manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut.
4. Isyarat atau tanda-tanda cues
Faktor-faktor seperti pesan-pesan pada media massa, nasihat kawan-kawan atau individu lain perlu supaya pasien mendapatkan tingkat penerimaan yang
benar mengenai kerentanan, kegawatan dan keuntungan sesuatu tindakan.
2.2.1. Faktor-faktor yang mempegaruhi pencarian pelayanan kesehatan atau pengobatan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pencarian pelayanan kesehatan ini misalnya jauhnya letak tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal pasien,
mahalnya biaya pengobatan, ketidakpuasan terhadap hasil pengobatan, sikap meremehkan suatu penyakit dan maraknya kasus-kasus malpraktek medis akhir-akhir
ini. Menurut Cockroft dkk. 2004, faktor yang paling berperan dalam pemilihan sarana pengobatan adalah mahalnya biaya pengobatan. Selain itu, faktor seperti etnik,
usia, tingkat pendidikan, jauhnya letak tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal pasien juga berperan dalam menentukan sarana pengobatan Ahmed, 2005.
Sementara itu, Shaikh dan Hatcher 2004 pula membagikan faktor determinan pencarian pelayanan kesehatan pada negara membangun kepada beberapa komponen
yaitu faktor demografi, gender, ekonomi, ketersediaan sarana pengobatan dan tingkat keparahan penyakit.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2005, mendapati persentase penduduk Indonesia yang berobat ke Puskesmas adalah sebesar 37, 26 persen 21,9 juta jiwa;
ke praktik dokter sebesar 24,39 persen 14,3 juta jiwa; ke poliklinik sebesar 3,86 persen 2,27 juta jiwa; rumah sakit pemerintah sebesar 6,01 persen 3,5 juta jiwa;
dan ke rumah sakit swasta sebesar 3,32 persen 1,95 juta jiwa Ikatan Dokter Indonesia, 2007. Daripada Depkes RI 2009, didapati 62,65 penduduk Indonesia
yang sakit melakukan pengobatan sendiri dan sisanya ke pengobatan medis, pengobat tradisional dan tidak berobat. Menurut data yang diperoleh dari Susenas 2001,
Universitas Sumatera Utara
persentase penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri cenderung menurun, dalam hal ini penggunaan obat menurun, tetapi penggunaan obat tradisional
dan cara tradisional meningkat. Persentase penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri menggunakan obat lebih tinggi pada kelompok usia kerja,
pendidikan tamat SD, bekerja, pengeluaran sebulan per orang sampai dengan Rp 300.000, jenis keluhan sakit gigi, sakit kepala, batuk, pilek, dan demam, lama sakit
tak lebih dari 3 hari, persepsi sakit ringan, dan biaya pengobatan tidak lebih dari Rp 2.000 Supardi, 2002.
2.2.2. Model sistem kesehatan health system model