BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stres
2.1.1. Definisi
Stres adalah suatu reaksi tubuh yang dipaksa, di mana ia boleh menganggu equilibrium homeostasis fisiologi normal Julie K., 2005.
Stres adalah reaksirespons tubuh terhadap stresor psikososial tekanan mentalbeban kehidupan. Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk
menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres; konteks yang
menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu sistem WHO, 2003.
Menurut Morgan dan King, “…as an internal state which can be caused by physical demands on the body disease conditions, exercise, extremes of temperature,
and the like or by environmental and social situations which are evaluated as potentially harmful, uncontrollable, or exceeding our resources for coping” Morgan
King, 1986. Jadi stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik badan, atau lingkungan, dan situasi sosial, yang
berpotensi merusak dan tidak terkontrol AAT Sriati, 2007.
2.1.2. Kajian mengenai stres
Konsep milieu interieur lingkungan internal tubuh, yang pertama kali diajukan oleh Fisiologis Perancis, Claude Bernard. Dalam konsep ini, ia
menggambarkan prinsip-prinsip keseimbangan dinamis. Dalam keseimbangan dinamis, kekonstanan, kondisi mapan situasi di lingkungan badan internal, sangat
penting untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, perubahan dalam lingkungan eksternal
Universitas Sumatera Utara
atau kekuatan eksternal yang mengubah keseimbangan internal harus bereaksi dan mengkompensasi supaya organisme dapat bertahan hidup. Contoh kekuatan eksternal
adalah seperti suhu, konsentrasi oksigen di udara, pengeluaran energi, dan keberadaan predator. Selain itu, penyakit juga stres yang mengancam keseimbangan lingkungan
internal tubuh Nasution I. K., 2007. Ahli saraf Walter Cannon menciptakan istilah homeostasis untuk lebih
menentukan keseimbangan dinamis yang telah dijelaskan Bernard. Dia juga adalah yang pertama untuk memperkenalkan bahwa stresors dapat berupa emosional
maupun fisik. Melalui eksperimen, dia menunjukkan respons fight or flight yang timbul pada manusia dan binatang ketika terancam. Selanjutnya, Cannon juga
mengatakan bahawa reaksi ini juga disebabkan oleh pelepasan neurotransmitters neurotransmiter adalah bahan kimia dalam tubuh yang membawa pesan ke dan dari
saraf dari kelenjar adrenal, medula. Medula adrenal mengeluarkan dua jenis neurotransmiter, yaitu epinefrin atau disebut sebagai adrenalin dan norepinefrin
noradrenalin, dalam respon terhadap stres. Pelepasan neurotransmiter menyebabkan efek fisiologis terlihat pada respon fight or flight, misalnya, denyut jantung yang
cepat, peningkatan kewaspadaan, dan lain-lain. Nasution I. K., 2007 Seterusnya, Hans Selye, seorang ilmuwan awal yang mempelajari stres,
melanjut pengamatan Cannon. Beliau mengatakan bahawa selain daripada respons tubuh, semasa stres kelenjar pituitary juga memainkan peranan. Dia menggambarkan
kontrol oleh kelenjar sekresi hormon misalnya, kortisol yang penting dalam respon fisiologis terhadap stres dengan bagian lain dari kelenjar adrenal yang dikenal sebagai
korteks. Selain itu, Selye sebenarnya memperkenalkan istilah tegangan dari fisika dan rekayasa dan didefinisikan sebagai respons bersama yang terjadi di setiap bagian
tubuh, fisik atau psikologis. Nasution I. K., 2007 Dalam eksperimennya, Selye menginduksi stres pada tikus dalam berbagai
cara. Pada tikus yang terkena tegangan konstan, berlakunya pembesaran kelenjar adrenal, ulkus gastrointestinal dan atrofi sistem imun. Beliau menerangkan ini sebagai
suatu proses adaptasi umum penyesuaian atau sindrom stres. Ia menemukan bahwa
Universitas Sumatera Utara
proses ini adaptif, penyesuaian yang sesuai dan normal untuk organisme dalam menangkal stres. Proses adaptif yang berlebihan, dapat merusak tubuh. Overstres,
bisa berbahaya. Nasution I. K., 2007
2.1.3. Jenis-jenis stres