Pembahasan Gambaran Rentang Gerak Sendi pada Ekstremitas Bawah Pasien Immobilisasi yang Mengalami Gangguan Sistem Saraf di RSUP H. Adam Malik Medan

41 Adduksi 30 28 100 30-50 50 Knee Kanan Fleksi 120 120-130 25 89.3 130 3 10.7 Ekstensi 0-15 28 100 15 Knee Kiri Fleksi 120 120-130 25 89.3 130 3 10.7 Ekstensi 0-15 28 100 15

2. Pembahasan

Rentang pergerakan sendi adalah pergerakan maksimal yang mungkin dilakukan oleh sendi. Rentang pergerakan sendi bervariasi tiap individu dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, jenis kelamin dan apakah gerakan tersebut dilakukan secara aktif maupun pasif Norkin White, 2009. Pengukuran rentang gerak sendi pada penelitian ini dilakukan secara aktif yaitu responden melakukan gerakan secara mandiri tanpa dibantu oleh orang lain maupun peneliti. Hasil analisis didapatkan bahwa rentang gerak sendi ekstemitas bawah pasien immobilisasi yang mengalami gangguan saraf bervariasi. Bila dilihat secara rinci ada responden yang rentang gerak sendinya diatas rentang normal yaitu pada ekstensi panggul kanan-kiri sebanyak 4 responden dan Universitas Sumatera Utara 42 fleksi lutut kanan-kiri sebanyak 3 responden. Sedangkan yang rentang gerak sendinya dibawah rentang normal mayoritas terjadi pada gerakan abduksi panggul kanan-kiri sebanyak 25 responden dan adduksi panggul kanan-kiri 28 responden. Menurunnya ROM merupakan akibat umum dari immobilisasi setelah patah tulang dan pengembangan bekas luka setelah luka bakar. Kondisi neurologis seperti stroke, trauma kepala, cerebral palsy, dan sindrom nyeri regional kompleks dapat juga mengakibatkan penurunan ROM karena hilangnya gerakan volunter, immobilisasi, dan nyeri. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan rentang usia responden berada pada rentang usia lansia awal yaitu 46-55 tahun, penelitian ini sejalan dengan Roach dan Miles dalam Norkin White, 2009 yang dalam penelitiannya menemukan gerakan aktif panggul dan lutut mengalami penurunan 3° sampai 5° antara kelompok usia termuda 25-39 tahun dan kelompok usia tertua 60-74 tahun. Secara teori, usia mempengaruhi sistem tubuh termasuk muskuloskeletal. Semakin bertambah usia maka fungsi muskuloskeletal akan semakin berkurang. Setelah mencapai puncaknya maka perlahan-lahan terjadi perubahan fungsi ke arah penurunan. Selain kolagen, unsur lain juga berkurang seiring bertambahnya umur. Menurunnya kepadatan tulang, berubahnya struktur otot dan sendi yang lama kelamaan mengalami penurunan elastisitas menyebabkan kekuatan dan fleksibilitas otot sendi menjadi menurun sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi Pudjiastuti Utomo, 2003. Penelitian lain yang dilakukan oleh Doriot dan Wang 2006 dalam Yuliastati, 2011 yang menganalisis tentang pengaruh usia dan jenis kelamin Universitas Sumatera Utara 43 terhadap rentang gerak sendi ekstremitas atas pada berbagai usia. Hasilnya menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia dan jenis kelamin terhadap perubahan rentang gerak sendi antara berbagai tahap usia. Penurunan yang lebih besar terjadi pada usia tua. Hasil penelitian ini didapatkan diagnosa medis responden mayoritas SOL Space Occupying Lesion Intrakranial. SOL Intrakranialtumor otak intrakranial termasuk lesi yang mendesak ruang di otak, dapat berupa tumor jinak maupun ganas. Tumor otak dapat menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan pada serebelum maka akan menyebabkan pusing, ataksia kehilangan kesimbangan atau gaya berjalan yang sempoyongan dan kecenderungan jatuh kesisi yang lesu, otot-otot tidak terkoordinasi ristagmus gerakan mata berirama tidak disengaja biasanya menunjukkan gerakan horizontal. Apabila terjadi kerusakan pada control motorik volunter maka responden tidak mampu melakukan gerakan secara mandiriaktif. Kerusakan komponen sistem saraf pusat yang mengatur pergerakan volunter mengakibatkan gangguan kesejajaran tubuh dan immobilisasi. Jalur motorik pada serebrum dapat dirusak oleh trauma karena cedera kepala, stroke, dan meningitis. Seseorang yang mengalami hemoragik serebral kanan disertai nekrosis total, mengakibatkan kerusakan jalur motorik kanan dan hemiplegi tubuh bagian kiri Handayani, 2013. Secara teori, apabila otot-otot termasuk otot ekstremitas bawah tidak dilatih dalam jangka waktu tertentu maka otot akan kehilangan fungsi motoriknya secara permanen. Hal ini terjadi karena otot cenderung dalam keadaan immobilisasi. Keterbatasan mobilisasi akan mempengaruhi otot melalui kehilangan daya tahan, Universitas Sumatera Utara 44 penurunan masa otot, atrofi dan penurunan stabilitas. Immobilisasi dapat menyebabkan beberapa otot mengalami atrofi, kehilangan tonus otot dan kekakuan sendi. Immobilisasi juga dapat mengakibatkan kontraktur sendi yaitu suatu kondisi abnormal yang ditandai dengan fleksi sendi dan terfiksasi. Hal ini terjadi akibat sendi tidak digunakan, atrofi dan pemendekan serat otot. Jika terjadi kontraktur maka sendi tidak dapat mempertahankan rentang geraknya dengan penuh Potter Perry, 2006. Menurut Bowden dan Greenberg 2008 agar sendi tidak kehilangan fungsinya, maka latihan rentang gerak sendi sebaiknya dilakukan 2 kali dalam sehari. Jika sendi telah kehilangan gerakannya, maka latihan dilakukan lebih sering dan lebih lama. Latihan dilakukan sedini mungkin sebelum sendi kehilangan rentang geraknya sehingga dapat mengurangi dan mencegah terjadinya keterbatasan. Universitas Sumatera Utara 45 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan