Proses Pemungutan PPN dan PPnBM

Pajak yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai. Apabila terjadi pengembalian Barang Kena Pajak, maka pembeli harus membuat dan menyampaikan Nota Retur kepada PKP penjual. Nota Retur tersebut harus dibuat pada Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak terjadinya pengembalian Barang Kena Pajak Nota Retur akan mengurangi Pajak Keluaran bagi penjual dan mengurangi Pajak Masukan bagi pembeli. Namun, apabila pengembalian Barang Kena Pajak tersebut diganti dengan Barang Kena Pajak yang sama, baik dalam jumlah fisik, jenis, maupun harganya, maka pembeli boleh tidak membuat Nota Retur.

3.8. Proses Pemungutan PPN dan PPnBM

PPN dan PPnBM merupakan Pajak Tidak Langsung, yang pemungutannya dilakukan secara tidak langsung kepada penanggung pajak, melainkan melalui sumbernya, atau melalui pihak ketiga yaitu yang menyerahan BKP atau JKP. Pihak yang menyerahkan BKP atau JKP disebut PKP sebelum menjadi PKP, mereka adalah pengusaha yang menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, melakukan usaha jasa, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar negeri, atau memanfaatkan jasa dari luar negeri. Oleh karena itu dikenal: 1.PKP PPN Barang; 2.PKP PPN Impor; Universitas Sumatera Utara 3.PKP PPN Ekspor: 4.PKP PPN Pedagang Eceran; 5.PKP PPN Pemanfaatan Barang Tidak Berwujud dari luar negeri; 6.PKP PPN Jasa; 7.PKP PPN Pemanfaatan Jasa dari luar negeri; Fungsi di atas menentukan, karena PKP harus aktif melaporkan, memungut dan menyetor dan sebagainya. karena yang berhadapan dengan PKP adalah Pembeli atau Penerima Jasa. Hak dan Kewajiban Pengusaha Kena Pajak PKP tidak terbatas pada pihak yang menyerahkan BKP atau JKP melainkan juga termasuk Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, orang pribadi tertentu, badan tertentu dan instansi Pemerintah yang ditunjuk. Maka PKP dan yang ditunjuk adalah memungut PPN atau PPN dan PPnBM atas penyerahan BKP atau JKP yang berhak memungut ini termasuk orang pribadi atau badan yang melakukan pemanfaatan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean, dan orang pribadi atau badan yang melakukan pemanfaatan jasa dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.Setiap melakukan pemungutan PPN atau PPN dan PPnBM wajib membuat Faktur Pajak, yang disebut Faktur Pajak Keluaran sebagai bukti pemungutan. Khusus atas penyerahan BKP atau JKP langsung kepada konsumen akhir atau konsumen yang tidak dapat diidentifikasi dibuat Faktur Pajak Sederhana, walaupun tidak dapat digunakan sebagai Faktur Pajak Masukan. Universitas Sumatera Utara Karena bervariasi, maka sebagai pihak yang berhak memungut dan melapor PPN atau PPN dan PPnBM juga bervariasi. Oleh karena itu, yang berkewajiban menyetorkan dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak meliputi: 1. Pengusaha Kena Pajak; 2. Bendaharawan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah; 3. Selain Bendaharawan Pemerintah, misalnya BUMN, BUMD, Pertamina, Bank-Bank Milik Pemerintah Pertamina dan sebagainya; 4. PKP yang berkaitan dengan transaksi dengan Bulog; 5. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Para pemungut PPN atau PPN dan PPnBM setiap bulannya wajib melakukan penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak, baik langsung dengan menyampaikan lembar ke-3 SSP, atau melalui penyampaian SPT Masa PPN dengan melampirkan lembar ke-3 SSP. 3.9.Surat Pemberitahuan Masa PPN SPT Masa PPN Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau aktiva dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk Universitas Sumatera Utara suatu Masa Pajak. SPT Masa merupakan laporan bulanan yang harus disampaikan oleh PKP mengenai perhitungan Pajak Masukan yang berasal dari pembelian BKP atau penerimaan JKP, penyetoran pajak atas kompensasi.Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis pajak, paling lambat 15 hari setelah saat terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir. Keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 per bulan yang dihitung dari jatuh tempo pembayaran sampai denagn tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh 1satu bulan. SPT Masa harus disampaikan selambat-lambatnya 20 hari setelah Masa Pajak berakhir. Setiap Wajib Pajak mengisi Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan. Bagi Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelanggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib menyampaiakan Surat Pemberitahuan dan bahasa Indonesia dan mata uang selain Rupiah yang diizinkan. Universitas Sumatera Utara Bagi Pengusaha Kena Pajak fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk : a melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang. b melaporkan tentang pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran. c melaporkan tentang pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Surat Pemberitahuan Masa PPN terdiri atas 3 tiga jenis lampiran : a Lampiran 1170 A b Lampiran 1170 c SPT Induk

3.10. Pembayaran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai