Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui gambaran sistem pembuangan air limbah rumah potong hewan dan kualitas air sumur gali di sekitar
saluran pembuangan air limbah Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010.
1.2. Perumusan Masalah
Sebanyak 77,7 rumah tangga di Kelurahan Mabar Hilir menggunakan air sumur gali sebagai sumber air bersih. Berdasarkan informasi yang diperoleh pada
survai pendahuluan, air sumur gali masyarakat sekitar rumah potong hewan keruh, berbau dan sangat meresahkan masyarakat apalagi pada musim hujan. Masalah yang
akan diteliti adalah gambaran sistem pembuangan air limbah rumah potong hewan dan kualitas air sumur gali di sekitar saluran pembuangan air limbah Perusahaan
Daerah Rumah Potong Hewan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran sistem pembuangan air limbah rumah potong hewan dan kualitas air sumur gali di sekitar saluran pembuangan air limbah
Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui sistem pembuangan air limbah rumah potong hewan
2. Untuk mengetahui kualitas air limbah rumah potong hewan
3. Untuk mengetahui konstruksi sumur gali di Kelurahan Mabar Hilir
4. Untuk mengetahui kualitas air sumur gali di Kelurahan Mabar Hilir
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pihak instansi yang terkait dalam upaya
penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan dan merata di seluruh daerah pemerintahan Kota Medan
2. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang konstruksi sumur gali yang saniter
dalam meningkatkan kualitas air sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan yang sesuai dengan Permenkes RI No.416 Tahun 1990
3. Sebagai bahan masukan bagi Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan Kota
Medan dalam hal pengolahan air limbah yang sesuai dengan Permenlh RI No.2 Tahun 2006 Tentang Baku Mutu Limbah Kegiatan Rumah Potong
Hewan 4.
Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan utamanya dibidang kesehatan lingkungan serta dapat menjadi
bahan bacaan atau perbandingan bagi penelitian selanjutnya 5.
Sebagai media untuk menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Limbah Rumah Potong Hewan
Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahanzat-
zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup Kusnoputranto, 1986.
Limbah cair Rumah Pemotongan Hewan RPH mengandung bahan organik dengan konsentrasi tinggi, padatan tersuspensi, serta bahan koloid seperti lemak,
protein, dan selulosa. Bahan orgnik ini dapat menimbulkan permasalahan lingkungan bila dibuang langsung ke lingkungan Roihatin, A, 2006.
2.1.1. Karakteristik Air Limbah Rumah Potong Hewan
Kusnoputranto 1985 menjelaskan bahwa berdasarkan karakteristiknya, air limbah dapat digolongkan menjadi tiga bagian:
1. Karakteristik fisik Terdiri dari 99,9 air serta sejumlah kecil bahan-bahan padat tersuspensi. Air
buangan rumah tangga biasanya sedikit berbau sabun atau minyak dan bewarna suram seperti larutan sabun, biasanya terdapat sisa-sisa kertas, sabun serta bagian-
bagian dari tinja.
Universitas Sumatera Utara
2. Karakteristik kimia Air buangan mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari
air bersih serta bermacam-macam zat organik yang berasal dari bahan-bahan buangan dari proses produksi. Biasanya bersifat basa pada saat limbah baru dibuang
dan cenderung bersifat asam apabila limbah sudah mulai membusuk. Substansi organik dalam air buangan dapat digolongkan menjadi dua gabungan,
yaitu: 1
Gabungan yang mengandung nitrogen, yang terdiri dari urea, protein dan asam amino.
2 Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, yang terdiri dari lemak,
sabun dan karbohidrat jenis sellulosa 3. Karakteristik biologis
Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli juga terdapat dalam air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam
proses pengolahan air limbah industri. Untuk mencegah atau mengurangi dampak negatif tersebut, perlu diperhatikan kondisi sistem pembuangan air limbah yang
memenuhi syarat sehingga air limbah tersebut tidak mengkontaminasi sumber air minum; tidak mengakibatkan pencemaran permukaan tanah; tidak menyebabkan
pencemaran air untuk mandi, perikanan, air sungai, atau tempat-tempat rekreasi; tidak dapat dihinggapi serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat
berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor; baunya tidak mengganggu masyarakat setempat.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Parameter Air Limbah Rumah Potong Hewan
Permenlh RI No.02 2006 menjelaskan bahwa parameter air limbah rumah
potong hewan terdiri dari: 1.
