2.4 Kerangka Berfikir
Untuk mengetahui proses hubungan makna hidup dan toleransi beragama peneliti mengambil teori makna hidup atau logoterapi dari Viktor
Frankl yang menyatakan logoterapi lebih memusatkan perhatian pada masa depan, atau pada pencaharian makna hidup yang harus dilakukan
seseorang di masa depannya. Frankl dengan wawasan - wawasannya mengenai dimensi spiritual , makna hidup paripurna, rasa keagamaan yang
tidak disadari dan transendensi diri tentu saja perlu berbicara mengenai agama dan teologi. Sekalipun Frankl penganut yang taat dan wawasan,
asas-asas dan dan teori-teori Logoterapi yang dianggap sejalan dengan nilai-nilai agama Bastaman, 2007. Sejalan dengan psikologi transpersonal
yang menunjukkan bahwa di luar alam kesadaran biasa terdapat ragam dimensi lain yang luar biasa potensialnya seperti pengalaman spriritual,
pengalaman mistik, ekstasi, parapsikologi dan praktek – praktek keagamaan Bastaman, 2005. Sama halnya dengan fokus pencarían
makna usaha manusia menemukan makna dalam kehidupan merupakan kekuatan pendorong yang utama pada manusia. Frankl menyatakan
diantara sekian banyak kehendak manusia yang terpenting adalah kehendak untuk bermakna. Setiap manusia secara alamiah memiliki
keinginan untuk bermakna. Ia ingin selalu memberi makna kepada setiap hal yang ada didalam dirinya . bermakna adalah keinginan manusia yang
alamiah Bagustakwin, 2007 Berkaitan dengan eksistensi, Frankl menggunakan kata eksistensi untuk menjelaskan 2 hal, yaitu : 1 berkaitan
dengan eksistensi itu sendiri. 2. Makna kongkrit dalam eksistensi diri yang dalam logoterapi manusia yang paling hakiki adalah pandangan bahwa
manusia mempunyai dimensi ruhani atau spiritual. Pandangan logoterapi, manusia yang paling hakiki adalah manusia yang memiliki dimensi ruhani
atau spiritual, atau dimensi neotic, disamping dimensi fisik dan dimensi
psikologis. Ketiganya satu Kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan bukan satu unit kepingan yang dapat terurai dalam diri manusia. Adanaya
ketiga dimensi tersebut berpengaruh besar terhadap kebebasan yang hakiki. Dalam psikis, manusia mampu lebih luwes, tetapi dapat
dimanipulasi. Hanya dalam dimensi spirituallah manusia menemukan kebebasan sebagai manusia. Frankl, 2004.
Sebagai salah satu sarana untuk mencari makna bagi kaum beragama yang mengakui adanya Tuhan, maka sudah seharusnya tiap-
tiap pengikutnya benar-benar meyakini menghayati secara mendalam dan menjalankan apa-apa yang diyakini dengan sebaik mungkin. Namun
pemaknaan agama tersebut hendaklah melihat situasi dan kondisi di lingkungan sekitar sebagai upaya penyesuaian diri sebagai pribadi yang
melihat realita sosial yang ada atas idealisme yang dimiliki di dalam memaknakan keberagamaanya. Apalagi Indonesia adalah bangsa yang
pluralis dalam keyakinan, jadi pemaknaan atas keyakinan tersebut tidaklah menganggu kehidupan beragama di masyarakat, oleh sebab itu
sangatlah urgen adanya toleransi sebagai salah satu upaya nyata dalam menata masyarakat yang madani dan pluralis sebagai landasan awal
menuju negara yang sejahtera baik secara materi maupun spiritual yang sesuai dengan cita-cita luhur UUD 1945 dan Pancasila. Seseorang
dikatakan memiliki toleransi, apabila ia memiliki sikap : menahan diri, tenggang rasa, lapang dada, menghormati terhadap orang yang berbeda
pendapat atau pandangan atau agama Hasyim, 1979. Islam agama yang
rahmatan lil alamin dan agama mayoritas di dunia. Sebagaimana setiap agama yang lainnya, Islam juga memiliki
aliran atau sekte atau sempalan, dan aliran yang menjadi subjek peneltian ini adalah Salafy atau Wahhabi penamaan ini dinisbatkan atau
disandarkan kepada Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab. Stigma dunia dan sejarah yang ada mengenai sekte atau aliran adalah bahwa
aliran ini dianggap puritan, tekstual kuno, dan serta banyak melakukan tindakan yang membahayakan toleransi di Indonesia. Namun yang aneh
perkembangan ajaran Salafi sampai saat ini, telah sampai ke Indonesia yang penduduk agama Islamnya berpaham ahlu sunnah wal jamaah.
Dimana penduduknya mayoritas bersifat konservatif, toleran dan senang berdialog, fleksibel. Dengan kondisi demikian akan sangatlah banyak
perbedaan-perbedaan yang dapat memicu konflik agama apalagi Indonesia adalah Negara kesatuan bukan Negara agama, dimana
Pancasila dan UUD 1945 adalah sebagai landasan utama dalam berbangsa dan bernegara. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya
tindakan penyesatan, perusakkan, teror atas nama agama, dan. Dengan
pemikiran tersebutlah peneliti ingin mengetahui hubungan antara makna hidup dengan toleransi beragama pada jamaah Salafy atau wahhabi.
Bagan Kerangka Berpikir
Makna Hidup Toleransi Beragama
2.5 Hipotesis