Pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

PELAKSANAAN PENYULUHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA

KABUPATEN DELI SERDANG O

L E H

NAMA : ARVIKA WIHARTI NIM : 072600030

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN

HALAMAN PERSETUJUAN

Oleh :

NAMA : Arvika Wiharti

NIM : 072600030

PROGRAM STUDI : Diploma III Administrasi Perpajakan

JUDUL : Pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Ketua Program Studi D-III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan Administrasi Perpajakan

Drs. M. H. Thamrin Nst, M.Si Tetty M. Tarigan S.H.M.Kn

NIP: 196401081991021001 NIP: 19770127200907200 NIP:196512161986031015 Drs. Tedy Bachtari

Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

NIP : 196207031987111001 Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dipresentasikan didepan Panitia Penguji Program Studi Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Hari :

Tanggal :

Pukul :

TIM MAJELIS PENGUJI

1. Ketua : ( )

NIP :

2. Anggota : ( )


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim,

Dengan nama Allah yang maha Pengasih lagi maha Penyayang, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul “PELAKSANAAN PENYULUHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG”.

Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunaan tugas akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi dari tulisan ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih kurangnya wawasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis baik dalam memperoleh, mengumpulkan dan mengolah data. Meskipun demikian penulis berusaha semaksimal mungkin agar tulisan ini dapat tersusun dengan baik dan selesai sebagaimana mestinya.

Oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis bersedia dan terbuka terhadap saran dan kritik yang bersifat membangun ke arah perbaikan dan kesempurnaan dari berbagai pihak untuk memberikan manfaat dimasa yang akan datang.

Selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, dorongan serta petunjuk dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu


(5)

penulis dalam kesempatan ini menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, terutama ditujukan kepada kedua orang tua yang selalu kucintai dan kusayangi H.M.Arifin dan Hj.Elvi Sulastri yang telah melimpahkan segenap kasih dan sayangnya yang dengan senantiasa selalu mendoakan serta memberikan bimbingan dan dorongan semangat yang begitu besar, yang kesemuanya itu sangat besar arti dan pengaruhnya bagi penulis semoga Allah SWT memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada Orang Tua semoga Allah SWT membalas semua pengorbanan yang telah mereka berikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si. selaku Ketua Jurusan D-III Administrasi Perpajakan.

3. Ibu Tetty Marlina Tarigan S.H. M.kn. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan hingga penulis mampu menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

4. Seluruh Pegawai dan Staff pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya Program Studi Diploma III Jurusan Administrasi Perpajakan.

5. Bapak Kepala Kantor Camat Tanjung Morawa dan seluruh Staffnya.

6. Yang selalu kusayangi Abang-abangku, thanks banget buat doa-doanya, canda dan gelak tawanya dan juga buat bantuannya selama ini. Semoga kita bersama bisa menjadi orang yang berbakti kepada kedua orang tua kita.


(6)

7. Sahabat-sahabat penulis, Indah (Mami Rangga), Lisa (Lithotok Kocik), Nova (Mami Novenk), Rama (Tante Mamodh) dan rekan-rekan seangkatan ’07 makasih atas saran dan kritiknya juga canda tawanya yang tidak akan penulis lupakan.

Pada kesempatan ini pula lewat beberapa patah kata, penulis berkeinginan untuk menghadiahkan sebentuk karya tulis ini sebagai sebuah ungkapan yang sekaligus sebagai suatu perwujudan dari ungkapan kasih sayang dan rasa terima kasih penulis untuk Aa’ Tantan Kristandi, Seseorang yang jauh disana yang selalu setia menjaga dan mendegarkan keluh kesah penulis dalam suka maupun duka, perhatian-perhatiannya, semua saran beserta kritikannya, dorongan semangat yang senantiasa dilantunkannya setiap saat serta sebentuk cinta kasihnya yang tulus kepada penulis.

Tidak ada yang penulis sampaikan selain rasa terima kasih yang tulus, semoga bakti mereka yang telah membantu penulis diterima sebagai amal shaleh.

Akhir kata semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Medan. 2010


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 6

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 6

E. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8

F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Kecamatan Tanjung Morawa ... 11

B. Letak Geografis Kecamatan Tanjung Morawa ... 12

C. Struktur Organisasi ... 14

D. Tugas Pokok dan Fungsi ... 16

E. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa ... 29


(8)

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Ketentuan Umum Pajak ... 31 B. Pengertian Penyuluhan Perpajakan ... 34 C. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan ... 38 BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

A. Pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan Pada

Masyarakat Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ... 51 B. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan

Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan Upaya untuk

Mengatasinya ... 54 C. Pengaruh Pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan

Bangunan Bagi Masyarakat Tanjung Morawa Kabupaten

Deli Serdang ... 56 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Susunan Kepegawaian dan Kelengkapan Kecamatan

Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ………. 14

Tabel 2. Daftar Laporan Realisasi Pemasukan PBB Tahun 2007……….. 57

Tabel 3. Daftar Laporan Realisasi Pemasukan PBB Tahun 2008………. 57


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Sesuai dengan kurikulum yang telah diterapkan pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yaitu Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), sebagai mahasiswa Universitas Sumatera Utara diharapkan mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diterima di perkuliahan pada saat memasuki lingkungan pekerjaan menjadi tenaga kerja yang siap pakai dan terampil dibidangnya.

Bagi suatu negara yang ingin meningkatkan atau memajukan pembangunan sangatlah diperlukan sumber keuangan yang dapat memberi pemasukan pada negara secara optimal. Pajak merupakan salah satu sumber keuangan negara yang paling besar dalam mendukung pelaksanakan pembangunan, salah satunya berupa Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah penempatan seseorang pada suatu lingkungan, instansi ataupun perusahaan, dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) menerapkan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan memperoleh pengetahuan praktik kerja di lapangan, oleh sebab itu mahasiswa hendaknya mampu menguasai ilmu dan keterampilan sesuai dengan pendidikannya.

Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945: “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan


(11)

sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Bumi dan bangunan tidak dapat disangkal telah memberikan keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi Orang Pribadi atau Badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau mempeoleh manfaat daripadanya. Oleh karena itu wajar apabila mereka memberikan sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan guna mewujudkan kelangsungan hidup negara dan guna meningkatkan pembangunan.

Dengan peranan yang begitu penting, penerimaan dari sektor Pajak Bumi dan Bangunan perlu mendapat perhatian khusus yaitu khususnya dalam hal aktifitas peningkatan penerimaan pajak diantaranuya dengan melakukan penyuluhan perpajakan.

Penyuluhan secara umum merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan. Proses pendidikan yang dimaksud disini adalah suatu proses untuk membawa perubahan yang sesuai dengan tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang atau institusi tertentu. Perubahan ini antara lain meliputi perubahan tentang apa yang diketahui, perubahan tentang apa yang dipikir, perubahan tentang apa yang dapat dilakukan (keterampilan), perubahan tentang apa yang sebenarnya dapat dilakukan (motivasi). Perubahan-perubahan ini adalah bagian dari membangun diri manusia.

Pelaksanaan self assessment system dalam perpajakan menitikberatkan pada peran aktif dari masyarakat untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dan agar pelaksanaan kewajiban tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan benar, maka


(12)

aparat pajak diharapkan dapat memberikan bimbingan, pembinaan, pelayanan dan pengawasan kepada Wajib Pajak. Disinilah peran penyuluhan perpajakan sebagai proses pendidikan bagi masyarakat Wajib Pajak, selain juga sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan self assessment system, dibutuhkan agar terjadi perubahan dalam masyarakat antara lain agar masyarakat tergugah dan sadar untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga menjadi semakin patuh, peningkatan jumlah Wajib Pajak sebagai usaha ekstensifikasi pajak, serta agar penerimaan dari sektor pajak semakin meningkat.

Penyuluhan perpajakan yang bertujuan untuk memaksimalkan penerimaan sektor pajak bagi kas negara, sesuai dengan target peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Selain peningkatan target penerimaan pajak, perubahan yang juga diinginkan oleh Dirjen Pajak adalah peningkatan jumlah Wajib Pajak. Selain itu, program intensifikasi pajak untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak juga tidak lepas dari peran serta penyuluhan perpajakan.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya penelitian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penyuluhan perpajakan terhadap peningkatan jumlah Wajib Pajak, peningkatan kepatuhan Wajib Pajak serta penerimaan pajak. Oleh sebab itu maka penulis melakukan suatu praktik dengan judul “ PELAKSANAAN PENYULUHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG ” untuk


(13)

mengetahui ada tidaknya pengaruh penyuluhan perpajakan terhadap peningkatan jumlah Wajib Pajak, peningkatan kepatuhan Wajib Pajak serta penerimaan pajak.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

a. Untuk mengetahui sistem penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan upaya untuk mengatasinya.

c. Untuk mengetahui Pengaruh Pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan Bagi Masyarakat Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

2.1 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Mahasiswa

a. Mengaplikasikan teori-teori yang telah dipelajari ke dalam permasalahan yang timbul selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Camat Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

b. Meningkatkan keterampilan, menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam pekerjaan kantoran khususnya bidang administrasi perpajakan.

c. Menyiapkan mahasiswa sebagai tenaga kerja baru yang terampil dan profesional dalam menghadapi dunia tenaga kerja.


(14)

2.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Kantor/Instansi

a. Memperoleh masukan berupa ide-ide yang baru dalam upaya peningkatan kinerja dan profesionalisme.

b. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Camat Tanjung Morawa dengan lembaga pendidikan, khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

c. Meningkatkan kesan/nama baik instansi atau kantor tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri dilaksanakan.

2.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

a. Menjalin hubungan baik antara pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara dengan Kantor Camat Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

b. Untuk menguji teori yang diberikan dibangku perkuliahan didalam dunia kerja khususnya di bidang perpajakan.

c. Meningkatkan Sumber Daya Manusia Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara. d. Mendapat masukan dan saran untuk evaluasi penyempurnaan kurikulum di Program


(15)

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup PKLM yang paling mendasar adalah:

a. Sistem penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

b. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan upaya untuk mengatasinya.

c. Pengaruh Pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan Bagi Masyarakat Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tahap persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan, dimulai dari pengajuan judul kepada Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara, penentuan judul, penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mencari bahan atau data untuk pembuatan proposal hingga pada konsultasi dengan pihak dosen.

2. Studi Literatur

Merupakan landasan teori yang mendukung laporan ini yang menyangkut materi yang akan dibahas melalui buku-buku, majalah, Undang-Undang dan bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan laporan ini.


(16)

3. Observasi Lapangan

Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam membahas masalah yang terjadi dalam pelaksanaan penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan ini, penulis melakukan praktik kerja secara langsung di Kantor Camat Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

4. Pengumpulan Data a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi. Data sekunder ini diperoleh secara langsung dari penelitian dan pengamatan pada objek penelitian ( studi lapangan ), dimana dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dengan para pejabat yang terkait.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi. Data sekunder ini diperoleh dari studi kepustakaan dan pengumpulan data dari literatur-literatur serta sumber lainnya yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

5. Analisa dan Evaluasi

Pada tahap ini penulis akan menganalisa data yang telah diperoleh dan mengevaluasinya. Sehingga nantinya dapat ditarik kesimpulan yang dapat memberikan gambaran kondisi Kantor serta kaitannya dengan penyuluhan kepada Wajib Pajak.


(17)

E. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Daftar Wawancara (Interview Guide)

Dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pihak terkait mengenai data yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan.

b. Metode Observasi (Observation Guide)

Penulis melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan yang berhubungan dengan penyelesaian objek pembahasan.

c. Metode Dokumentasi (Optional Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari Kantor/Instansi.

F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi sistematika penulisan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB I :PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan laporan, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Metode Pengumpulan Data, dan sistematika Penulisan.


(18)

BAB II :GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Pada bab ini akan diuraikan Gambaran Umum Lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yaitu berupa Sejarah Singkat Lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Letak Geografis, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi, dan Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

BAB III :GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Dalam bab ini akan dibahas mengenai Ketentuan Umum Pajak, Pengertian Penyuluhan Perpajakan, Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan. BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis menganalisis kemudian melakukan evaluasi untuk mengetahui sistem penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, Hambatan-hambatan dalam Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan upaya untuk mengatasinya, Pengaruh Pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan Bagi Masyarakat Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.


(19)

Dalam bab ini akan disimpulkan beberapa penyelesaian mengenai hal- hal yang telah di kemukakan dan saran-saran yang membangun untuk mengatasi masalah yang ada.


(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

A. Sejarah Singkat Kecamatan Tanjung Morawa

Sejarah pembentukan dan perkembangan wilayah Kecamatan Tanjung Morawa, sebelum kemerdekaan RI Kecamatan Tanjung Morawa terdiri dari berbagai kedaton yang langsung tunduk kepada Kesultanan Serdang berpusat di Simpang Tiga Perbaungan (Kecamatan Perbaungan) sekarang.

Dalam hal ini asal usul nama Tanjung Morawa menurut beberapa versi antara lain berasal dari kata Belanda, yaitu Tanjung Moravia dimana mengingatkan penjajah Belanda pada leluhurnya di Eropa. Dalam versi lain, kata Tanjung Morawa berasal dari bahasa Karo yaitu Tanjoung Merawa. Arti Merawa yaitu marah, perlawanan/patriotik pejuang-pejuang bangsa, karena dimana revolusi fisik melawan penjajah Belanda. Tanjung Morawa merupakan daerah perjuangan Medan Area Selatan.

Setelah kemerdekaan RI maka wilayah Kecamatan Tanjung Morawa terbentuk sebanyak 23 Desa dan sekitar tahun 1979 salah satu desa yang ada dikecamatan Tanjung Morawa ditunjuk sebagai kelurahan dan ditetapkan Ibu Kota Kecamatan yaitu Tanjung Morawa Pekan.

B. Letak dan Geografis Kecamatan Tanjung Morawa

Kecamatan Tanjung Morawa terletak dibagian timur Kabupaten Deli serdang dengan ketinggian 30 meter dari permukaan laut dengan batas-batas :


(21)

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Beringin. 2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Patumbak, Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kota Medan.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam dan Kecamatan Pagar Merbau.

Secara kewilayahan Kecamatan Tanjung Morawa terdiri dari 25 ( dua puluh lima ) Desa dengan 184 Dusun dan 1 ( satu ) Kelurahan dengan 5 Lingkungan dengan Luas Wilayah Kecamatan Tanjung Morawa terdiri dari areal persawahan, perkebunan, pemukiman penduduk, industri dan peternakan dengan mata pencarian bertani, buruh, karyawan, pedagang dan Pegawai Negeri Sipil.

Adapun Desa-Desa/Kelurahan tersebut yaitu : 1. Bandar Labuhan

2. Bangun Rejo 3. Bangun Sari 4. Bangun Sari Baru 5. Buntu Bedimbar 6. Dagang Kelambir 7. Dagang Kerawan 8. Dalu Sepuluh A 9. Dalu Sepuluh B 10. Lengau Seprang


(22)

11. Limau Manis 12. Naga Timbul 13. Medan Senembah 14. Perdamean 15. Punden Rejo 16. Tanjung Baru 17. Tanjung Mulia 18. Tanjung Morawa A 19. Tanjung Morawa B 20. Tanjung Morawa Pekan 21. Telaga Sari

22. Ujung Serdang 23. Wonosari 24. Penara 25. Aek Pancur 26. Sei Merah 27.

C. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan pengaturan kerja yang memuat pembahasan tugas pekerjaan, wewenang dan tanggung jawab agar hasil yang diharapkan dapat mencapai sasaran yang memuaskan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007


(23)

Perda Nomor 14 Tentang Struktur Organisasi maka struktur organisasi yang ada di kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang terdiri dari :

Camat yang membawahi : 1. Sekretaris Camat 2. Seksi Pemerintahan

3. Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum 4. Seksi Pemberdayaan Masyarakat

5. Seksi Kebersihan

6. Seksi Kesejahteraan Sosial

Tabel 1. Daftar Susunan Kepegawaian dan Kelengkapan Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

No Nama NIP Golongan Jabatan

1 Drs. H. Hasbi 196501111986031014 IV/B Camat 2 Drs. Tedy Bachtari 196512161986031015 III/D Sekcam 3 Drs. Nelson Pakpahan 196601121994031010 III/D Kasi PMD 4 Arifah Ainon 195512111983032008 III/D Kasi Kesos 5 Mahran Nasution, S.sos 010056107 III/D Kasi

Pemerintahan 6 Irwansyah, Sh 196508211986021006 III/D Kasi Trantib 7 Dra. Jamilah Ginting,

Msi

196804111995032006 III/D Kasubag Umum


(24)

9 Nasyruddin 196011031981011001 III/C Kasubag Program 10 M. Nirwan, SmHK 010189504 III/C Staf Trantib 11 Eduasi Sihombing, Sh 010093000 III/C Staf PMD 12 Lenny Mayda Siregar,

S.Sos

197605261996022003 III/B Kasubag Keuangan 13 Minta Malem Ginting 400034180 III/B Staf PMD 14 Lusi Lustina, S.sos 010219956 III/B Staf Pelayanan

Umum

15 Syafitriani 196812311989032114 III/B Staf Pelayanan Umum

16 Soangkupon Harahap, S.Sos

196411251989031009 III/B Staf

Pemerintahan 17 Dimar Bangun 010156078 III/A Staf Kebersihan 18 Ahmad Nadirsyah Nst.

S.Sos

198002262003121002 III/A Staf Pelayanan Umum

19 Nimbun Barus, S.Sos 197109052005022004 III/A Staf Pelayanan Umum

20 Ospida Hasugian 010222052 II/D Staf

Pemerintahan 21 Yun Erwina 400042380 II/C Staf Kesos 22 Noviani 198611102009032011 II/C Staf Kesos 23 Asin Elisabet Br. Barus 196808062007012053 II/A Staf Kebersihan 24 Legiman 197901262008011014 I/C Staf Kebersihan 25 Rizali Santoso 198404242008011012 I/C Staf Kebersihan Sumber: Kantor Kecamatan Tanjung Morawa


(25)

D. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas dan wewenang Camat, sesuai dengan Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 886 Tahun 2008 Tentang tugas pokok, fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Camat

Camat mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan yang dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani sebagian Urusan Otonomi Daerah meliputi :

a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

b. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban. c. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan Peraturan Perundang-undangan. d. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan di Tingkat Kecamatan. e. Membina penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

f. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya atau yang belum dapat dilaksanakan oleh Pemerintahan Desa.

g. Melakukan pengelolaan administrasi umum yang meliputi Kesekretariatan, Program, Kepegawaian, Keuangan, Perlengkapan, dan Organisasi di Kecamatan. h. Menyelenggarakan tugas-tugas Pemerintahan Umum dan tugas-tugas Pelimpahan

Kewenangan yang telah diberikan oleh Bupati kepada Camat.

i. Membuat program tahunan yang mengacu pada program kerja Pemerintahan Kabupataen Deli Serdang.


(26)

k. Membantu Bupati dalam merumuskan kebijakan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam Bidang Pembangunan di Tingkat Kecamatan.

l. Menetapkan prosedur pedoman tekhnis terhadap kelancaran pelaksanaan tugas Pemerintahan Pembangunan Kemasyarakatan.

m. Menyelenggarakan dan membina Keamanan dan Ketertiban di wilayah kerja. n. Melaksanakan pembinaan karir Pegawai di lingkungan Kecamatan.

o. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah dalam rangka pengambilan keputusan yang menyangkut tugas-tugas Umum Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan.

p. Mengevaluasi dan menilai hasil pelaksanaan tugas para bawahan di lingkungan Kecamatan.

q. Memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan.

r. Mendisposisi surat-surat kepada bawahan sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

s. Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku penilaian sebagai bahan penilaian (DP3).

t. Melaksanakan tugas lain yang diberikan alasan. 2. Sekretaris Camat

Sekretaris mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Menerima petunjuk dan arahan sesuai disposisi atasan.

b. Memberi petunjuk, membagi tugas dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib.


(27)

c. Mengkoordinasikan penyusunan program dan penyelenggaraan tugas-tugas seksi secara terpadu dan tugas Pelayanan Administrasi.

d. Melaksanakan Pengelolaan Administrasi Umum. e. Melaksanakan Pengelolaan Administrasi Kepegawaian. f. Melaksanakan Pengelolaan Administrasi Perlengkapan. g. Melaksanakan Pengelolaan Administrasi Program. h. Melaksanakan Pengelolaan Administrasi Keuangan.

i. Merencanakan penyusunan kebutuhan barang dan alat kelengkapan kantor. j. Melaksanakan pengelolaan surat menyurat, arsip dan dokumen lainnya.

k. Melaksanakan kebersihan kantor dan bertanggung jawab atas keamanan kantor. l. Melaksanakan pengawasan terhadap disiplin pegawai, budaya bersih, budaya kerja

dan budaya tertib.

m. Mempersiapkan penyelenggaraan Rapat Dinas dan mempersiapkan Surat Perintah Tugas bagi Pegawai yang akan melaksanakan perjalanan dinas.

n. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas. o. Memelihara, merawat, menjaga dan mengawasi inventaris kantor.

p. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku.

q. Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol, merencanakan kegiatan dan membuat laporan pelaksanaan tugas.

r. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sesuai hasil yang telah dicapai sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas.


(28)

s. Menilai prestasi kerja bawahan dengan membuat catatan dalam buku penilaian sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan DP-3 bawahan.

t. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan. 3. Kepala Sub Bagian Umum

Kepala Sub Bagian Umum mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menerima petunjuk dan arahan sesuai dengan disposisi atasan.

b. Memberi petunjuk, membagi tugas dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan dengan lancar dan tertib.

c. Membantu Sekretaris melaksanakan Pengelolaan Administrasi Umum. d. Membantu Sekretaris melaksanakan Pengelolaan Administrasi Kepegawaian. e. Membantu Sekretaris melaksanakan Pengelolaan Administrasi Perlengkapan. f. Mengadakan, memori dan mendistribusikan surat masuk dan surat keluar. g. Melakukan pelayanan serta memproses Kartu Keluarga dan Kartu Penduduk. h. Memeriksa, meneliti dan mengarsipkan surat masuk dan surat keluar

i. Melaksanakan kebersihan lingkungan kantor dan tanggung jawab atas keamanan kantor.

j. Merencanakan usulan kebutuhan alat tulis kantor dan kebutuhan barang lainnya. k. Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol, dan merencanakan kegiatan

pelaksanaan tugas.

l. Menyusun laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sesuai hasil yang telah dicapai sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.


(29)

m. Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian sebagai bahan penilaian DP-3 bawahan.

n. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan. 4. Kepala Sub Bagian Program

Kepala Sub Bagian Program mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menerima petunjuk dan arahan sesuai dengan disposisi atasan.

b. Memberi petunjuk, membagi tugas dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan dengan lancar dan tertib.

c. Membantu Sekretaris melaksanakan Pengelolaan Penyusunan Administrasi Program.

d. Mengumpulkan, mengola, menganalisa data sebagai bahan acuan dalam penyusunan program kerja.

e. Melakukan observasi lapangan untuk menilai kebenaran dan keakuratan data sebagai bahan dalam penyusunan program kerja.

f. Mempersiapkan daftar usulan kegiatan pelaksanaan tugas.

g. Melakukan evaluasi terhadap program kerja sebagai bahan penyusunan laporan. h. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang lengkah-langkah

yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku.

i. Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol, dan merencanakan kegiatan pelaksanaan tugas.

j. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sesuai dengan hasil yang telah dicapai sebagai pertanggungjawaban tugas.


(30)

k. Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian sebagai bahan penilaian DP-3 bawahan.

l. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan. 5. Kepala Sub Bagian Keuangan

Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menerima petunjuk dan arahan sesuai disposisi atasan.

b. Memberi petunjuk, membagi tugas dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib.

c. Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol, dan merencanakan kegiatan pelaksanaan tugas.

d. Melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan Pemerintah. e. Membuat program kerja di Bidang Pemerintahan dan Kemasyarakatan.

f. Melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan administrasi Pemerintahan Desa dan Kelurahan.

g. Melakukan monitoring dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa. h. Menyelenggarakan administrasi di bidang Pertanahan.

i. Melakukan dan memfasilitasi terhadap penyelesaian perselisihan yang timbul antara Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD).

j. Memproses usul pemberhentian dan pengangkatan Kepala Desa yang diajukan oleh Badan Perwakilan Desa (BPD).

k. Memproses usul pengangkatan karakter Kepala Desa yang diusulkan oleh Badan Perwakilan Desa (BPD).


(31)

l. Memproses usulan tentang Pengangkatan dan Pemberhentian anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) dan Pelantikan Anggota BPD.

m. Melakukan pembinaan terhadap tugas-tugas anggota Badan Perwakilan Desa (BPD).

n. Menyiapkan data Monografi Desa.

o. Mengevaluasi laporan pelaksanaan tugas Kepala Desa sebelum disahkan oleh Badan Perwakilan Desa (BPD).

p. Memeriksa hasil kerja bawahan sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan. q. Melaksanakan koordinasi tugas-tugas kepada Sekcam.

r. Melakukan dan memfasilitasi terhadap penyelesaian perselisihan yang timbul antara Pemerintahan Desa.

s. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku.

t. Menyampaikan laporan pelaksanakan tugas kepada atasan sesuai hasil yang telah dicapai sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

u. Menilai prestasi kerja bawahan dengan membuat catatan buku penilaian sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan DP-3 bawahan.

v. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan. 6. Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum

Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menerima petunjuk dan arahan sesuai disposisi atasan.


(32)

b. Memberi petunjuk, membagi tugas dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib.

c. Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol, merencanakan kegiatan dan membuat laporan pelaksanaan tugas.

d. Melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan Ketetraman dan Ketertiban Umum.

e. Membuat program kerja di Bidang Trantib.

f. Melakukan pembinaan terhadap Perlindungan Masyarakat.

g. Mengambil langkah-langkah kebijakan yang dianggap perlu demi terciptanya ketentraman dan ketertiban masyarakat.

h. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Pemilihan Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD).

i. Melakukan pengawasan dan pemantauan dalam pelaksanaan kegiatan pembebasan tanah.

j. Membantu Camat dalam pengawasan dan pemantauan terhadap pengurusan maupun pelaksanaan setiap izin yang dikeluarkan, agar sesuai dengan Peraturan Daerah atau ketentuan yang berlaku.

k. Melakukan kegiatan dan pemantauan terhadap pengembangan potensi dan kualitas Sumber Daya Alam.

l. Melakukan koordinasi dengan Aparat Keamanan.

m. Memproses rekomendasi terhadap penertiban izin sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.


(33)

n. Melakukan pembinaan terhadap organisasi kepemudaan.

o. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku.

p. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sesuai hasil yang telah dicapai sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

q. Menilai prestasi kerja bawahan dengan membuat catatan dalam buku penilaian sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan DP-3 bawahan.

r. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan. 7. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat

Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menerima petunjuk dan arahan sesuai disposisi atasan.

b. Memberi petunjuk, membagi tugas dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib.

c. Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol, merencanakan kegiatan dan membuat laporan pelaksanaan tugas.

d. Melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan Pemberdayaan Masyarakat. e. Membuat program kerja di Bidang Pemberdayaan Masyarakat.

f. Melakukan pembinaan usaha gotong-royong masyarakat dan melakukan penyuluhan dalam rangka menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab dalam pembangunan.

g. Melakukan koordinasi pelaksanaan pembangunan serta pengembangan asset Desa dan Kelurahan.


(34)

h. Melaksanakan pembinaan pembangunan sarana dan prasarana.

i. Menyiapkan bahan penyusunan program dibidang Pemberdayaan Masyarakat. j. Melakukan pengawasan dan monitoring bantuan yang diberikan Pemerintah kepada

Desa dan Kelurahan.

k. Melakukan usulan anggaran Pembangunan Kecamatan.

l. Meneliti usulan anggaran yang diajukan oleh Desa dan Kelurahan. m. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Desa dan Kelurahan. n. Memeriksa hasil kerja bawahan.

o. Menyiapkan bahan laporan dibidang pemberdayaan masyarakat Desa/Kelurahan sebagai pertanggungjawaban kepada atasan.

p. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku.

q. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sesuai hasil yang telah dicapai sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

r. Menilai prestasi kerja bawahan dengan membuat catatan dalam buku penilaian sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan DP-3 bawahan.

s. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan. 8. Kepala Seksi Kebersihan

Kepala Seksi Kebersihan mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menerima petunjuk dan arahan sesuai disposisi atasan.

b. Memberi petunjuk, membagi tugas dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib.


(35)

c. Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol, merencanakan kegiatan dan membuat laporan pelaksanaan tugas.

d. Melaksanakan penyusunan rencana dan program dalam Bidang Kebersihan, Kawasan Kota dan Pedesaan serta Pasar.

e. Melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan kebersihan. f. Melakukan pembinaan terhadap kebersihan di lingkungan masyarakat.

g. Mengambil langkah-langkah kebijakan yang dianggap perlu demi terciptanya kebersihan masyarakat.

h. Mengangkut sampah dari tong penampungan sementara ke truk pengangkut sampah dibuang ke Tempat Penampungan Akhir (TPA).

i. Mengutip retribusi kebersihan sampah.

j. Merencanakan, melaksanakan, memonitoring dan evaluasi bidang kebersihan di lingkungan masyarakat Desa dan Kelurahan.

k. Melaksanakan kegiatan penyehatan lingkungan Pemukiman.

l. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka pelayanan kebersihan kawasan Perkantoran, Pedesaan dan Pasar.

m. Melaksanakan rencana-rencana kegiatan dalam bidang Pelayanan Kebersihan Kota, Pedesaan dan Pasar.

n. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.

o. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku.


(36)

p. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sesuai hasil yang telah dicapai sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

q. Menilai prestasi kerja bawahan dengan membuat catatan dalam buku penilaian sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan DP-3 bawahan.

r. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan.

9. Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial

Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menerima petunjuk dan arahan sesuai disposisi atasan.

b. Memberi petunjuk, membagi tugas dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib.

c. Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol, merencanakan kegiatan dan membuat laporan pelaksanaan tugas.

d. Melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan Kesejahteraan Sosial. e. Membuat program kerja di Bidang Kesejahteraan Sosial.

f. Melakukan pembinaan terhadap kehidupan kerukunan beragama dan antara umat beragama.

g. Membina kegiatan Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat. h. Membantu pembinaan Keluarga Berencana.

i. Melakukan kegiatan perayaan hari-hari besar keagamaan dan Hari Besar Nasional. j. Melakukan pembinaan generasi muda dan kewanitaan.


(37)

k. Melakukan pengawasan dan monitoring bantuan sosial.

l. Melakukan koordinasi dan pengendalian serta membantu pelaksanaan penanggulangan masalah bencana alam, wabah penyakit menular serta rawan pangan.

m. Melakukan pembinaan masalah kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba dan masalah sosial.

n. Melakukan pembinaan terhadap organisasi sosial, organisasi keagamaan. o. Melaksanakan pembinaan terhadap kesejahteraan keluarga.

p. Meneliti dan melegalisasi surat keterangan ahli waris yang diterbitkan Kepala Desa dan Lurah.

q. Memproses surat-surat keterangan miskin dan tidak mampu. r. Membantu pembinaan PPK.

s. Menyiapkan bahan laporan di bidang kesejahteraan sosial sebagai pertanggungjawaban atasan.

t. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku.

u. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sesuai hasil yang telah dicapai sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

v. Menilai prestasi kerja bawahan dengan membuat catatan dalam buku penilaian sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan DP-3 bawahan.


(38)

E. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Tanjung Morawa

Dari data statistik Kecamatan Tanjung Morawa diketahui bahwa jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Morawa kurang lebih 168.174 Jiwa dan kurang Lebih 39.739 Rumah Tangga yang mempunyai Keanekaragaman Suku Bangsa, Agama dan Kepercayaan. Masyarakat Tanjung Morawa pada umumnya hidup dari berbagai mata pencarian seperti Pegawai Negeri Sipil, Pegawai BUMN Pegawai BUMD, wiraswasta, pedagang, bahkan masih ada yang menggantungkan hidupnya dengan bertani namun hal ini tidak berarti membuat mereka ketinggalan dalam hal meningkatkan pendidikannya.

Keadaan ekonomi masyarakat Tanjung Morawa pada umumnya termasuk ke dalam masyarakat menengah kebawah. Dari data statistik Kecamatan Tanjung Morawa dapat diketahui bahwa masih ada masyarakat yang tergolong kedalam keluarga prasejahtera. Hal ini disebabkan mata pencarian masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa tidak terlalu menjanjikan untuk mendapatkan hidup yang lebih layak, namun mereka tidak pernah menyerah begitu saja. Masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa terkenal dengan kegigihannya dalam meningkatkan taraf hidupnya.

Situasi yang demikian ini dapat kita lihat bagaimana masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa tersebut terus membenahi diri yaitu dengan mencoba mencari kegiatan seperti buruh pabrik bagi yang tidak melanjutkan studinya dan bagi pelajar terus berjuang di lingkungan pendidikan sampai ke universitas sekalipun sehingga memungkinkan bahwa angka pengangguran sedikit di Kecamatan Tanjung Morawa.


(39)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK

A. Ketentuan Umum Pajak 1. Pengertian Pajak

a. Menurut Buku Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

“ Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

b. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.

“ Pajak adalah Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. ( Resmi, 2007 : 1)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ada 5 (lima) unsur pokok dalam defenisi pajak, yaitu :

1). Iuran / pungutan

2). Pajak dipungut berdasarkan undang-undang 3). Pajak dapat dipaksakan

4). Tidak menerima kontra prestasi


(40)

2. Fungsi Pajak

Fungsi Pajak menurut Mardiasmo,MBA,Ak. Dalam bukunya “Perpajakan 2002” (2002,2) mempunyai dua fungsi, yaitu :

a. Fungsi Anggaran ( Budgetair )

Fungsi Anggaran ( Budgetair ) yaitu fungsi pajak sebagai sumber dana bagi Pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi Mengatur ( Regulerend )

Fungsi Mengatur ( Regulerend ) yaitu fungsi pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. 3. Pengelompokan Pajak

3.1. Pajak Menurut Golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak boleh dibebankan kepada Wajib Pajak lainnya.

Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak tak langsung, yaitu pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga atau yang biasanya disebut sebagai konsumen.

Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN), bea materai, serta bea balik nama. 3.2. Pajak Menurut Sifatnya

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak yang menjadi pemikul beban pajak tersebut.


(41)

b. Pajak objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak yang menjadi pemikul beban pajak tersebut.

Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

3.3. Pajak Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut pemerintah pusat melalui departemen keuangan dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh : PPh, PPN, PBB, Bea Materai, dan Bea Lelang.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang di pungut oleh lembaga pemerintahan daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah daerah, yaitu :

1). Pajak dibawah Koordinasi Propinsi, contoh Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaaan.

2). Pajak dibawah Koordinasi Kabupaten / Kota, contoh : Pajak Hotel, Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir.


(42)

B. Pengertian Penyuluhan Perpajakan

Penyuluhan atau counseling, salah satu teknik yang sangat penting diantara teknik-teknik bimbingan lainnya, didefinisikan sebagai proses menolong orang supaya dapat mengatasi persoalan-persoalannya dan menambah penyesuaian dirinya melalui wawancara (interview) serta sifat-sifat hubungan yang lain antara orang dengan orang, misalnya dengan membuat orang yang ditolong tadi dapat merasa bebas dan senang (on his ease). Sedangkan penyuluh atau konseler adalah orang yang diberi tanggung jawab

untuk memberikan penyuluhan atau socialization.

Penyuluhan perpajakan yang dilakukan oleh fiskus adalah merupakan suatu sistem penyampaian informasi dan bimbingan perpajakan berkesinambungan yang adalah ujung tombak dalam pelaksanaan Self Assesment System agar masyarakat tergugah dan sadar untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.

1. Tujuan Penyuluhan Perpajakan

Menurut Direktorat Jenderal Pajak, tujuan penyuluhan perpajakan adalah :

a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya peranan pajak bagi suatu negara tersebut mampu melaksanakan pembangunan nasionalnya untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hak dan kewajiban perpajakannya yang bagi warga negara hak dan kewajiban perpajakan tersebut merupakan kewajiban kenegaraan.


(43)

c. Meningkatkan kemauan masyarakat untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban perpajakannya.

d. Mendorong keikutsertaan lembaga pemerintah dan lembaga kemasyarakatan agar turut serta mendukung pelaksanaan sistem pemungutan pajak yang berlaku.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

2.1. Petugas Penyuluh

Petugas penyuluh Pajak Bumi dan Bangunan merupakan orang yang ditunjuk untuk melakukan penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan pada masyarakat. Maka yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh adalah :

a. Harus profesional dalam bidang penyuluhan perpajakan.

b. Harus mempunyai pengetahuan keterampilan dan keahlian dalam bidang perpajakan serta mampu melakukan penyuluhan dengan metode yang tepat.

c. Harus mampu sebagai komunikator yang baik karena dia harus menyampaikan pesan kepada orang lain yaitu menjelaskan masalah Pajak Bumi dan Bangunan kepada masyarakat.

d. Harus mampu memberikan motivasi kepada masyarakat agar lebih menyadari kewajibannya yaitu melaksanakan kewajiban Pajak Bumi dan Bangunan.

e. Harus menguasai materi penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan dan menggunakan metode penyuluhan yang tepat.


(44)

2.2. Metode Penyuluhan

Berdasarkan cara penyampaiannya, metode penyuluhan perpajakan dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Metode langsung berarti penyuluhan perpajakan dilakukan dengan berhadapan atau bertatap muka, maupun tanpa tatap muka dimana antara penyuluh dan yang disuluh terjadi suatu komunikasi interaktif pada waktu yang bersamaan. Misalnya penyuluhan dalam bentuk ceramah, diskusi, seminar, wawancara, tanya jawab, ataupun siaran interaktif di media elektronik.

b. Metode penyuluhan perpajakan tidak langsung dilaksanakan dengan menggunakan media, dimana antara penyuluh antara yang disuluh tidak terjadi komunikasi interaktif.

2.3. Materi Penyuluhan

Materi dalam penyuluhan perpajakan adalah berupa ketentuan perundang-undangan perpajakan termasuk pengertian dan pemahaman dasar perpajakan. Misalnya pengertian tentang pajak, mengapa harus membayar pajak, serta pemanfaatan pajak dalam pembiayaan negara. Penyampaian materi-materi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, serta melaksanakan kewajiban perpajakannya. Jika akan diberikan secara langsung, maka materi penyuluhan perpajakan disusun dalam bentuk tulisan atau makalah yang nantinya akan disampaikan kepada peserta penyuluhan dan dipersiapkan pula dalam bentuk transparansi. Dan apabila materi penyuluhan perpajakan akan diberikan secara


(45)

tidak langsung, maka materi yang akan disampaikan disesuaikan dengan media yang dipilih.

2.4. Sarana Pendukung

Untuk efektifitas penyuluhan maka sarana pendukung yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan harus lengkap dan memadai. Fasilitas yang terpenting adalah gedung atau ruangan sebagai tempat penyuluhan. Gedung tempat penyuluhan harus mampu menampung peserta penyuluhan dan lokasinya mudah dijangkau masyarakat serta situasi dan kondisi harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang memungkinkan diadakannya suatu kegiatan.

C. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunann ( PBB )

Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12 Tahun 1994. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subyek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.

“Bumi adalah Permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman ( termasuk rawa-rawa tambak perairan ) serta laut wilayah Perairan Republik Indonesia“.


(46)

“Bangunan adalah Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan“.

Termasuk dalam pengertian bangunan adalah :

a. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan. b. Jalan tol.

c. Kolam renang. d. Pagar mewah. e. Tempat olah raga.

f. Galangan kapal, dermaga. g. Taman mewah.

h. Tempat penampungan kilang minyak, air dan gas, pipa minyak. i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.

2. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan

Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan yang berlaku sekarang adalah Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994.

Tetapi masih terdapat peraturan atau keputusan lain yang mengatur tentang Pajak Bumi dan Bangunan, antara lain :

a. Keputusan Menteri Keuangan No. 523 / KMK 04 / 1998 tentang penentuan klasifikasi penggolongan dan besarnya Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar pengenaan PBB.


(47)

b. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 1997 tentang Persentase Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)

c. Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 1998 tentang Penetapan besarnya Nilai Jual Kena Pajak Bumi dan Bangunan.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

e. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/KMK.04/2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

f. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 83/KMK.04/2000 tentang Pembagian dan Penggunaan Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.

g. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE – 49 / PJ.6 / 2000 tanggal 7 Desember 2000 tentang rincian Rencana Penerimaan PBB dan BPHTB.

3. Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan 3.1.Subjek Pajak

Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 (selanjutnya disebut UU PBB), bahwa :

a. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki bangunan, dan atau menguasai bangunan, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

b. Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui Wajib Pajaknya, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan subjek pajak di atas sebagai Wajib Pajak.


(48)

c. Subjek pajak yang ditetapkan dapat memberikan keterangan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak bahwa ia bukan Wajib Pajak terhadap objek pajak dimaksud. Bila keterangan yang diajukan oleh Wajib Pajak tersebut disetujui, maka Direktur Jenderal Pajak membatalkan penetapan sebagai Wajib Pajak dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya surat keterangan dimaksud. Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Direktur Jenderal Pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya. Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya keterangan, Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui dan Wajib Pajak berhak mendapatkan keputusan pencabutan penetapan sebagai Wajib Pajak.

3.2.Objek Pajak

Dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan disebutkan bahwa yang menjadi objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah Bumi dan/atau Bangunan. Sementara itu arti bumi dan bangunan dijelaskan dalam Pasal 1 Undang-undang PBB.

Yang dimaksud dengan bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia.

Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan. Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah :


(49)

a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik dan emplasemennya dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan kompleks bangunan tersebut.

b. Kolam renang. c. Pagar mewah. d. Tempat olah raga. e. Taman mewah.

f. Galangan kapal, dermaga.

g. Tempat penampungan kilang minyak, air dan gas, pipa minyak. h. Jalan tol.

i. Fasilitas lainnya yang memberikan manfaat. 3.3.Pengecualian Objek Pajak

Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan menentukan bahwa yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah objek pajak yang :

a. Objek yang digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional serta tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.

b. Objek yang digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu.


(50)

c. Objek yang merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.

d. Objek yang digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat, berdasarkan perlakuan timbal balik.

e. Objek yang digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

4. Cara Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut undang Pajak Bumi dan Bangunan Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1986 untuk dapat menghitung besarnya Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang atas suatu objek pajak berupa tanah (bumi) dan atau bangunan harus diketahui terlebih dahulu beberapa faktor sebagai berikut :

4.1. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

Yang menjadi dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan yang dimaksud dengan Nilai Jual Objek Pajak adalah Harga rata-rata yng diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli. Nilai Jual Beli Objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak pengganti.

Di lain pihak yang dimaksud dengan Nilai Jual Objek Pajak pengganti adalah suatu pendekatan atau metode penentuan nilai jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut. Selanjutnya perlu penulis kemukakan juga disini bahwa :


(51)

a. Pada dasarnya penetapan Nilai Jual Objek Pajak adalah 3 tahun sekali namun demikian untuk daerah tertentu ( misalnya daerah pertokoan, perkantoran ) yang karena perkembangan pembangunan mengakibatkan kenaikan Nilai Jual Objek Pajak cukup besar, maka penetapan nilai jual ditetapkan setahun sekali dalam menetapkan Nilai Jual Objek Pajak, Menteri Keuangan mendengar pertimbangan Gubernur serta memperhatikan azas self-assessment.

b. Untuk memudahkan pelaksanaan perhitungan pajak terhutang atas suatu objek pajak disusun atau diadakan pengelompokan objek pajak berdasarkan Nilai Jual dan Pengelompokan ini biasa disebut klasifikasi tanah ( bumi ) dan bangunan. Klasifikasi dan besarnya Nilai Jual Objek Pajak dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan No.523/KMK.04/1/1998 Tanggal 18 Desember 1998.

4.2. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)

Yang dimaksud dengan Nilai Jual Kena Pajak ( assessment value ) adalah Nilai Jual yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan pajak, yaitu suatu persentase tertentu dari nilai jual yang besarnya ditetapkan serendah-rendahnya 20% ( dua puluh persen ) dan setinggi-tingginya 100% ( seratus persen ).

Nilai Jual Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, dan tidak ditentukan jangka waktu masa berlakunya, tergantung kepada kondisi ekonomi nasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 1998 Tanggal 30 September 1998 dimana ditentukan besarnya Nilai Jual Kena Pajak sebagai dasar perhitungan pajak yang


(52)

terutang sebagaimana tercantum dalam Pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun1994, adalah :

a. Sebesar 40% (empat puluh persen ) untuk :

(1) Objek Pajak Perumahan, yang Wajib Pajaknya perseorangan dengan Nilai Jual Objek Pajak atas Bumi dan Bangunan sama atau lebih besar dari Rp.1.000.000.000-, ( satu milyar rupiah ).

(2) Objek Pajak Perkebunan, yang luas lahannya sama atau lebih besar dari 25 Ha (dua puluh lima hektar) yang dimiliki, dikuasai atau dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Swasta, maupun berdasarkan kerjasama operasional antara pemerintah dan swasta.

(3) Objek Pajak Kehutanan, termasuk areal blok tebangan dalam rangka penyelenggaraan kegiatan Pemegang hak Pengusahaan Hutan, Pemegang Hak Pemungutan Hasil Hutan dan Pemegang Izin Pemanfaatan Kayu.

b. Sebesar 20% (dua puluh persen ) untuk objek pajak lainnya.

Untuk objek pajaknya apabila NJOP kurang dari Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah).

4.3. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ( NJOPTKP )

Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak adalah Batas Nilai jual Untuk Objek Pajak yang tidak kena pajak dan bertujuan untuk lebih memberikan keadilan dalam pengenaan pajak.

Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan untuk masing-masing Kabupaten/Kota dengan tarif setinggi-tingginya Rp.12.000.000 ( Dua Belas


(53)

Juta Rupiah ) untuk setiap wajib pajak dan serendah-rendahnya Rp. 8.000.000,- ( Delapan Juta Rupiah ).

4.4. Tarif

Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah tarif tunggal yaitu sebesar 0,5% ( Lima Persepuluh Persen ). Dengan Tarif Tunggal ini :

a. Ingin diwujudkan kesederhanaan, kemudahan pelaksanaan dan pengawasan, baik bagi wajib pajak maupun bagi aparat pelaksana.

b. Berarti akan menghasilkan jumlah ketetapan pajak yang sifatnya proposional atau sepadan dan atau sebanding.

Sebenarnya tarif yang sebesar 0,5% itu efektifnya adalah : a. 0,5% X 40% = 0,2% ( dua seper duapuluh persen ). b. 0,5% X 20% = 0,1% ( satu per sepuluh persen ).

4.5. Rumus dan Formula Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan

Sesuai Ketentuan yang berlaku Pasal 7 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 Pajak Bumi dan Bangunan bahwa besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak kepada Nilai Jual Kena Pajak, sehingga rumus menghitungnya sebagai berikut :

Pajak Bumi dan Bangunan = Tarif pajak x NJKP


(54)

Formula menghitung besarnya Pajak terutang seperti dibawah ini : 1) NJOP tanah = luas x nilai jual/m² = Rp xxx

2) NJOP bangunan = luas x nilai jual/m² = Rp xxx 3) NJOP sebagai dasar pengenaan = Rp xxx

+

4) NJOPTKP = Rp xxx 5) NJOP untuk perhitungan pajak = Rp xxx (*)

_

6) Besarnya PBB terutang

0.5% x 20% atau 40% x Rp (* ) =Rp……… 5. Tahun Pajak

Menurut pasal 8 ayat (1) Nomor 12 Tahun 1985 bahwa tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwin. Jangka waktu satu tahun takwin adalah dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Saat yang menentukan pajak terhutang adalah keadaan Objek Pajak pada tanggal 1 Januari. Perubahan Objek Pajak setelah tanggal 1 Januari, baik penambahan atau pengurangan tidak akan mempengaruhi besarnya pajak yang terhutang untuk tahun yang bersangkutan.

6. Dasar Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan 6.1. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

SPPT adalah surat yang digunakan oleh Dirjen Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada Wajib Pajak dalam 1 ( satu ) tahun pajak.

SPPT diterbitkan dengan ketentuan :


(55)

b. Berdasarkan data objek pajak yang telah ada di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan pajak terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambatnya 6 bulan sejak saat diterimanya SPPT oleh Wajib Pajak.

Pajak terutang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak atau kurang dibayar dikenakan denda administrasi 2% setiap bulan yang tidak dibayar tersebut, bagian dari bulan dihitung satu bulan.

6.2. Surat Ketetapan Pajak (SKP)

SKP adalah Surat Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan yang memberitahukan besarnya pajak yang terutang termasuk denda administrasi kepada Wajib Pajak.

SKP dikeluarkan dalam hal sebagai berikut :

a. Jika SPOP tidak dikembalikan sesudah melewati 30 hari setelah ditegur secara tertulis ternyata tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat teguran, jumlah pajak terutang dalam SKP adalah pajak ditambah dengan denda administrasi sebesar 25 % dari pokok pajak.

b. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak terutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh Wajib Pajak, jumlah pajak terutang dalam SKP adalah selisih pajak terutang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain dengan pajak terutang yang dihitung berdasarkan SPOP ditambah denda administrasi sebesar 25% dari selisih pajak terutang.


(56)

6.3. Surat Tagihan Pajak (STP)

STP adalah Surat Keputusan Kepla Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan untuk menagih pajak terutang atau kurang bayar ditambah denda administrasinya.

Besarnya pajak terutang yang ditagih adalah pokok pajak ditambah denda administrasi sebesar 2% perbulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 bulan.

STP dikeluarkan apabila :

a. Wajib Pajak tidak melunasi pajak yang terutang sedangkan saat jatuh tempo pembayaran SPPT/SKP telah lewat.

b. Wajib Pajak melunasi pajak yang terutang setelah lewat saat jatuh tempo pembayaran SPPT/SKP tetapi denda administrasinya tidak dilunasi.

Setelah diterimanya STP oleh wajib pajak, maka SPPT atau SKP yang merupakan dasar penerbitan STP tersebut, tidak lagi di anggap sebagai dasar perhitungan PBB.

7. Pembayaran Pajak

Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan dapat dilakukan pada :

a. Seluruh cabang Bank Pemerintah, kecuali Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO) dan Bank Tabungan Negara (BTN).

b. Kantor Pos dan Giro.

c. Dan tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan atau Melalui Petugas Pemungut yaitu BTN dan BRI.


(57)

8. Pembagian Hasil Pajak Bumi dan Bangunan

Pembagian hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 82 / KMK.04 /2000 Pasal 1 (satu), yaitu :

1). Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan merupakan penerimaan Negara dan disetor sepenuhnya ke rekening kas Negara.

2). 10% dari hasil penerimaan sebagaimana dalam ayat (1) merupakan bagian penerimaan untuk Pemerintah Pusat.

3). 90% dari hasil penerimaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan bagian penerimaan untuk Daerah yang dibagikan sebagai berikut :

(a). 16,2% untuk daerah Propinsi yang bersangkutan.

(b). 64,8% untuk Daerah Kabupaten /Kota yang bersangkutan.

(c). 9% untuk biaya pemungutan yang dibagikan kepada Dirjen Pajak dan Daerah.


(58)

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

A. Pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Pelayanan mengandung pengertian pemberian fasilitas berupa informasi, motifasi dan sarana dengan tujuan agar pihak yang dilayani merasa aman, nyaman, puas dan dihargai. Pelayanan yang prima akan menciptakan suatu kondisi psikologis bagi yang dilayani untuk menikmati pelayanan yang diberikan kepadanya dan senatiasa terkenang dengan hal-hal positif yang diperoleh.

Didalam pengertian praktis, penyuluhan pada hakikatnya merupakan bagian dari pelayanan. Sejalan dengan pengertian tersebut, idealnya kedudukan Kantor Penyuluhan Pajak yang satu kota dengan Kantor Pelayanan Pajak, berada dalam satu atap dengan Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan sehingga keberadaanya dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya khususnya dalam pemberian informasi-informasi perpajakan kepada masyarakat yang meminta informasi ke Kantor Pelayanan Pajak.

Agar penyuluhan perpajakan yang dilakukan mencapai sasaran yang diharapkan, maka pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilaksanakan berdasarkan standar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Kegiatan penyuluhan selalu terkait dengan masyarakat yang disuluh. Mayarakat inilah yang juga menentukan berhasil tidaknya penyuluhan yang dilakukan. Untuk


(59)

itulah diperlukan pemahaman tentang bagaimana sruktur masyarakat yang menjadi objek dalam penyuluhan.

Lain ladang lain belalang. Adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa setiap masyarakat di wilayah yang berbeda pasti memiliki budaya dan kebiasaan yang berbeda. Salah satu kelemahan besar pelayanan penyuluhan adalah kurangnya perhatian terhadap aspek sosial dan budaya. Dalam proses penyuluhan yang selalu menjadi titik berat adalah petugas penyuluhan yang up to date dan kompeten melakukan tugasnya. Padahal penyuluhan yang berhasil juga ditentukan dari bagaimana penerimaan masyarakat terhadap apa yang disuluhkan. Selain itu, masyarakat yang disuluh harus dapat mengerti dan mampu melaksanakan apa yang telah disuluhkan. Berarti bahwa bukan hanya pengertian dan kemampuan dari segi fisik dan finansial tetapi juga dari segi sosial dan budaya.

Salah satu cara untuk mencoba mengatasi hal ini, instansi penyuluhan dapat melakukan pendekatan-pendekatan terhadap masyarakat objek penyuluhan, baik berupa pendekatan fisik maupun pendekatan lainnya. Dari pendekatan-pendekatan ini diharapkan akan didapatkan pemahaman tentang bagaimana struktur sosial dan budaya masyarakat objek penyuluhan, yang akan mempermudah proses penyuluhan sehingga materi penyuluhan maupun petugas penyuluhan akan diterima lebih baik oleh masyarakat objek penyuluhan.

Penyuluhan juga harus melibatkan masyarakat untuk dapat membina proses partisipasi dari komunikasi yang dilakukan sehingga dapat diperoleh feedforward yang baik dari masyarakat.


(60)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan pegawai kecamatan, diketahui bahwa dalam melaksanakan penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tanjung Morawa, pos pembantu Kantor Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan Lubuk Pakam bekerjasama dengan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II menurunkan beberapa orang petugas penyuluh yang diantaranya adalah orang-orang dari Dispenda. Ikut sertanya pihak Dispenda dalam penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan disebabkan Pajak Bumi dan Bangunan itu sendiri merupakan pajak pusat dan penerimaannya ditagih dan digunakan untuk pembangunan daerah (sebagian besar penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dikembalikan ke Dati II.). Jadi yang terjadi di Kecamatan Tanjung Morawa adalah fiskus dengan aparat dispenda yang ada dikantor camat mengundang Kepala Desa/Lurah untuk menghadiri penyuluhan tersebut kemudian menyampaikan isi dari penyuluhan itu. Tetapi terkadang fiskus bersama aparat Dispenda langsung menuju ke Desa/Lurah yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa.

Jadi pelaksanaan penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dikatakan telah berhasil karena diketahui dari daftar penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dari tahun ke tahun semakin meningkat.

B. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan upaya untuk mengatasinya

1. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kecamatan Tanjung Morawa, antara lain :


(61)

1.1. Faktor Intern

a. Hambatan fisik yaitu :

Minimnya prasarana dan sarana penunjang kegiatan pelaksanaan tugas antara lain :

1). Kurangnya sarana penunjang mobilitas.

2). Kurangnya sarana penyampaian informasi yang dimiliki oleh Kantor Penyuluhan Pajak.

3). Kurangnya pemanfaatan media informasi diluar jajaran Direktorat Jenderal Pajak yang jangkauannya sangat luas seperti media televisi, radio, koran dan lain-lain.

b. Hambatan psikis yaitu :

1). Masih ada kesan seolah-olah personal-personal Kantor Penyuluhan adalah personal-personal yang kualitas dua.

2). Belum terbangunnya kondisi dimana seorang yang ditugaskan di Kantor Penyuluhan merasa bangga dan sebagai orang-orang terpilih (bukan buangan).

3). Kurang siapnya petugas Kantor Penyuluhan Pajak melaksanakan tugasnya karena kurang menguasai ketentuan-ketentuan atau ketidakmampuan bertindak sebagai publik relation sehingga di dalam praktik banyak yang bertindak hanya sebagai fasilitator.


(62)

1.2. Faktor ekstern

a. Belum terciptanya kondisi dimasyarakat dimana membayar pajak merupakan suatu kebanggaan sebagai wujud kegotong-royongan nasional dan bukan momok yang harus ditakuti.

b. Rendahnya wibawa aparat perpajakan dan kurangnya apresiasi masyarakat kepada Aparat.

c. Kurangnya kepedulian masyarakat pada umumnya tentang peranan strategis pajak di dalam kelangsungan hidup bangsa dan negara.

d. Kadar intelektual masyarakat wajib pajak yang variatif dengan mayoritas berlatar belakang pendidikan menengah kebawah.

2. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasinya, antara lain :

a. Segera disusun konsep menyangkut program, sistem dan metode yang sistematis dan konfrehensif.

b. Diinventarisir kembali kebutuhan sarana dan prasarana Kantor Penyuluhan Pajak yang bermanfaat bagi pelaksanaan tugas-tugas penyuluhan untuk segera ditanggulangi.

c. Diinventarisir kembali jumlah tenaga-tenaga penyuluh yang dibutuhkan untuk kepentingan sosialisasi ketentuan-ketentuan perpajakan jangka panjang untuk segera ditanggulangi.


(63)

C. Pengaruh Pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan Bagi Masyarakat Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Pelaksanaan penyuluhan pajak sangat berdampak positif bagi para Wajib Pajak agar mereka lebih bisa dan mampu melaksanakan kewajiban dalam perpajakan. Begitu juga dengan Masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa yang sangat mengharapkan pelaksanaan penyuluhan khususnya tentang Pajak Bumi dan Bangunan secara terus menerus dan bukan hanya diadakan dalam setiap satu kali satu periode. Dampak pengaruh dari pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tanjung Morawa antara lain masyarakat akan lebih mengerti, memahami dan sadar akan pentingnya peranan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Disamping itu juga mereka akan lebih memahami bagaimana tata cara melaksanakan kewajiban dengan baik, apakah itu dari segi peraturan perpajakannya dan juga aspek-aspek lain yang berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan. Dan yang tidak kalah pentingnya lagi bagaimana masyarakat atau Wajib Pajak memahami dengan baik akan perpajakan sehingga melaksanakan kewajibannya tanpa merasa ada paksaan atau keterikatan.

Tabel 2. Daftar Laporan Realisasi Pemasukan PBB Tahun 2007

Masa Pajak Target Realisasi %

Tahun 2007 7,965,562,829 4,602,389,875 57,78 Data : Kantor Camat Tanjung Morawa, Tahun 2007


(64)

Tabel 3. Daftar Laporan Realisasi Pemasukan PBB Tahun 2008

Masa Pajak Target Realisasi %

Tahun 2008 9,597,330,565 5,823,639,717 60.68 Data : Kantor Camat Tanjung Morawa, Tahun 2008

Tabel 4. Daftar Laporan Realisasi Pemasukan PBB Tahun 2007

Masa Pajak Target Realisasi %

Tahun 2009 11,390,402,871 8,383,692,222 73.60 Data : Kantor Camat Tanjung Morawa, Tahun 2009

Sebagai perbandingan, pada tahun 2007 penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Rp. 4.602.389.875 Tahun 2008 sebanyak Rp. 5.823.639.717 dan tahun 2009 sebanyak Rp. 8.383.692.222. Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya walaupun belum memenuhi target yang ditetapkan. Jadi ada koreksi positif yang terjadi semenjak dilaksanakannya lagi penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.


(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Salah satu kelemahan besar pelayanan penyuluhan adalah kurangnya perhatian terhadap aspek sosial dan budaya. Padahal penyuluhan yang berhasil juga ditentukan dari bagaimana penerimaan masyarakat terhadap apa yang disuluhkan. Selain itu, masyarakat yang disuluh harus dapat mengerti dan mampu melaksanakan apa yang telah disuluhkan.

2. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kecamatan Tanjung Morawa disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

3. Pelaksanaan penyuluhan pajak sangat berdampak positif bagi para Wajib Pajak agar mereka lebih bisa dan mampu melaksanakan kewajiban dalam perpajakan. Begitu juga dengan Masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa, meskipun realisasinya belum sesuai dengan target yang diharapkan tetapi jumlah penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan semakin meningkat dari tahun ke tahun.


(66)

B. Saran

1. Seharusnya masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa khususnya para Wajib Pajak agar lebih berpartisipasi dan meningkatkan kesadaran sebagai Wajib Pajak dan Warga Negara yang baik agar Pembangunan Nasional dapat berjalan dengan lancar untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

2. Tingkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di Kantor Penyuluhan Pajak dan Kecamatan dengan diklat penyuluh-penyuluh perpajakan ( bukan penataran Kepala Kantor Penyuluhan Pajak ) termasuk peningkatan pengetahuan dan kemampuan sebagai Publik Relation.

3. Tingkatkan kualitas penyuluhan, menambah petugas penyuluhan dan memperbaiki sistematika penyuluhan agar lebih efektif.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Diana, Anastasia ; Setiawati, Lilis, 2003, Perpajakan Indonesia, Yogyakarta.

Direktur Pajak Bumi dan Bangunan, 2000, Pajak Bumi dan Bangunan, seri Perpajakan, Sinar Grafika, Jakarta.

Mardiasmo, Perpajakan, 2001, Edisi Revisi, Yogyakarta. Mardiasmo, Perpajakan, 2002, Edisi Revisi, Yogjakarta. Mardiasmo, Perpajakan, 2006, Edisi Revisi, Yogyakarta.

Rusjdi, Muhammad, PBB, BPHTB dan Bea Materai, PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Setiawan, Agus ; Musri, Basri, 2006, Perpajakan Umum, Rajawali Pers, Jakarta. Tjahjono, Achmad ; Mahagiani, 2001, Perpajakan Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta. Waluyo, Ilyas ; Irawan, B, 2002, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta. Zain H, Mohammad ; Syarif Hidayat, Dodo, 2001, Himpunan Undang-Undang

Perpajakan 2001, Edisi 2, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang KUP No.16/2000, Tentang Waktu Perpanjangan SPT.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan Nomor 9 Tahun 1994 dan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Undang-undang KUP).

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985, Tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


(68)

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1997, Tentang Persentase Nilai Jual Kena Pajak (NJKP).

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 1998 Tanggal 30 September 1998, Tentang besarnya Nilai Jual Kena Pajak sebagai dasar perhitungan pajak yang terutang.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 1998, Tentang Penetapan besarnya Nilai Jual Kena Pajak Bumi dan Bangunan.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000, Tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Perda Nomor 14, Tentang Struktur Organisasi.

Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 886 Tahun 2008, Tentang tugas pokok, fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang.

Keputusan Menteri Keuangan No.948/KMK/04/1994, Tentang batas waktu penyetoran pajak.

Keputusan Menteri Keuangan No.523/KMK.04/1/1998 Tanggal 18 Desember 1998, Tentang Klasifikasi dan besarnya Nilai Jual Objek Pajak.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/KMK.04/2000, Tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 83/KMK.04/2000, Tentang Pembagian dan Penggunaan Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE – 49 / PJ.6 / 2000 tanggal 7 Desember 2000, Tentang rincian Rencana Penerimaan PBB dan BPHTB.

C. SUMBER LAIN


(1)

C. Pengaruh Pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan Bagi Masyarakat Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Pelaksanaan penyuluhan pajak sangat berdampak positif bagi para Wajib Pajak agar mereka lebih bisa dan mampu melaksanakan kewajiban dalam perpajakan. Begitu juga dengan Masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa yang sangat mengharapkan pelaksanaan penyuluhan khususnya tentang Pajak Bumi dan Bangunan secara terus menerus dan bukan hanya diadakan dalam setiap satu kali satu periode. Dampak pengaruh dari pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tanjung Morawa antara lain masyarakat akan lebih mengerti, memahami dan sadar akan pentingnya peranan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Disamping itu juga mereka akan lebih memahami bagaimana tata cara melaksanakan kewajiban dengan baik, apakah itu dari segi peraturan perpajakannya dan juga aspek-aspek lain yang berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan. Dan yang tidak kalah pentingnya lagi bagaimana masyarakat atau Wajib Pajak memahami dengan baik akan perpajakan sehingga melaksanakan kewajibannya tanpa merasa ada paksaan atau keterikatan.

Tabel 2. Daftar Laporan Realisasi Pemasukan PBB Tahun 2007

Masa Pajak Target Realisasi %

Tahun 2007 7,965,562,829 4,602,389,875 57,78 Data : Kantor Camat Tanjung Morawa, Tahun 2007


(2)

Tabel 3. Daftar Laporan Realisasi Pemasukan PBB Tahun 2008

Masa Pajak Target Realisasi %

Tahun 2008 9,597,330,565 5,823,639,717 60.68 Data : Kantor Camat Tanjung Morawa, Tahun 2008

Tabel 4. Daftar Laporan Realisasi Pemasukan PBB Tahun 2007

Masa Pajak Target Realisasi %

Tahun 2009 11,390,402,871 8,383,692,222 73.60 Data : Kantor Camat Tanjung Morawa, Tahun 2009

Sebagai perbandingan, pada tahun 2007 penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Rp. 4.602.389.875 Tahun 2008 sebanyak Rp. 5.823.639.717 dan tahun 2009 sebanyak Rp. 8.383.692.222. Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya walaupun belum memenuhi target yang ditetapkan. Jadi ada koreksi positif yang terjadi semenjak dilaksanakannya lagi penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Salah satu kelemahan besar pelayanan penyuluhan adalah kurangnya perhatian terhadap aspek sosial dan budaya. Padahal penyuluhan yang berhasil juga ditentukan dari bagaimana penerimaan masyarakat terhadap apa yang disuluhkan. Selain itu, masyarakat yang disuluh harus dapat mengerti dan mampu melaksanakan apa yang telah disuluhkan.

2. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kecamatan Tanjung Morawa disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

3. Pelaksanaan penyuluhan pajak sangat berdampak positif bagi para Wajib Pajak agar mereka lebih bisa dan mampu melaksanakan kewajiban dalam perpajakan. Begitu juga dengan Masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa, meskipun realisasinya belum sesuai dengan target yang diharapkan tetapi jumlah penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan semakin meningkat dari tahun ke tahun.


(4)

B. Saran

1. Seharusnya masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa khususnya para Wajib Pajak agar lebih berpartisipasi dan meningkatkan kesadaran sebagai Wajib Pajak dan Warga Negara yang baik agar Pembangunan Nasional dapat berjalan dengan lancar untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

2. Tingkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di Kantor Penyuluhan Pajak dan Kecamatan dengan diklat penyuluh-penyuluh perpajakan ( bukan penataran Kepala Kantor Penyuluhan Pajak ) termasuk peningkatan pengetahuan dan kemampuan sebagai Publik Relation.

3. Tingkatkan kualitas penyuluhan, menambah petugas penyuluhan dan memperbaiki sistematika penyuluhan agar lebih efektif.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Diana, Anastasia ; Setiawati, Lilis, 2003, Perpajakan Indonesia, Yogyakarta.

Direktur Pajak Bumi dan Bangunan, 2000, Pajak Bumi dan Bangunan, seri Perpajakan, Sinar Grafika, Jakarta.

Mardiasmo, Perpajakan, 2001, Edisi Revisi, Yogyakarta. Mardiasmo, Perpajakan, 2002, Edisi Revisi, Yogjakarta. Mardiasmo, Perpajakan, 2006, Edisi Revisi, Yogyakarta.

Rusjdi, Muhammad, PBB, BPHTB dan Bea Materai, PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Setiawan, Agus ; Musri, Basri, 2006, Perpajakan Umum, Rajawali Pers, Jakarta. Tjahjono, Achmad ; Mahagiani, 2001, Perpajakan Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta. Waluyo, Ilyas ; Irawan, B, 2002, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta. Zain H, Mohammad ; Syarif Hidayat, Dodo, 2001, Himpunan Undang-Undang

Perpajakan 2001, Edisi 2, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang KUP No.16/2000, Tentang Waktu Perpanjangan SPT.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan Nomor 9 Tahun 1994 dan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Undang-undang KUP).

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985, Tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


(6)

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1997, Tentang Persentase Nilai Jual Kena Pajak (NJKP).

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 1998 Tanggal 30 September 1998, Tentang besarnya Nilai Jual Kena Pajak sebagai dasar perhitungan pajak yang terutang. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 1998, Tentang Penetapan besarnya Nilai Jual

Kena Pajak Bumi dan Bangunan.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000, Tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Perda Nomor 14, Tentang Struktur Organisasi.

Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 886 Tahun 2008, Tentang tugas pokok, fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang.

Keputusan Menteri Keuangan No.948/KMK/04/1994, Tentang batas waktu penyetoran pajak.

Keputusan Menteri Keuangan No.523/KMK.04/1/1998 Tanggal 18 Desember 1998, Tentang Klasifikasi dan besarnya Nilai Jual Objek Pajak.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/KMK.04/2000, Tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 83/KMK.04/2000, Tentang Pembagian dan

Penggunaan Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE – 49 / PJ.6 / 2000 tanggal 7 Desember 2000, Tentang rincian Rencana Penerimaan PBB dan BPHTB.

C. SUMBER LAIN