Objek dan Subjek PPN

4 Pengenaan PPN dilaksanakan berdasarkan system faktur Setiap terjadinya pwenyerahan BKP atau JKP, wajib dibuatkan Faktur Pajak yang merupakan bukti pungutan PPN.

3.4. Objek dan Subjek PPN

Sebagaimana yang terdapat didalam pasal 4 Undang-undang RI No.18 Tahun 2000 Tentang PPN dan PPnBM beserta penjelasannya maka Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas : 1. Penyerahan Barang Kena Pajak didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak meliputi baik pengusaha yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak maupun pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi belum dikukuhkan. Penyerahan barang yang dikenakan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak. b Barang tidak berwujud yang diserahakan merupakan Barang Kena Pajak tidak berwujud. c Penyerahan dilakukan didalam Daerah Pabean, dan d Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya. Universitas Sumatera Utara 2. Impor Barang Kena Pajak 3. Penyerahan Jasa Kena Pajak didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak b Penyerahan dilakukan didalam Daerah Pabean c Penyerahan dilkukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya 4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean 5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean 6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak 7. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan oleh pihak lain yang batasan dan tata caranya ditetapakan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Hal ini sebagaimna terdapat didalam pasal 16D UU RI No.18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM. 8. Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak diperjualbelikan sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan, kecuali tidak dapat dikreditkan PPN tersebut karena bukti pengkreditannya tidak memenuhi persyratan administrative misalnya Universitas Sumatera Utara Faktur Pajak tidak di isi lengkap. Hal ini sebagaimna terdapat didalam pasal 16D UU RI No.18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM. Adapun yang menjadi subjek dari Pajak Pertambahan Nilai, antara lain : 1. Pengusaha Kena Pajak PKP Kegiatan ini dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak ini meliputi : a Melakukan penyerahan BKP atau JKP yang dapat dikenakan PPN, dalam hal ini adalah Pengusaha Kena Pajak dan Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi PKP. b Mengekspor BKP yang dapat dikenakan PPN c Menyerahkan aktiva yang tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan d Bentuk kerja sama operasi yang mencakup Penyerahan BKP atau JKP yang dikenakan PPN Selain Pengusaha Kena Pajak tersebut diatas, yang berhak menjadi subjek pajak adalah : a. Siapa pun yang mengimpor Barang Kena Pajak BKP b. Siapa pun yang membangun sendiri tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan. c. Siapa pun yang memanfaatkan Barang kena Pajak BKP tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak JKP dari luar daerah Pabean didalam daerah Pabean. Universitas Sumatera Utara 3.5.Dasar Pengenaan, Tarif dan Perhitungan PPN 3.5.1. Dasar Pengenaan Pajak DPP Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang. Yang dimaksud dengan Harga Jual atau Penggantian atau Nilai impor atau Nilai Ekspor adalah : 1. Harga Jual Adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Niali yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak Yang tidak merupakan potongan harga adalah bonus, premi, komisi, atau balas jasa lainnya yang diberikan dalam rangka penjualan Barang Kena Pajak. Apabila PKP selain menerbitkan faktur pajak juga menerbitkan faktur penjualan maka potongan harga yang telah tercantum didalam faktur pajak tesebut juga harus tercantum didalam faktur penjualan. 2. Penggantian Adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. Universitas Sumatera Utara 3. Nilai Impor Adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalm peraturan perundang-undangan Pabean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut. 4. Nilai Ekspor Adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. Nilai Ekspor dapat diketahui dari dokumen ekspor, misalnya harga yang dicantumkan dalm Pemberitahuan Ekspor Barang PEB. 3.5.2 Tarif dan Perhitungan PPN Dalam pasal 7 UU RI No.18 Tahun 2000 Tentang PPn dan PPnBm dijelaskan bahwa Tarif PAjak Pertambahan Niali adalah sebesar 10 sepuluh persen dan dengan Peraturan pemerintah tarif pajak tersebut dapat diubah menjadi serendah- rendahnya 5 lima persen dan setinggi-tingginya 15 lima belas. Namun khusus untuk ekspor Barang Kena Pajak tariff Pajak pertambahan Nialinya adalah 0 nol persen. Didalam pasal 9 ayat 1 UU No.18 Tahun 2000 Tentang PPN dan PPnBM, disebutkan bahwa “Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tariff sebagaimna dimaksud dalam pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak”. Maka untuk mencari besar PPN yang terutang cara penghitungannya adalah : PPN yang terutang = Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak Universitas Sumatera Utara Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10 tersebut adalah tarif tunggal atas semua penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan jasa Kena Pajak. Penggunaan tariff tunggal ini dimaksudkan agar terdapatnya kemudahan didalam pelaksanaannya sehingga tidak lagi memerlukan daftar penggolongan barang atau Contoh : a. Pengusaha Kena Pajak “A” menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual Rp 25.000.000,- Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10 X Rp 25.000.000,- = Rp 2.500.000,- Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp 2.500.000,- tersebut merupakan Pajak keluaran, yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak “A”. b. Pengusaha Kena Pajak “B” melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh Penggantian Rp 20.000.000,- Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10 X Rp 20.000.000,- = Rp 2.000.000,- Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp 2.000.0000,- tersebut merupakan Pajak Keluaran, yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak “B”. c. Seseorang mengimpor Barng Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan Niali Impor Rp 15.000.0000,- Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 10 X Rp 15.000.000,- = Rp 1.500.000,- Universitas Sumatera Utara penggolongan jasa dengan tarif yang berbeda sebagaimana yang berlaku pada Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Dan bagi pengenaan tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak sebesar 0 nol persen bukan berarti diberikan kebebasan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Namun hal ini berdasarkan pengertian bahwa Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak didalam daerah Pabean. Oleh karena itu Barang Kena Pajak yang diekspor atau dikonsumsi diluar Daerah Pabean. dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0 nol persen.

3.6. Pajak Masukan dan Pajak Keluaran