Biochemical Oxygen Demand BOD Biochemical Oxygen Demand BOD adalah banyaknya oksigen dalam air
limbah yang dibutuhkan bakteri atau mikroorganisme untuk melakukan dekomposisi aerob dari bahan-bahan organik yang ada dibawah kondisi standar
waktu dan suhu tertentu. Penguraian limbah organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme dalam air merupakan proses alamiah yang mudah terjadi
apabila air limbah mengandung oksigen yang cukup. Dalam air limbah bahan pencemar organik diuraikan secara alamiah oleh bakteri yang ada. Bila oksigen
cukup banyak, bakteri akan melakukan dekomposisi secara aerob. Kalau kehabisan oksigen maka dekomposisi dilakukan oleh bakteri anaerob.
Biochemical Oxygen Demand BOD merupakan petunjuk penting untuk mengetahui zat organik dalam air limbah, semakin banyak kandungan zat
organik maka semakin tinggi kadar BOD. Kadar BOD maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah 100 mgL.
2. Chemical Oxygen Demand COD Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan uji
yang lebih cepat daripada uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji COD Chemical Oxygen Demand, yaitu suatu uji yang
menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalya kalium dikhromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di
Universitas Sumatera Utara
dalam air. Uji COD biasanya menghasilkan kebutuhan oksigen yang lebih tinggi daripada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi
dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Kadar COD maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah
200mgL. 3. Total Suspended Solid TSS
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air yang tidak larut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari
partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih rendah dari sedimen. Kadar TSS maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan
adalah 100 mgL. 4. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak yang mencemari air sering dimasukkan ke dalam kelompok padatan, yaitu padatan yang mengapung di atas permukaan air.
Pencemaran air oleh minyak sangat merugikan karena dapat menimbulkan hal- hal sebagai berikut:
1 Adanya minyak menyebabkan penetrasi sinar ke dalam air berkurang. Ternyata intensitas sinar di dalam air sedalam 2 meter dari
permukaan air yang mengandung minyak adalah 90 lebih rendah daripada intensitas sinar pada kedalaman yang sama di dalam air
yang bening 2 Konsentrasi oksigen terlarut menurun dengan adanya minyak karena
lapisan film minyak menghambat pengambilan oksigen oleh air
Universitas Sumatera Utara
3 Adanya lapisan minyak pada permukaan air akan mengganggu kehidupan burung air karena burung-burung yang berenang dan
menyelam bulu-bulunya akan ditutupi oleh minyak sehingga menjadi lekat satu sama lain, akibatnya kemampuannya untuk terbang juga
menurun 4 Penetrasi sinar dan oksigen yang menurun dengan adanya minyak
dapat mengganggu kehidupan tanam-tanaman laut, termasuk ganggang dan liken
Beberapa komponen yang menyusun minyak juga diketahui bersifat racun terhadap berbagai hewan maupun manusia, tergantung dari struktur dan berat
molekulnya. Komponen-komponen hidrokarbon jenuh yang mempunyai titik didih rendah diketahui dapat menyebabkan anestesi dan narkosis pada berbagai
hewan tingkat rendah dan jika terdapat pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kematian. Kadar minyak dan lemak maksimum yang
diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah 15 mgL. 5. NH
3
Ammoniak NH
3
merupakan hasil pembakaran asam amino oleh berbagai jenis bakteri aerob dan anaerob. Jika kadar asam amino di dalam air terlalu tinggi karena
pembakaran protein tidak berlangsung dengan baik sehingga menghasilkan asam nitrat maka akan menimbulkan pencemaran. Kadar NH
3
maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah 25 mgL.
Universitas Sumatera Utara
6. pH derajat keasaman Pengukuran pH yang berkaitan dengan proses pengolahan biologis karena
pH yang kecil akan lebih menyulitkan disamping akan mengganggu kehidupan dalam air bila dibuang ke perairan terbuka. Kadar pH maksimum yang
diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah 6-9.
2.1.3. Dampak Negatif Air Limbah Rumah Potong Hewan
1. Terhadap Badan Air Kandungan senyawa organik dalam badan air penerima akan meningkat,
bila terjadi kadar parameter menyimpang dari standar, maka akan terjadi penguraian yang tidak seimbang dan akan menimbulkan kondisi septik suatu
keadaan dimana kadar oksigen terlarut nol dan timbul bau busuk H
2
S. Kenaikan temperatur, kenaikanpenurunan pH akan mengganggu kehidupan air,
misalnya tumbuhan dan hewan akan punah. Bila air tersebut mempunyai kesadahan tinggi atau partikel yang mengendap cukup banyak, hal ini akan
mengakibatkan pendangkalan, sehingga dapat menimbulkan banjir di musim hujan. Selain itu, senyawa beracunlogam berat sangat membahayakan bagi
masyarakat yang mempergunakan air sungai sebagai badan air penerima yang dipergunakan sebagai sumber penyediaan air bersih.
2. Terhadap Kesehatan Manusia Air berperan dalam kelangsungan kehidupan. Air mengandung zat-zat
organik dan anorganik dalam batas-batas tertentu, oleh sebab itu, ada dua peranan air limbah dalam kehidupan yakni peranan positif dan negatif. Peran
positif apabila air limbah dengan kualitas parameter yang dikandungnya sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan peruntukkannya antara lain untuk irigasi, perikanan, perkebunan, perindustrian, rumah tangga, rekreasi dan sebagainya. Peranan negatif air
limbah secara umum dikatakan lebih banyak karena manusia tidak merasa berkepentingan akan mengelola air limbah tersebut. Air limbah dianggap air
yang tidak berguna lagi, oleh karena itu, air limbah dibuang sembarangan tanpa mempertimbangkan dampak negatif yang akan terjadi baik terhadap sumber
alam hayati dan non hayati yang berguna bagi kelangsungan kehidupan. Peranan negatif tersebut termasuk pengaruhnya terhadap kesehatan manusia
dan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Badan air penerima air limbah mempunyai potensi untuk mengganggu
kesehatan antara lain gangguan saluran pencernaan, keracunan makanan, penyakit kulit dan sebagainya. Adapun beberapa penyakit yang dapat ditularkan
melalui air limbah antara lain penyakit amoebiasis, kecacingan, muntaber, leptospirosis, shigellosis, tetanus dan typus.
2.1.4. Jenis-jenis Pengolahan Air Limbah RPH
Kusnoputranto 1987 menjelaskan bahwa pengolahan air limbah terdiri dari: 1.
Pengenceran dilution Yakni air buangan diencerkan terlebih dahulu sampai mencapai konsentrasi
yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan air. Pada keadaan tertentu dilakukan proses pengolahan sederhana terlebih dahulu seperti
pengendapan dan penyaringan. Akan tetapi dengan bertambahnya penduduk dan perkembangan industri, volume air limbah yang dibuang menjadi terlalu
banyak karena diperlukan derajat pengenceran yang cukup besar, hal ini
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini juga menimbulkan kerugian lain, misalnya bahaya kontaminasi terhadap badan air masih tetap
ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan badan air seperti sungai, danau dan sebagainya.
2. Irigasi luas Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan air akan
merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk
pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah rumah tangga,
perusahaan susu sapi, rumah potong hewan dan sebagainya dimana kandungan zat-zat organiknya cukup tinggi yang dibutuhkan oleh tanaman.
3. Kolam oksidasi Oxidation PondsWaste Stabilization Ponds Lagoon Merupakan suatu pengolahan air buangan untuk sekelompok masyarakat
kecil dan cara ini terutama dianjurkan untuk daerah pedesaan. Prinsip kerjanya adalah memanfaatkan pengaruh sinar matahari, ganggang algae,
bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air buangan dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk persegi panjang dengan
kedalaman 1-1,5 meter. Dinding dan lapisan kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Luas kolam tergantung pada jumlah air buangan yang akan diolah,
biasanya digunakan luas 1 acre = 4072 m
2
untuk 100 orang. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman minimal berjarak 500 meter ditempatkan
di daerah terbuka yang memungkinkan adanya sirkulasi udara.
