oksidasi, karena cara ini yang dianjurkan untuk lingkungan pedesaan. Air buangan dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk empat persegi yang luasnya ± 325 m²
dengan kedalaman ± 3 m, di dalam kolam tersebut dibiarkan tanaman tumbuh dengan liar, cara kerjanya memanfaatkan pengaruh sinar matahari, ganggang algae, bakteri
dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Lokasi kolam jauh dari lingkungan penduduk dan ditempatkan didaerh tebuka yang memungkinkan adanya proses
sirkulasi angin. Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan air akan
merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang
pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan.
5.2. Hasil Pemeriksaan Air Limbah Rumah Potong Hewan
Uji limbah cair yang dilakukan pada rumah potong hewan di Kelurahan Mabar Hilir yang diteliti meliputi : pH, kadar BOD, kadar COD, zat padat terlarut
TSS, Ammoniak NH3 serta minyak dan lemak. Hasil pemeriksaan air limbah di rumah potong hewan didapat kadar pH, kadar BOD, kadar COD, zat padat terlarut
TSS, Ammoniak NH3 pada ketiga titik pengambilan sampel yaitu bak penampungan, kolam oksidasi dan parit pembuangan sudah memenuhi syarat yang
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.02 tahun 2006, meskipun hasilnya pada setiap jarak bervariasi.
Hal ini disebabkan karena pekerja memisahkan limbah padat yang berupa usus, sisa-sisa daging, sisa-sisa organ dalam sebelum limbah dari proses pemotongan
mengalir ke bak penampungan. Limbah padat tersebut dikumpulkan kemudian
Universitas Sumatera Utara
dikeringkan yang pada akhirnya dijadikan pupuk. Rendahnya kadar pH, kadar BOD, kadar COD, zat padat terlarut TSS, Ammoniak NH3 ini juga disebabkan karena
pada proses pemotongan banyak menggunakan air untuk membersihkan kulit, daging dan organ dalam hewan.
Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan Kota Medan menggunakan pengolahan air limbah dengan sistem aerob yaitu menggunakan bantuan oksigen
untuk mengurangi zat-zat organik yang terkandung dalam air limbah. Penguraian limbah organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme dalam air merupakan
proses alamiah yang mudah terjadi apabila air limbah mengandung oksigen yang cukup. Dalam air limbah bahan pencemar organik diuraikan secara alamiah oleh
bakteri yang ada. Bila oksigen cukup banyak, bakteri akan melakukan dekomposisi secara aerob.
Hasil pemeriksaan kadar minyak dan lemak dari air limbah rumah potong hewan pada 3 titik pengambilan sampel yaitu bak penampungan, kolam oksidasi dan
parit pembuangan diperoleh kadar minyak dan lemak yang tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.02 tahun
2006, karena hasilnya melebihi dari kadar maksimum untuk air limbah RPH yaitu 15mgL.
Hal ini disebabkan pada proses pemotongan daging dan lemak terlarut dalam air cucian. Pada bak penampungan juga tidak ada pengolahan minyak dan lemak
seperti oil and grease trap. Lapisan minyak dan lemak di permukaan air akan mengganggu kehidupan
organisme di dalam air. Hal ini disebabkan oleh lapisan minyak dan lemak pada
Universitas Sumatera Utara
permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga jumlah oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang dan adanya lapisan
minyak dan lemak pada permukaan air juga akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga fotosintesis oleh tanaman air tidak dapat berlangsung
sehingga penguraian air limbah akan terganggu dan dapat menimbulkan bau. Beberapa komponen yang menyusun minyak juga diketahui bersifat racun
terhadap berbagai hewan maupun manusia, tergantung dari struktur dan berat molekulnya. Komponen-komponen hidrokarbon jenuh yang mempunyai titik didih
rendah diketahui dapat menyebabkan anestesi dan narkosis pada berbagai hewan tingkat rendah dan jika terdapat pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan
kematian.
5.3. Konstruksi Air Sumur Gali