BAB III GAMBARAN PELAKSANAAN
3.1 Sejarah Singkat PPN
Dalam sejarah perkembangan pajak apabila pengenaan tidak didasari oleh sifat mendasar dari pajak, yaitu asas keadilan dan kepastian hukum, akibatnya dapat
kita lihat berbagai reaksi yang muncul dapat terjadi dari masyarakat. Demikia juga halnya dengan pajak Pertambahan Nilai PPN, yang telah
menjalani sejarah dalam waktu yang panjang sejak dari penemuannya hingga diterapkan dilapangan. Pengenaan pajak yang didasarkan atas Nilai Tambah ini
pertama kali ditemukan oleh Industriawan Jerman yang duduk sebagai anggota The Reichstag bernama Carl Freodrich Von siemens.
Siemens mengemukakan agar Sistem Pajak Penjualan yng berlaku direformasi dengan sistem pengenaan pajak atas pertambahan nilai dalam sistem perpajakan di
Jerman pada tahun 1919. Namun apa yang digagaskan dan siajukan oleh Siemens belum dapat dilaksanakan saat itu. Setelah langkah Siemens di Jerman, kemudian
untuk memperbaiki system perpajakan di Amerika Serikat USA, pada tahun 1921 oleh Thomas telah mengusulkan gagasan pengenaan pajak atas nilai tambah dalam
perpajakan Amerika Serikat USA. Selanjutnya Prof Carl S Shoup, seorang yang duduk dalam Komisi Perpajakan
untuk Jepang telah mengusulkan pula mengenai pengenaan Pajak Petambahan Nilai di Jepang pada tahun 1949, dimana pajak dihitung dari jumlah yang terdiri dari
pengeluaran yang dilakukan untuk pembayaran upah, bunga, modal dan sewa,
Universitas Sumatera Utara
demikian juga atas laba usaha. Namun usul-usul itu tersebut juga belum dapat dilaksanakan saat itu.
Dari berbagai gagasan tersebut, dengan didasarkan atas berbagai penelitian dan kajian yang mendiam maka Negara yang pertama kali menerapakan PPN ini
dalam perpajakannya adalah Perancis pada tahun 1954. PPN ini diterapkan dengan sistim yang mudah dan sederhana, dan hingga kini masih dipergunakan. Adapun
sasaran pengenaan PPN ini di Perancis pada mulanya adalah atas impor barang jalur produksi Manufaktur juga jalur distribusi sampai kepada tingkat pedagang besar
Whole Saler. Sistem PPN yang cepat merambah penerapannya di berbagai Negara Eropa,
Amerika, Asia dan Afrika pada hakikatnya adalah Pajak Penjualan yang dikenakan akibat adanya terjadi transaksi atas nilai tambahnya. Sehingga kalaupun suatu Negara
menerapkan sistim PPN, umumnya Negara tersebut sebelumnya telah menerapkan Sistim Pajak Penjualan seperti juga halnya di Indonesia.
Dari dasar atau pengenaan pajak terlihat bahwa PPN merupakan pajak tidak langsung, artinya bahwa pajak tersebut terutang oleh suatu perusahaan misalnya
Cynthia Swalayan namun beban pajaknya dilimpahkan pada pihak lain yang melakukan transaksi dengan yang terutang tersebut Cynthia Swalayan yang dapat
berupa pembeli, penerima jasa. Melalui mekanisme pengkreditan yang berlaku dalam PPn, maka jumlah yang dikenakan pajak yakni merupakan jumlah yang harus disetor
ke kas.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum dilakukan pembahasan lebih mendalam mengenai Pajak Pertambahan Nilai PPN maka ada baiknya penulis menjelaskan pengertian pajak
terlebih dahulu. Adapun pengertian Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH : “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang yang
dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari
defenisi tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Iuran dari rakyat kepada Negara
• Pajak dipungut berdasarkan atau kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya •
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah
• Dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat
bagi masyarakat •
Sebagai alat untuk mengatur kebijaksanaan perekonomian suatu Negara.
3.2 Dasar Hukum