Universitas Sumatera Utara
4. Pengolahan air buangan primer dan sekunder
Merupakan cara pengolahan air buangan yang lebih kompleks dan lengkap
yaitu pengolahan secara fisik dan mekanik primer dan secara biologis sekunder terutama di daerah perkotaan dan umumnya air buangan dari
segala jenis, baik yang berasal dari rumah tangga, kota praja maupun industri.
2.1.5. Kewajiban RPH dalam Pengolahan Air Limbah
Setiap penanggung jawab kegiatan rumah potong hewan mempunyai kewajiban Permenlh RI No.2, 2006 yaitu:
1. Melakukan pengolahan air limbah sehingga mutu air limbah yang dibuang
atau dilepas ke lingkungan tidak melampaui baku mutu air limbah rumah potong hewan
2. Membuat sistem saluran air limbah yang kedap air dan tertutup agar tidak
terjadi perembesan air limbah ke lingkungan, dilengkapi dengan alat penyaring untuk memudahkan pembersihan dan perawatan.
3. Memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan saluran limpasan hujan
4. Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah dan melakukan pencatatan
debit air limbah harian 5.
Melakukan pencatatan jumlah dan jenis hewan yang dipotong perhari. 6.
Memeriksa kadar parameter baku mutu air limbah secara periodik sekurang- kurangnya 1 kali dalam sebulan di laboratorium yang terakreditasi
7. Menyampaikan laporan tentang catatan debit air limbah harian, jumlah dan
jenis hewan yang dipotong perhari dan kadar parameter baku mutu air limbah
Universitas Sumatera Utara
sekurang-kurangnya 3 bulan sekali kepada gubernurwalikota dengan tembusan disampaikan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup dan
instansi yang membidangi kegiatan rumah potong hewan serta instansi lain yang dianggap perlu.
2.2. Sumur Gali
2.2.1. Pengertian Sumur Gali
Sumur gali adalah bangunan penyadap atau pengumpul air tanah pada kedalam 7-10 meter dari permukaan tanah dengan menggunakan timba untuk menaikkan air
tanah. Inpres No.6 , 1984. Sumur gali adalah sarana untuk menyadap dan menampung air tanah untuk air
minum dengan cara menggali tanah berbentuk sumuran agar mendapatkan air yang sehat dan murah serta dapat dimanfaatkan oleh perorangan rumah tangga maupun
kelompok. Menurut Entjang 2000, dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur
gali ini kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan
pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa
pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur harus kedap air, tempat penampungan air limbah minimal 10
meter dari air sumur gali dan terbuat dari bahan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin dinding sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur
yang kuat dan rapat.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Jenis-jenis Sumur Gali
Menurut Joko 2010, sumur gali dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yakni: a.
Air sumur dangkal Air sumur dangkal adalah air yang keluar dari dalam tanah, sehingga
disebut sebagai air tanah. Air berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu
ke yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini belum dianjurkan
untuk dipergunakan karena masih adanya kontaminasi kotoran dari permukaan tanah. Oleh karena itu, perlu direbus dahulu sebelum diminum.
b. Air sumur dalam Air sumur dalam yaitu air yang berasal dari lapisan air kedua di dalam
tanah, yang kedalamanya dari permukaan tanah biasanya lebih dari 15 meter. Oleh karena itu, sebagaian besar air sumur dalam ini sudah layak untuk
dijadikan air minum tanpa melalui proses pengolahan.
2.2.3. Persyaratan Kualitas Air Sumur Gali
Menteri Kesehatan RI mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Secara garis
besar, persyaratan kualitas air bersih digolongkan atas 4 syarat, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
2.2.3.1. Syarat Kualitas Fisik
1. Kekeruhan Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan
organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.
2. Temperatur Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut.
Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi.
3. Warna Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan
tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.
4. Zat padat terlarut Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk sehingga dapat meyebabkan
turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam air.
5. Bau dan rasa Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga
serta oleh adanya gas seperti H
2
S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik dan akibat adanya senyawa-senyawa organik tertentu
Universitas Sumatera Utara
2.2.3.2. Syarat Kualitas Kimia
1. pH Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air
dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksik dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut
dipengaruhi oleh pH. 2. DO Dissolved Oxygent
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air
semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi. 3. BOD Biological Oxygent Demand
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air
buangan secara biologi. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan
bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi. Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen untuk beberapa reaksi
biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel dan oksidasi sel. Komponen organik yang mengandung senyawa nitrogen dapat pula
dioksidasi menjadi nitrat, sedangkan komponen organik yang mengandung senyawa sulfur dapat dioksidasi menjadi sulfat.
Universitas Sumatera Utara
4. COD Chemical Oxygent Demand COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi
bahan-bahan organik secara kimia. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self purification badan air penerima.
5. Kesadahan Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektivitas pemakaian
sabun dan dapat memberikan rasa yang segar. Adanya kesadahan dalam air dalam pemakaian air untuk industri air ketel, air pendingin atau pemanas
tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.
6. Senyawa-senyawa kimia yang beracun Unsur arsen As pada dosis yang rendah bersifat toksik bagi manusia
sehingga perlu pembatasan yang ketat ± 0,05 mgL sedangkan unsur besi Fe dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau logam
yang dapat menimbulkan warna koloid merah karat akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang bersifat toksik bagi manusia.
2.2.3.3. Syarat Kualitas Mikrobiologi Syarat kualitas mikrobiologi air bersih harus terhindar dari mikroorganisme
yang dapat menyebabkan penyakit seperti disentri, tipus, kolera. Untuk persyaratan mikrobiologi air bersih diarahkan pada:
- Memenuhi syarat apabila Total coli ≤50 ppm dan Coli tinja
≤50ppm
Universitas Sumatera Utara
- Tidak memenuhi syarat apabila Total coli 50ppm dan Coli tinja
50 ppm 2.2.3.4. Syarat Kualitas Radioaktif
Air bersih yang digunakan sebaiknya terhindar dari kontaminasi zat radioaktif yang melebihi batas maksimal yang diijinkan oleh Permenkes RI
No.416 Tahun 1990.
2.2.4. Resiko Pencemaran Air Sumur Gali
Air tanah dalam perjalanannya dari sumber asalnya dapat mengalami resiko pencemaran sebelum sampai ke konsumen. Pencemaran fisik, kimia, mikrobiologi
maupun radioaktif akan berakibat menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia. Pencemaran air oleh mikroorganisme berupa bakteri, virus, protozoa dan fungi dapat
ditemukan dalam feses dan urin penderita atau carier. Pada dasarnya bakteri dalam tinja manusia dapat bergerak secara horizontal maupun vertikal di dalam tanah.
Bakteri pada bahan buangan manusia dapat menyebar secara horizontal yaitu pada jarak 5 meter dari lubang kotoran, area kontaminasi melebar sampai 2 meter dan
menyempit pada jarak 11 meter, sedangkan secara vertikal, area kontaminasi dapat menyebar sampai kedalaman 3 meter.
Area kontaminasi oleh zat kimia mengikuti bentuk yang hampir sama dengan kontaminasi bakteri, hanya saja jaraknya lebih jauh yakni area kontaminasi dapat
menyebar sampai jarak 115 meter.
2.2.5. Persyaratan Konstruksi Sumur Gali
Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa. Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai
Universitas Sumatera Utara
sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut Entjang, 2000 :
1 Syarat Lokasi atau Jarak Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak
sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah cesspool, seepage pit, dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta
kemiringan tanah. a
Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir. b
Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya.
2 Dinding Sumur Gali a
Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat dari tembok yang kedap air. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak
terjadi perembesan airpencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding
berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur Entjang, 2000.
b Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus dibuat
dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan yang telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri pada
umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut. Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen,
tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah Azwar, 1995.
Universitas Sumatera Utara
c Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan
tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air
sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. Dalam
keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar dari pipa beton.
d Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang
mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau Entjang, 2000.
