Konsep Rentang Gerak Sendi

24 7. Perubahan Eliminasi Urine Eliminasi urin klien berubah oleh adanya imobilisasi. Pada posisi tegak lurus, urin mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk ke dalam ureter dan kandung kemih akibat gaya gravitasi. Jika klien dalam posisi rekumben atau datar, ginjal dan ureter membentuk garis datar. Ginjal yang membentuk urine harus masuk ke dalam kandung kemih melawan gaya gravitasi. Akibat kontraksi peristaltik ureter yang tidak cukup kuat melawan gaya gravitasi, pelvis ginjal menjadi terisi sebelum urine masuk ke dalam ureter. Kondisi ini disebut statis urine dan meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan atau ginjal. 8. Pengaruh Psikososial Imobilisasi menyebabkan respons emosional, intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan status emosional biasa terjadi bertahap. Perubahan emosional paling umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.

3. Konsep Rentang Gerak Sendi

3.1 Rentang Gerak Menurut Potter Perry 2006 rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal dan transversal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan Universitas Sumatera Utara 25 belakang. Potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah. Untuk menjamin keadekuatan gerakan sendi atau mobilisasi sendi maka perawat dapat mengajarkan klien latihan ROM. Apabila klien tidak mempunyai kontrol motorik volunter maka perawat melakukan latihan gerak pasif Potter Perry, 2006. Gerakan-gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi Potter Perry, 2006 antara lain adalah: a. Fleksi: menggerakkan sendi kearah pengurangan sudut sendi, misalnya menekuk siku b. Ekstensi: menggerakkan sendi kearah peningkatan sudut sendi, misalnya meluruskan tangan c. Hiperekstensi: ekstensi maksimal atau meluruskan sendi, misalnya menekuk kepala ke belakang d. Adduksi: gerakan tulang mendekati garis tengah tubuh e. Abduksi: gerakan tulang menjauhi garis tengah tubuh f. Rotasi: menggerakkan sendi mengelilingi pusat sumbu g. Sirkumduksi: menggerakkan bagian distal tulang atau sendi dalam lingkaran ketika akhir proksimal tetap terfiksasi h. Eversi: menggerakkan telapak kaki keluar dengan cara menggerakkan sendi pergelangan kaki i. Inversi: menggerakkan telapak kaki kedalam dengan cara menggerakkan sendi pergelangan kaki Universitas Sumatera Utara 26 j. Pronasi: menggerakkan lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap kebawah k. Supinasi: menggerakkan lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap keatas l. Protaksi: menggerakkan bagian tubuh kedepan pada bidang yang sama, paralel dengan dasar m. Retraksi: menggerakkan bagian tubuh kebelakang pada bidang yang sama, paralel dengan dasar Gerakan yang dilakukan oleh sendi berbeda untuk setiap potongan tubuh. Gerakan fleksi dan ekstensi pada jari tangan dan siku serta gerakan hiperekstensi pada pinggul merupakan rentang gerak pada potongan sagital. Pada potongan frontal gerakannya adalah abduksi dan adduksi pada lengan dan tungkai, eversi dan inversi pada kaki. Sedangkan pada potongan transversal gerakannya adalah pronasi dan supinasi pada tangan, rotasi internal dan eksternal pada lutut serta dorsofleksi dan plantar fleksi pada kaki. Selain gerakan yang berbeda, setiap sendi juga mempunyai rentang gerak maksimal yang dapat dicapai saat ia melakukan aktifitasnya Potter Perry, 2006. Contoh gerakan sendi dan luas rentang gerak yang dapat dicapai oleh masing-masing sendi dijelaskan pada tabel 2.1. berikut ini: Universitas Sumatera Utara 27 NO NAMA SENDI TIPE GERAKAN RENTANG GERAK ° 1 Leher Fleksi Ekstensi Hiperekstensi Fleksi lateral Rotasi 45 45 10 40-45 180 2 Bahu Fleksi Ekstensi Hiperekstensi Abduksi Adduksi Rotasi dalam Rotasi luar Sirkumduksi 180 180 45-60 180 320 90 90 360 3 Siku Fleksi Ekstensi 150 150 4 Lengan bawah Supinasi Pronasi 70-90 70-90 5 Pergelangan tangan Fleksi Ekstensi Hiperekstensi Abduksi Adduksi 80-90 80-90 89-90 Sampai 30 30-50 6 Jari tangan Fleksi Ekstensi Hiperekstensi Abduksi Adduksi 90 90 30-60 30 30 7 Ibu jari Fleksi Ekstensi Abduksi Adduksi 90 90 30 30 Universitas Sumatera Utara 28 8 Pinggul Fleksi Ekstensi Hiperekstensi Abduksi Adduksi Rotasi dalam Rotasi luar 90-120 10-15 30-50 30-50 30-50 90 90 9 Lutut Fleksi Ekstensi 120-130 0-15 10 Pergelangan kaki Dorsifleksi Plantarfleksi 20-30 45-50 11 Jari kaki Fleksi Ekstensi Abduksi Adduksi 30-60 30-60 15 atau kurang 15 atau kurang Universitas Sumatera Utara 29 3.1.2 Rentang Gerak Pasif Rentang gerak pasif adalah gerakan yang dicapai seseorang dengan bantuan pemeriksa. Pengujian ROM pasif memberikan pemeriksa informasi tentang integritas permukaan sendi, kapsul sendi dan ligamen yang terkait, otot, fasia dan kulit. Tidak seperti ROM aktif, ROM pasif tidak tergantung pada kekuatan dan kordinasi otot seseorang. Jika rasa nyeri terjadi selama ROM pasif, sering disebabkan oleh karena bergerak, peregangan struktur kontraktil serta struktur nonkontraktil Norkin White, 2009. a. Hipomobilitas Hipomobilitas adalah penurunan ROM pasif yang substansial kurang dari nilai normal. Keterbatasan dalam ROM mungkin karena berbagai penyebab termasuk kelainan permukaan sendi, pemendekan pasif kapsul sendi, ligamen, otot, fasia, dan kulit; dan radang struktur. Hipomobilitas dikaitkan dengan banyak kondisi ortopedi seperti osteoarthritis, arthritis, dan gangguan tulang belakang. Penurunan ROM merupakan konsekuensi umum dari imobilisasi setelah patah tulang dan pengembangan bekas luka setelah luka bakar. kondisi neurologis seperti stroke, trauma kepala, cerebral palsy, dan sindrom nyeri regional kompleks dapat juga mengakibatkan hipomobilitas karena hilangnya gerakan volunter, otot meningkat, immobilisasi, dan nyeri. Disamping itu, kondisi metabolik seperti diabetes juga dikaitkan dengan keterbatasan gerakan sendi Norkin White, 2009. Universitas Sumatera Utara 30 b. Hipermobilitas Hipermobilitas yaitu peningkatan ROM yang melebihi nilai normal. Misalnya, pada orang dewasa ROM normal untuk ekstensi pada sendi siku adalah sekitar 0 derajat. Pengukuran ROM dari 30 derajat atau lebih ekstensi pada siku adalah baik diluar ROM normal dan merupakan indikasi dari hipermobilitas pada orang dewasa. Pada anak-anak biasanya terjadi beberapa kasus spesifik meningkatnya ROM dibandingkan dengan orang dewasa. Peningkatan gerak yang terjadi pada anak-anak ini adalah normal untuk usia mereka. Jika peningkatan gerak bertahan di luar rentang usia yang diharapkan, itu akan dianggap abnormal dan terjadi hipermobilitas. Hipermobilitas ini disebabkan oleh kelemahan dari struktur jaringan lunak seperti ligamen, kapsul, dan otot-otot yang biasanya mencegah gerakan berlebihan pada sendi. Dalam beberapa kasus hipermobilitas mungkin karena kelainan permukaan sendi. Penyebab yang paling sering adalah trauma sendi. Hipermobilitas juga terjadi pada gangguan herediter yang serius dari jaringan ikat seperti sindrom Ehlers-Danlos, Marfan Sindroma, penyakit rematik, dan osteogenesis imperfecta. Salah satu kelainan fisik khas sindrom down hipermobilitas. Dalam hal ini umum hipotonia diduga menjadi faktor penting untuk hipermobilitas tersebut Norkin White, 2009. Universitas Sumatera Utara 31 BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian