Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

penggolongan jasa dengan tarif yang berbeda sebagaimana yang berlaku pada Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Dan bagi pengenaan tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak sebesar 0 nol persen bukan berarti diberikan kebebasan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Namun hal ini berdasarkan pengertian bahwa Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak didalam daerah Pabean. Oleh karena itu Barang Kena Pajak yang diekspor atau dikonsumsi diluar Daerah Pabean. dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0 nol persen.

3.6. Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan barang Kena Pajak dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean dan atau impor Barang Kena Pajak sedangkan Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai yang terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak atau Ekspor Barang Kena Pajak. Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk Masa Pajak yang sama. Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak, maka Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak. Universitas Sumatera Utara Apabila dalam suatu Masa, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali atau dikompensasikan ke masa Pajak berikutnya. Berikut ini contoh pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran ; Masa Pajak Mei 2008 : Pajak Keluaran = Rp 2.000.000,00 Pajak masukan yang dapat dikreditkan = Rp 4.500.000,00 - Pajak yang lebih dibayar = Rp 2.500.000,00 Pajak yang lebih dibayar tersebut dapat dikompensasikan atau diminta kembali pada Masa pajak Juni 2008. Masa Pajak Juni 2008 : Pajak Keluaran = Rp 3.000.000,00 Pajak Masukan yang dapat dikreditkan = Rp 2.000.000,00 - Pajak yang kurang dibayar = Rp 1.000.000,00 Pajak yang lebih dibayar dari Masa Pajak Mei 2001 yang dikompensasikan ke bulan Juni 2008 = 2. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegaiatan usaha.Yang dimaksud dengan pengeluaran Rp 2.500.000,00 - Pajak yang lebih dibayar Juni 2008 = Rp 1.000.000,00 Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan bagi pengeluaran untuk : 1. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; Universitas Sumatera Utara yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha adalah pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajamen; 3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon, van, dan kombi, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan; 4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; 5. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang bukti pungutannya berupa Faktur Pajak Sederhana; 6. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku; 7. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku; 8. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitannya ketetapan pajak; 9. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang diketemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; Pajak Keluaran = Rp 10.000.000,00 contoh : Dalam Surat Pemberitahuan Masa dilaporkan : Universitas Sumatera Utara Pajak Masukan = Rp 8.000.000,00 Dari hasil pemeriksaan diketahui : Pajak Keluaran = Rp 15.000.000,00 Pajak Masukan = Rp 11.000.000,00 Dalam hal ini, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan bukan sebesar Rp 11.000.000,00 tetapi tetap sebesar Rp 8.000.000,00 sesuai dengan yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa. Dengan demikian, perhitungan hasil pemeriksaan : Pajak keluaran = Rp 15.000.000,00 Pajak Masukan = Rp 8.000.000,00 - Kurang Bayar menurut hasil pemeriksaan = Rp 7.000.000,00 Kurang Bayar menurut Surat Pemberitahuan = Rp 2.000.000,00 - Masih kurang dibayar = Rp 5.000.000,00 Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan Contoh : Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tertanggal 7 Juli 2008 dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak Juli 2008 atau pada Masa Pajak berikutnya paling lambat Masa Pajak Oktober 2008 Universitas Sumatera Utara Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak ynag dapat dikompensasikan pada Masa Pajak berikutnya. Contoh : Masa Pajak November 2008 : Pajak Keluaran = Rp 3.000.000,00 Pajak Masukan yang dapat dikreditkan = Rp 5.000.000,00 - Pajak yang lebih dibayar = Rp 2.000.000,00 Masa Pajak Desember 2008 : Pajak Keluaran = Rp4.000.000,00 Pajak Masukan yang dapat dikreditkan =Rp3.000.000,00- Pajak yang kurang dibayar = Rp1.000.000,00 Pajak yang lebih dibayar dari Masa Pajak November 2008 = Rp2.000.000,00 Pajak yang lebih dibayar = Rp1.000.000,00 3.7.Faktur Pajak dan Nota Retur Setiap Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan atau ekspor Barang Kena Pajak dan setiap penyerahan Jasa Kena Pajak. Faktur Pajak dapat berupa Faktur Pajak Standar, Faktur Pajak Sederhana, dan dokumen-dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak. Faktur Pajak Standar adalah Faktur Pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak kurang lebih memuat ketentuan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Bentuk dan ukuran Faktur Pajak Standar disesuaikan dengan kepentingan PKP Setiap Faktur Pajak Standar harus menggunakan Kode dan Seri Faktur Pajak yang telah ditentukan didalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor : Per 159PJ2006 tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, tata Cara Penyampaian, dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar, yaitu: - Cara Penyampaian, dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar, yaitu :  2 dua digit Kode Transaksi;  1 satu digit Kode Status; dan  3 tiga digit Kode Cabang, Khusus Pengusaha Kena Pajak yang dipusatkan secara jabatan pada KPP yang menerapkan Sistem Administrasi Modern SAM, Kode Cabang ditentukan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak tersebut dan wajib memberitahukan secara tertulis ke KPP tempat pemusatan pajak terutang dilakukan paling lambat sebelum Faktur Pajak diterbitkan. - Nomer Seri Faktur terdiri dari : 2 dua digit Tahun Penerbitan 8 delapan digit Nomor Urut. 2. Dalam Faktur Pajak Standar harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan BKP atau penyerahan JKP yang paling sedikit memuat:  Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP  Nama, alamat , dan NPWP pembeli atau penerima JKP; Universitas Sumatera Utara  Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;  PPN yang dipungut;  PPNBM yang dipungut;  Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan  Nama, jabatan dan tandatangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. 3. Faktur Pajak Standar paling sedikit dibuat dalam rangkap dua yaitu : Lembar ke-1 : Untuk Pembeli BKP dan Penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan Lembar ke-2 : Untuk PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Standar sebagai bukti Pajak Keluaran. 4. Atas Faktur Pajak Standar yang cacat, atau rusak, atau salah dalam pengisian, atau penulisan, atau yang hilang, pkp yang menerbitkan Faktur Pajak Standar tersebut dapat membuat Faktur Pajak Standar Pengganti. Faktur Penjualan yang memuat keterangan dan pengisiannya sesuai dengan Faktur Pajak yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak apat disamakan sebagai Faktur Pajak Standar. Pengusaha Kena Pajak dapat membuat satu Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama selama satu bulan takwim. Apabila pembayaran diterima sebelum penyerahan barang Kena Pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak, maka Faktur Pajak dibuat pada saat pembayaran. Universitas Sumatera Utara Pajak yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai. Apabila terjadi pengembalian Barang Kena Pajak, maka pembeli harus membuat dan menyampaikan Nota Retur kepada PKP penjual. Nota Retur tersebut harus dibuat pada Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak terjadinya pengembalian Barang Kena Pajak Nota Retur akan mengurangi Pajak Keluaran bagi penjual dan mengurangi Pajak Masukan bagi pembeli. Namun, apabila pengembalian Barang Kena Pajak tersebut diganti dengan Barang Kena Pajak yang sama, baik dalam jumlah fisik, jenis, maupun harganya, maka pembeli boleh tidak membuat Nota Retur.

3.8. Proses Pemungutan PPN dan PPnBM