria bicara cadel atau pelo, gangguan penglihatan, diplopia, ataksia, verigo, mual, muntah dan nyeri kepala Tarwoto, 2007. j. Sindrom Guillain Barre Sindrom Guillain Barre merupakan sindrom klinis yang ditunjukkan oleh onset waktu akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf perifer dan kranial. Proses penyakit mencakup demielinasi dan degenerasi selaput myelin dari saraf perifer dan kranial Batticaca, 2008. k. Bell’s Palsy Bell’s palsy adalah kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non- supuratif, non-neoplasmatik, non-degeneratif primer namun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut yang mulainya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Penyebabnya tidak diketahui, meskipun kemungkinan penyebab dapat meliputi iskemia vascular, penyakit virus herpes simplek, herpes zoster, penyakit autoimun atau kombinasi semua faktor Batticaca, 2008.

2. Imobilisasi