Merujuk Tabel 5.14, sebanyak 95,5 responden yang memiliki sarjana mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Seseorang yang berpendidikan tinggi
dapat lebih memelihara tingkat kesehatannya daripada seseorang yang berpendidikan lebih rendah misalnya yang hanya mendapatkan pendidikan SD. Dalam penelitian ini,
hanya seorang 7,1 responden yang mendapat pendidikan SD mempunyai tingkat pengetahuan baik. Orang yang berpendidikan lebih tinggi lebih mudah untuk menjaga
kesehatan di lingkungannya. Pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Kematangan intelektual ini berpengaruh pada wawasan, cara berfikir, baik
dalam cara pengambilan keputusan maupun dalam pembuatan kebijakan Semakin tinggi pendidikan formal, akan semakin baik pengetahuan tentang kesehatan. Hal ini
didukung oleh penelitian Widyastuti 2005 dalam Amalia 2009 yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi menjadikan seseorang itu lebih
berorientasi pada tindakan preventif,mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik.
5.2.2. Sikap Pencarian Pelayanan KesehatanPengobatan Health Seeking
Behavior pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dilihat sikap masyarakat Kelurahan Padang Bulan adalah sebagai berikut: sikap baik sebanyak 48 orang 48,0, sedang sebanyak 52
orang 52,0, dan tidak ada yang sikapnya kurang. Berdasarkan Tabel 5.9 yaitu pertanyaan nomor 1, mayoritas responden yaitu
sebanyak 60 orang 60,0 sangat setuju kesehatan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Ini dikarenakan masyarakat secara keseluruhannya bisa mengakses
informasi kesehatan dengan lebih mudah di zaman teknologi misalnya melalui internet hingga menyebabkan pengetahuan kesehatan bertambah. Bermula dari
pengetahuan kesehatan, maka lama-kelamaan akan membentuk sikap pada masyarakat. Hal ini sangat baik karena masyarakat sudah sadar bahwa dengan kondisi
yang sehat, seseorang itu bisa melakukan aktivitas semaksimal mungkin. Selain itu,
Universitas Sumatera Utara
dengan menganggap kesehatan perkara yang paling penting, ini akan menyebabkan masyarakat itu sendiri lebih berusaha dalam pemeliharaan kesehatannya.
Selain itu, berdasarkan pertanyaan nomor 3, mayoritas responden yaitu sebanyak 59 orang 59,0 setuju dengan tindakan pertama pertama pergi ke fasilitas
pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan sekiranya ada tanda-tanda penyakit seperti demam. Ini disebabkan kebanyakan masyarakat sudah mampu untuk membayar
perkhidmatan yang didapatkannya. Selain itu, sarana yang lengkap di fasilitas pelayanan kesehatan di samping layanan yang mesra oleh petugas kesehatan juga
tambah meyakinkan penderita untuk mendapatkan pengobatan di tempat tersebut. Namun, 5 orang 5,0 responden menyatakan tidak setuju. Ini disebabkan karena
masalah waktu dan biaya. Jika berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan, banyak waktu dihabiskan karena menunggu giliran dan ini menyusahkan pasien tersebut. Di
samping itu, tidak semua masyarakat mampu membayar perkhidmatan yang ditawarkan di fasilitas pelayanan kesehatan. Jadi, langkah yang paling sesuai
dirasakan oleh mereka adalah membeli obat di warung karena bisa menjimatkan waktu dan biaya.
Mayoritas responden yaitu sebanyak 68 orang 68,0 menyatakan setuju pada pertanyaan nomor 6. Masyarakat sebenarnya telah mempunyai sikap yang baik
apabila mengutamakan kesehatan dengan berobat walaupun biaya yang dikeluarkan untuk berobat tersebut adalah tinggi. Dengan mempunyai tahap kesehatan yang baik,
masyarakat bisa melakukan aktivitas seharian mereka misalnya bekerja. Oleh yang demikian, kesehatan amat berperan dalam kehidupan sehinggakan masyarakat begitu
menitikberatkan tahap kesehatan mereka. Ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cockroft dkk. 2004 yang menyatakan bahwa seseorang itu
berobat karena faktor biaya. Biaya yang mahal menyebabkan hasrat untuk berobat tidak dapat dilaksanakan bagi kalangan yang kurang mampu.
Berdasarkan pertanyaan nomor 9, mayoritas responden yaitu sebanyak 69 orang 69,0 menyatakan setuju pengobatan moderen seperti di puskesmas lebih baik
berbanding dengan pengobatan tradisional. Hal ini disebabkan oleh pengobatan
Universitas Sumatera Utara
moderen sudah diuji secara klinis dan efeknya sudah dapat ditentukan. Tambahan pula sekarang ini pengobatan sudah berlandaskan kepada Evidence Based Medicine
EBM. Jadi, masyarakat lebih senang dan yakin dengan pengobatan moderen. Hal sebaliknya pula bagi obat tradisional yang mana efeknya secara pasti belum
diketahui. Dalam Tabel 5.9 yaitu pada pertanyaan 11 dapat dilihat bahwa sebanyak 70
orang responden 70,0 setuju bahwa pemeriksaan kesehatan secara berkala perlu dilakukan walaupun tidak sakit. Ini menunjukkan bahwa masyarakat secara
keseluruhannya menganggap kesehatan merupakan sesuatu yang amat penting dalam kehidupan mereka. Masyarakat sudah sanggup mengeluarkan sedikit biaya dan
meluangkan sedikit waktu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Ini mencerminkan sikap yang baik telah wujud dalam masyarakat tersebut.
Dari Tabel 5.15 dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki mempunyai presentase sikap baik yang lebih tinggi yaitu 48,9 berbanding dengan jenis kelamin
perempuan yang hanya mencatatkan 47,2. Hal ini demikian karena sejak zaman dahulu kaum laki-laki mempunyai kuasa autonomi dalam menentukan kesehatan diri
sendiri dan juga kaum perempuan di bawah jagaannya. Lama-kelamaan, hal ini menjadi menjadi lumrah kehidupan yang pada penghujungnya akan membentuk suatu
kebiasaan atau sikap. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ahmed 2005 dan Shaikh dan Hatcher 2004 yang menyatakan perempuan seringkali
dipinggirkan dalam membuat keputusan mengenai kesehatan dirinya sendiri. Dari Tabel 5.16 dapat dilihat bahwa suku Mandailing mempunyai presentase
sikap baik yang paling tinggi berbanding dengan suku lainnya apabila mencatatkan 100 responden yang mempunyai sikap baik. Secara umumnya, tiap suku
mempunyai kepercayaan atau pedoman tersendiri mengenai pengobatan suatu penyakit. Justeru, suku yang berlainan akan memberi sikap yang berbeda dalam hal
pencarian pengobatan suatu penyakit. Menurut Shi dan Stevens 2005, Toan et al. 2002, dan Freeman dan Payne 2002, faktor etnik merupakan faktor dominan
dalam pencarian pengobatan.
Universitas Sumatera Utara
Dijelaskan juga oleh Green dalam Notoatmodjo 2007 bahwa mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang
memungkinkan. Faktor yang mendukung adalah : 1 faktor predisposisi pengetahuan, sikap, keyakinan persepsi, 2 faktor pendukung akses pada
pelayanan kesehatan, keterampilan dan adanya referensi, 3 faktor pendorong terwujud dalam bentuk dukungan dari keluarga, tetangga dan tokoh masyarakat.
Secara umumnya, sikap sangat berhubungan dengan perilaku mengobati. Ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Farida Sirlan 2005 yang dikutip oleh
Purnamaningrum 2010 yang menyatakan bahwa sikap seseorang berhubungan dengan perilakunya. Penelitian tersebut tampak bahwa sikap selalu berhubungan
secara bermakna dengan perilaku seseorang. Hal ini bisa terjadi karena sikap responden yang sudah baik untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
5.2.3. Tindakan Pencarian Pelayanan KesehatanPengobatan Health Seeking