3 Bibir sumur gali Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain :
a Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm untuk
mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan Entjang, 2000.
b Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih tinggi dari
permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah banjir c
Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu
kesatuan dengan dinding sumur 4 Lantai Sumur Gali
Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :
Universitas Sumatera Utara
a Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari dinding
sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat Entjang, 2000.
b Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring
dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-kira 1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk Azwar, 1995.
c Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan tanah
5 Saluran Pembuangan Air Limbah Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang 2000,
dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m. Sanropie 1984 mengemukakan, beberapa persyaratan konstruksi sumur gali
yang memenuhi syarat, yakni: a. Memiliki bibir sumur yang kedap air dengan tinggi minimal 0,8 meter
b. Memiliki cincin sumur yang kedap air yang dalamnya minimal 3 meter c. Memiliki lantai sumur yang terbuat dari bahan kedap air dan memiliki
kemiringan yang mengarah keluar menuju saluran pembuangan air limbah d. Memiliki sarana pembuangan air limbah yang kedap air
e. Memiliki jarak terhadap sumber pencemaran minimal 10 meter Penentuan persyaratan konstruksi sumur gali didasarkan pada beberapa hal,
yaitu: 1. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan bakteri
dalam air tanah mencapai 3 meterhari
Universitas Sumatera Utara
2. Keadaan porositas tanah sangat berpengaruh pada pergerakan air di dalam tanah
3. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertikal sampai kedalaman 3 meter
4. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sampai jarak 1 meter
5. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan atau tidak digunakan
6. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur
2.2.6. Penggunaan dan Pemeliharaan Sumur Gali 2.2.6.1. Penggunaan Sumur Gali
Menurut Joko 2010, penggunaan sumur gali meliputi: a Sumur harus dilengkapi dengan dinding pengaman pada bibir sumur
b Lakukan pengurasan pada sumur yang baru selesai dibangun sampai air menjadi bersih dan tidak berbau
c Bila pengambilan air menggunakan timba, usahakan dioperasikan dengan dua buah ember
d Bila pengambilan air timba, ukur tali timba agar tidak menyentuh lantai untuk menjaga kebersihan tali
e Bila pengambilan air menggunakan timba, sebaliknya timba tidak diletakkan pada lantai sumur, untuk mencegah masuknya kotoran pada
sumur atau air yang diambil dari sumur
Universitas Sumatera Utara
f Dalam keadaan tidak dipakai sebaiknya sumur ditutup sehingga tidak memungkinkan kotoran masuk ke dalam sumur
g Air bekas dari sumur sebaiknya dibuatkan saluran pembuang sehingga tidak menggenang pada halaman atau tanah di sekitar sumur yang dapat
menyebabkan lingkungan menjadi kotor, bau dan tempat berkembangbiaknya nyamuk
2.2.6.2. Pemeliharaan Sumur Gali
Pemeliharaan sumur gali dapat dilakukan dengan cara: a Pemeliharaan harian dan mingguan
- Lantai sumur sebaiknya secara rutin dibersihkan dengan cara menggosok lantai sumur sehingga tidak menjadi licin dan kotor
sekaligus tidak membahayakan pengambil air - Pantau dinding sumur dan lantai sumur terhadap keretakan untuk
mendapatkan perbaikan - Lakukan pelumasan pada katrol untuk pengambil air menggunakan
timba - Bersihkan saluran buangan dari kotoran serta pantau terhadap keretakan
untuk mendapatkan perbaikan b Pemeliharaan bulanan
- Bersihkan dinding sumur dilakukan 2-6 bulan sekali - Lakukan pengurasan
- Perhatikan gas dalam sumur dengan indikasi menggunakan lampu senter atau lilin yang diarahkan ke dalam sumur
Universitas Sumatera Utara
- Lakukan pembersihan dengan menggunakan alat bantu pernapasan jika lampu senter atau lilin mati
- Cek tiang sumur dan cek kerusakan c Pemeliharaan tahunan
- Cek katrol terhadap kerusakan - Pantau tali terhadap kerusakan
- Pantau ember terhadap kerusakan - Pantau dinding, lantai, saluran buangan terhadap kerusakan
2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Pada penelitian ini akan diketahui gambaran sistem pembuangan air limbah rumah potong hewan dan kualitas air sumur gali disekitar saluran pembuangan air
limbah PD RPH di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010. −
Sistem Pembuangan Air Limbah Rumah Potong
Hewan −
Kualitas Air Limbah Rumah Potong Hewan
− Konstruksi Sumur Gali
− Kualitas Air Sumur Gali
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian