Latar Belakang Disintegrasi Umat Islam
24
hanya karena harta yang berharga itu saja, tetapi juga karena perasaan mereka telah tersinggung. Dan ini merupakan salah satu faktor timbulnya gerakan
Khawarij, dengan peperangan dahsyat di Afrika, yang mendapat dukungan orang-orang Berber.
33
Sementara itu, Musa Ibn Nusayr yang punya pengalaman banyak dengan orang-orang Berber ketika menjawab pertanyaan Khalifah Sulayman
Ibn Abd al-Malik mengatakan: Mereka wahai Amir al-Muminin, banyak persamaannya dengan orang Arab dibanding dengan orang ajam lainnya;
terus terang dan pemberani liqa wa najdah, ulet dan lihai berkuda sabran wa Furusiya
lpang dada dan lugu samahat wa badiyat, kecuali wahai Amir al-muminin, mereka suka culas ghudr. Dan bahwa yang negatif dari
mereka adalah, ketidak jujuran. yang nampaknya bertentangan dengan sifat mereka yang lain, yaitu badiyah atau dusun murni dan hertendensi baik. Tapi
mengapa dikatakannya tidak jujur? Barangkali karena Tariq yang diberi wewenang untuk membatasi gerakan, justru melanggar perintah atasannya,
yaitu Musa sendiri. Sungguhpun demikian, dapat dipahami juga mengapa pembagian
tempat domisili itu berbeda kondisinya. Pertama, karena mereka Berber dan Arab bukan satu kesatuan bangsa yang berintegrasi secara total, atau
berasimilasi penuh. sehingga tidaklah mungkin satu tempat didiami oleh dua suku secara bersamaan. Kedua, setiap pihak membawa adat kebiasaan yang
berlainan, sungguhpun banyak persamaannya sebagai yang digambarkan
33
Abd al-Hamid al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus , op.cit., hh 53-4
25
Musa. Dan ini alamiyah sifatnya sunnat Allah,
34
sehingga pemisahan tempat adalah alami juga.
Ketiga, orang-orang Arab menduduki posisi kepemimpinan, sedangkan orang-orang Berber di bawah mereka. Kekuasaan di Semenanjung Iberia itu
diperoleh melalui gerakan militer, sehingga hirarki kemiliteran amat berperan di dalam kepemimpinan mereka. Dalam kalangan militer penghormatan
terhadap komandan merupakan unsur kedisiplinan yang harus ditaati. dengan demikian bila pihak Arab yang menduduki tempat teratas dalam hirarki
militer, mengambil tempat yang lebih subur untuk diri mereka terlebih dahulu
dan sisanya bagi orang Berber, dapat dipandang sebagai sesuatu hal yang
wajar saja, sungguhpun menimbulkan ketidak puasan pada pihak yang dirugikan, dalam hal ini Berber. Salah satu akibat dari kebijaksanaan
kepemimpinan Arab pada masa Imarah tersebut di atas ialah: timbulnya pemberontakan orang-orang Berber pada tahun 740 M. kebangkitan mereka
menentang kepemimpinan Arab berlanjut sehingga dua abad kernudian.
35
Pertentangan juga terjadi di antara sesame bangsa Arab; Qays dan Kalb.
36
Dan di antara Mudar dari utara dan orang Yaman dari selatan Arabia.Yang utara
dipengaruhi oleh Sunni, yang lain oleh Syiah.
37
Sesudah itu timbul pula kelompok Islam lainnya yang terdiri dari orang- orang Spanyol sendiri dan orang-orang Slavia. Masing-masing kelompok
34
Lihat al- Qur’an, 49:13
35
Encyclopaedia Britannica. Chicago: William Benton; Publisher, tt. J. xx,, h. 1087, orang Berber juga mernberontak di Afrika Marokko pada tahun 740
36
Ibid
37
Hitty, History, op, cit., h. 502. Kedua partai tersebut Sunni dan Syiah, bertentangan dalam hal berebut kepemimpinan kaum Muslimin kekhalifahan Islam dan bersifat politis. Di
antara keduanya juga terdapat perbedaan dalam hal menyangkut hukum dan ketentuan-ketentuan syariat, yang sering dikategorikan dalam bidang fiqih.
26
tersebut memiliki pengikut dan tujuan sendiri. Pertentangan, perselisihan dan peperangan yang timbul di antara mereka terus-menerus hingga terjadi
ketidakstabilan pemerintahan yang berkepanjangan. Tidak pernah ada ketenangan politik di Iberia ini, kecuali bila yang menjadi pemimpinnya
adalah seorang yang benar-benar kuat dan mampu menundukkan rakyatnya.
38
Gejala perpecahan ini sudah nampak di mata Karel Martel, yang pernah menghadang Abdurrahman al-Ghafigi di Poitiers. Ia menasihati kaumnya
untuk tidak menghadang bangsa Arab, agar membiarkan mereka melakukan apa saja yang mereka kehendaki. Karena orang-orang itu mempunyai
kemauan keras, dan niat yang suci dan benar. Dalam keadaan demikian orang Arab tersebut, tidak dapat dihancurkan, Tunggulah katanya, sampai mereka
menjadi tenang menyelesaikan segala persoalan, kemudian akan berlomba lomba memperebutkan kursi kepemimpinan, kekayaan dan harta. Ketika itulah
mereka akan berselisih dan menjadi lemah, dan memberikan kesempatan kepada kalian untuk melawannya dengan mudah.
39
Dan ramalan tersebut ternyata tidak meleset.
Dalam periode keamiran pertama, Spanyol dipimpin oleh kaum militer,
140
yang berasal dari para penakluk yang datang dari Afrika Utara, yang kemudian menjadi penghuni tetap. Dalam periode ini terdapat dua puluh orang
amir, yang masing-masing memerintah dalam masa jabatan relatif singkat. Hal tersebut karena mereka menganut sistem yang bebas dan terbuka dalam
38
Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah, Kairo:
1969 v, h. 36.
39
Abd al-Hamid al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus Kairo: Dar al-Qalam, 1964h. 53
40
Lombard, The Golden Age of Islam, h. 78.
27
menentukan dan menilai kepemimpinan seorang amir. Dan sekaligus menunjukkan adanya ketidak stabilan
41
dan pergolakan dalam kepemimpinan mereka.
Amir terakhir yang berkuasa, dan sekaligus merupakan penutup periode keamiran pertama, yang demokratis itu adalah Yusuf b. Abd al-Rahman al-
Fihri. Ia digulingkan oleh pendatang baru dari Damaskus. Sejak itu periode keamiran kedua dimulai, dan tidak ada lagi amir yang dipilih secara langsung
dan bebas oleh rakyatnya. Karena yang berkuasa adalah keluarga Raja. Tetapi gelar amir tetap juga digunakan.
42
‘Abd al-Rahman B. Muawwiyah, pengganti Yusuf al-fihri merupakan
tokoh legendaris; yang berhasil melepaskan diri, ketika seluruh keluarganaya keluarganya dibantai oleh lawan politik mereka di Damaskus. Ia adalah salah
seorang cucu Hisyam khalifah Islam yang kesepuluh Dinasti Bani Umayah. Ketika pembunuhan massal berlangsung terhadap keluarganya, ia sempat
bersembunyi dalam sebuah kemah Badui di tepi sungai Effrat. Riwayat hidupnya hampir saja berakhir, ketika bendera hitam lambang Abbasiyah
melintas di dekat tempat persembunyiannya. Menyadari ada bahaya yang akan merenggut nyawanya, ia melompat ke dalam sungai bersama saudaranya yang
masih berusia tigabelasan tahun. Semangatnya untuk tetap hidup, mendorong keberaniannya melawan arus berenang ke tepi seberang sungai. sementara
saudaranya berbalik ke belakang, mungkin karena takut terbawa hanyut bersama arus sungai yang deras, atau mungkin juga karena terbujuk oleh janji
41
Abd al-Hamid al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus op.cit., h 49
42
Mungkin karena meyakini konsep bahwa di dunia Islam hanya ada seorang Khalifah, yang waktu itu, b.Abbas.
28
mereka yang memburunya, ia datang kepada mereka. Nasibnyapun ditetapkan di ujung pedang pembunuhnya.
43
Abd al-Rahman B. Muawiyah menempuh perjalanan panjang bersama pembantunya yang setia, Badr. Pemuda yang serusia duapuluhan itu,
membungkus dirinya dalam penyamaran, untuk mengelabui mata-mata jeli kaum Abbasiyah, yang pada setiap saat siap menyudahi riwayatnya. Selama
limatahun ia mengadu nasibnya ke Palestina, Mesir, dan akhirnya ia tiba di Ceuta 755 di Afrika Utara. Dan keberuntungan masih tetap menyertainya,
ketika gubernur Afrika utara yang masih punya hubungan keluarga dengan Al- Fihri, nyaris membunuhnya. Di sini ia mendapat bantuan salah seorang paman
dari pihak ibunya, seorang keturunan Berber. Disini juga segala rencana diputuskan. Badr dikirim ke daratan Iberia untuk menghubungi simpatisan
keluarga Bani Umayyah. Nampaknya nama Umayyah masih mendapat cukup banyak simpati. Dan barangkali ia sendiripun tidak menduga sebelumnya,
Sebuah kapal khusus dikirim untuk menjemput pemimpin mereka ke Ceuta. orang-orang Yaman yang diKalahkan Yusuf al-Fihri dari suku Mudar,
mendukung kehadiran Abd al-Rahman b. Muawiyah, yang kemudian
mendapat gelar al-Dakhil, karena berhasil melepaskan diri dari pengejaran
Bani Abbas dan masuk ke Spanyol.
44
Pengalamannya dalam pengembaraan selama lima tahun, dan
pendidikan yang diterimanya dalam keluarga kerajaan, menjadikannya seorang yang matang dalam kepemimpinan dan politik kenegaraan. Tidak sulit
43
Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh Beirut: Dar Sadir, 1965 j. vi,., j. v, h. 377
44
Ibid
29
baginya menghimpun para pendukung dalam suasana yang serba kacau, dan lawan yang dihadapinya dapat ditundukkan, setelah beberapa wilayah di
selatan Spanyol menerima kehadirannya tanpa perlawanan; Archidona, Sidona, dan Seville. Dari Seville ia menyerang kordoba. Dan pada 14 Mei 756
di tepi sungai Guadalquivir, kedua pasukan bertemu. Pertempuran tidak berlansung lama, yusuf nampak melarikan diri dan kemudian Kordoba
dikuasai dalam kesempatan lain, Yusuf terbunuh di Toledo.
45
Dengan naiknya Abd al-Rahman b. Muawiyah kepanggung politik di Andalus, maka kekuasaan Bani Abbas mendapat tantangan dari Bani
Umayyah yang baru saja digulingkannya. Di Bagdad pada waktu itu sedang berkuasa khalifah Abu Jafar Abdullah Ibn Muhammad al-Mansur 136-
158754-775, khalifah kedua yang menggantikan Abu al-Abbas al-saffah
132-136750-754. Abd al-Rahman I al-Dakhil di Andalus itu, segera
memutuskan hubungannya dengan Bagdad, setahun setelah ia berkuasa, di dalam khutbah-khutbah dihapuskan nama khalifah Abbasiyyah, tetapi ia
sendiri tidak menggunakan gelar khalifah untuk dirinya. Ia tetap memakai
gelar Amir sebagaimana yang berlaku ketika itu di Andalus.
46
Sementara itu, Al-Mansur di Bagdad sedang menghadapi bahaya yang
datang dari Kerajaan Bizantium yang berada di bawah pimpinan Kaisar
Constantine V 740-775, di Asia Kecil,
2
Dengan demikian Al-Mansur tidak
45
Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh op.cit., h. 57
46
Hitty, History , op,cit., h. 508, Ketidak beranian ‘Abd al-Rahman menggunakan gelar
khalifah, erat kaitannya dengan keyakinan umum umat Islam pada waktu itu; yaitu di dunia Islam hanya ada seorang khalifah saja. Keyakinan ini berubah di kemudian hari, ketika Kaum Syiah
menggunakan gelar khalifah bagi kepala negaranya di Mesir. Tindakan syi’ah tersebut, mendorong Abd al-Rahman III dari Andalus untuk berbuat serupa Dan ternyata kaum Muslimin menerimanya.
30
dapat mengambil tindakan apapun untuk menghukum Abd al-Rahman yang telah dengan gemilang memisahkan dirinya dari Bagdad.
Baru pada tahun 761 Khalifah Al-Mansur memberanikan diri mengirim Al-A
la Ibn Mughit’s ke Spanyol bersama tujuh ribu anggota pasukannya, dari Afrika utara. Dalam sebuah pertempuran sengit di selatan, Al-Ala tewas ber-
sama sejumlah anggota pasukannya.
47
Abd al-Rahman mengirim kepala mereka yang terbunuh ke Qairawan, dan kepala Al-Ala dikirim kepada Al-
mansur yang sedang menjalankan ibadah hajinya di Mekkah, bersama dengan bendera hitam, lambang abbasiah.
48
Ketika itulah Al-Mansur menyatakan rasa syukurnya kepada Allah yang telah memisahkan dirinya dan musuhnya itu
dengan lautan.
49
Iapun menjuluki Abd al-Rahman I sebagai seekor Rajawali Quraisy Saqr Quraisy.
Rajawali Quraisy kemudian berhadapan dengan para pemberontak yang bersimpati, atau sisa-sisa pengikut Yusuf al-Fihri, seperti Sulaiman b. Yaqzan
al-Arabi al-Kalbi seorang penguasa Barcelona, bersama Abd al-Rahman b. Habib al-Fihri, Abu Saud al-Fihri dan Abu al-Aswad b. Yusuf. mereka
meminta bantuan Al-Mansur melalui Afrika Utara, dan meminta infiltrasi
Charlamagne dari Perancis, agar memperluas wilayah kekuasaannya ke
Asbania. Diperoleh kesepakatan, bahwa Al-Fihri dan kawan-kawannya akan menyerang dari selatan bersama pasukan dari Afrika Utara, sementara pihak
47
Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh , op.cit., j. vi, hh. 7-8.
48
Ibn Khaldun, Kitab al-
’
Ibar wa Diwan al- mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam
wal – Barbar, Bulan: 1248, j. vii., j. iv, h. 122-4. Ibn ‘Izari, Al-bayan al-Maghrib fi Akhbar al-
Maghrib, Leyden, 1848ed. Dozy, j. ii h. 671, h. 61
49
Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy, Leyden, 1855, j.i h. 166;
31
Charlemagne menyerang Abd al-Rahman dari sebelah utara. Tetapi al-Fihri dan al-Kalbi tidak sabar menanti kedatangan sekutunya,
Charlamagne. Mereka menyerang lebih dulu dari selatan, dan Abd al-Rahman mematahkannya dengan mudah. Dan ketika Charlamagne memulai
penyerangannya 778 dari arah timurlaut Spanyol menuju ke Saragossa, pintu kota ditutup di depan mata mereka. Dan pada saat bersamaan dengan itu,
tersiar kabar tentang penyerangan orang-orang Saxon, dari utara terhadap Charlamagne. Sehingga pasukan tersebut ditarik kembali, dan digiring pulang.
Dalam perjalanan yang “penuh dengan kekecewaan itu, orang-oranq Franka di pegunungan Pirennea menyerang mereka, dalam satu gerakan bersifat
kejutan, Sehingga banyak korban yang jatuh. Dan di antara korbannya adalah pahlawan gagah berani, Roland. peristiwa tersebut mengilhami para penyair
menyusun epic, sejenis sastra yang bernada pemujaan terhadap sifat berani. yang kemudian menjadi bibit dari syair hamasah dalam kesusasteraan
Perancis.
50
Dengan demikian Abd al-Rahman menunjukkan keunggulannya,
terhadap lawan-lawannya, baik yang ada di Barat; atau pun yang ada di Timur.
Kekuatan Barat yang diwakili Perancis yang tentu saja amat khawatir terhadap bahaya Islam itu, untuk sementara harus menerima keunggulan Abd al-
Rahman I. Sedangkan Daulat Abbasiyah dari timur, telah merasa cukup mendapat pil pahit, sejak kegagalan Al-Ala b. Mughits di tahun 761146, yang
kepalanya dikirimkan kepada Al-Mansur.
50
Ibn Khaldun, Kitab al-
’
Ibar wa Diwan al- mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam
wal , j. vii, hh. 123-4; al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus, hal 80-3
32
Untuk lebih memantapkan kekuasaannya, dalam menghadapi musuh- musuhnya, Abd al-Rahman I membangun angkatan bersenjata dengan tentara
bayaran, yang terdiri dari suku bangsa Berber dari Afrika. Empatpuluh ribu orang anggota vasukan elite yang berdisiplin keras itu, dapat dengan mudah
diperintahkannya untuk menundukkan lawan-lawannya diarena petempuran. Dan dengan itu pula, ia dapat mendesak lawan-lawan politiknya untuk
berdamai, atau mengadu kekuatan. Dengan demikian ia selalu diperhitungkan oleh musuh-musuhnya, yang ingin mengusik-usik wilayah kekuasaannya.
kemudian iapun menampakkan kemampuannya membangun negara, dan membina kesejahteraan umatnya, serta membangun sarana-sarana penunjang
bagi pembangunan dimaksud. Abd al-Rahman memperindah ibu-kota keamirannya, Kordoba, dan
memagarinya dengan tembok yang kokoh, sebagaimana kebiasaan kota-kota di dunia ketika itu. Kemudian ia menggali sebuah kanal air tawar, dan
dibangunnya jembatan indah di atasnya, dengan kamar-kamar mandi umum serta hotel-hotel, tempat menginap para pelancong. Dan untuk lebih
memperindah ibu-kota ia membangun kebun-kebun hias, di tepi sungai Wadi al-Kabit. Ia menambah kesemarakan kota dengan istana bergaya Timur,
sebagai yang dibangun kakeknya Hisyam di Damaskus. Ia juga memberi
perhatian terhadap perkembangan di bidang pertanian, dengan membangun saluran air dan jalan-jalan. Disediakannya sekolah-sekolah, yang tersebar di
kota-kota di Andalusia. Para ulama dan murid-murid mereka, didorong untuk
maju dan menciptakan suasana yang menarik bagi negerinya, kemudian
33
memberi kesempatan untuk menuntut ilmu bagi para pelajar yang datang dari Eropa. Mesir, Syam dan Irak. Sehingga Kordoba menjadi pusat kegiatan ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan. Apalagi negeri ini dihuni oleh penduduk yang multi rasial, yang terdiri dari bangsa-bangsa Arab, Berber, Numidia, Gothia,
Spanyol-Arab; menjadi tempat bertemunya segala bangsa. Asia, Afrika, dan Eropa. Dua tahun menjelang wafatnya Abd al-Rahman membangun sebuah
mesjid agung yang monumental, di pusat ibu kotanya Kordoba, yang
kemudian diperindah dan diperluas oleh Para penggantinya. bentuknya yang istimewa, dengan pilar-pilarnya yang megah dan agung, memberi kesan
menakjubkan sampai berabad-abad kemudian bahkan setelah dijadikan katedral oleh Ferdinand III. Pada tahun 1236, mesjid itu tetap dikenal sampai
kini, dengan nama La mezquita.
51
Demikianlah Abd al-Rahman I, menguasai Spanyol dan menurunkan warisan kekuasaan kepada keturunannya, sejak tahun 756 - 1031 138 - 422.
Setelah itu Spanyol dikuasai oleh Muluk al-Tawaif. Abd al-Rahman al-Dakhil menyadari bahwa Andalus dikuasainya itu,
berada pada suatu wilayah yang berbatasan langsung dengan musuh. Dan sampai saat ia memerintah keadaan saling bermusuhan masih terus terjadi,
atau pengumuman perang di antara kedua belah pihak belum lagi cabut. Jika terdapat suasana damai di antara kedua belah pihak, maka hal tersebut terjadi
karena pihak lawan belum mampu atau mampu menyerangnya, dan saling mengintai serta mencari kesempatan. Atau kedua belah pihak terikat oleh
51
Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh , op.cit., j. vi, h. 77
34
suatu perjanjian tidak saling menyerang. Jika kedua kondisi tersebut sudah tidak ada lagi, maka perang kembali menguasai keadaan. dengan demikian,
Andalusia selalu terancam perang, sungguhpun suasananya dalam keadaan
dama. Perang dan damai silih berganti dan dapat terjadi pada setiap waktu.
Maka untuk menjaga stabilitas negeri ini, diperlukan adanya persatuan dan kedamaian di dalam negeri disamping adanya kekuatan angkatan bersenjata
yang kuat. Sehingga musuh negara harus berfikir beberapa kali untuk menyerang pemerintah; baik yang datang dari luar, maupun yang muncul dari
dalam. Mungkin pertimbangan tersebutlah, yang mendorong Abd al-Rahman I, mempersiapkan puteranya Hisyam menjadi penggantinya, di samping
pertimbangan dinasti Umayyah yang juga harus dipertahankan dan dilestarikan. Sehingga perebutan kekuasaan di antara sesama saudara tidak
terjadi. Sungguhpun demikian, pengangkatan Hisyam mendapat tantangan dari
dua orang puteranya yang lain, yaitu Sulaiman dan Abdullah. Hisyam mendapat latihan khusus dari ayahnya dalam bidang politik dan peperangan.
52
Ia diangkat menjadi penguasa di wilayah perbatasan, Merida, dengan tujuan agar menguasai pola-pola dan teknik perang pihak lawan, dan terbiasa dalam
memimpin. Ketika Hisyam memangku jabatannya setelah ayahnya wafat, ia mengangkat sulayman menjadi penguasa di Toledo, dan saudaranya Abdullah
menjadi penggantinya di Merida. Tetapi kedua-duanya bersatu memberontak melawan Hisyam. Sehingga memaksa Hisyam menghadapi saudaranya
52
Kepala negara pada masa itu, tidak hanya menjadi panglima angkatan bersenjata karena jabatan, tetapi memang harus mahir memainkan senjata dan memimpin perang.
35
sendiri, yang memakan cukup banyak waktu untuk menundukkan kedua mereka.
53
Hisyam disebutkan meniru tingkah laku pemerintah Umar Ibn Abd al- Aziz yang wara dan saleh dan banyak melakukan kegiatan keagamaan.
Hisyam suka menolong orang susah, dan berjalan di malam hari mencari orang-orang yang sakit yang memerlukan pertolongan. Ia juga mengharuskan
adanya kegiatan jaga malam, untuk mencegah terjadinya kemaksiatan, pertengkaran dan tindakan-tindakan kriminal di dalam masyarakat. Ia juga
mengirimkan para dai ke semua wilayah kekuasaannya untuk tugas-tugas amar makruf nahi munkar, sehingga orang-orang lalim menjadi amat
berkurang, keamanan masyarakat menjadi lebih terjamin.
54
la berjalan keliling kota Kordoba dan bercampur aduk dengan rakyatnya. mungkin karena ia
sebagai pelindung terhadap rakyatnya yang tertindas.
55
Keberanian mengambil resiko semacam itu, memang bukan hanya milik Hisyam, tetapi
juga pernah dipraktekkan oleh kepala-kepala negara yang jujur dan ber- tanggung jawab, sebagaimana halnya dengan Umar Ibn Khattab dan Umar Ibn
Abd al-Aziz pada masa yang lalu. Dan barangkali karena keadaan di dalam negeri dipandang stabil, maka
Hisyam menghadapi musuhnya dari luar. kepemimpinannya yang religius itu, memancing simpati kaum Muslimin untuk mengabulkan seruannya melakukan
perang suci ke utara. Beribu-ribu orang tua dan muda, didukung oleh orang-
53
Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah,j. v, h. 43
54
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus hh. 86-7; Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-
Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiya ., h. 44; Lane Poole, The Arabs in Spain, New
York:1911 h. 61-2.
55
Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah, ibid, Lihat
juga Dozy: History of Muslim In Spain, London: Frank Cass, tt, h. 242
36
orang kaya, yang memberi harta mereka untuk penyedia peralatan perang dan menjadi perajurit di bawah kepemimpinan Hisyam ketika menyerang Galicia.
Kemudian ia menunjuk wazirnya Abd al-Malik bin mughis untuk menyerang Perancis. Kedua peperangan itu, dimenangkan oleh kaum Muslimin dengan
harta rampasan perang yang melimpah.
56
Pada masa Hisyam memerintah Andalusia, di Madinah al-Nunawwarah berkembang mazhab Maliki. Imam Malik yang hidup sezaman dengannya,
menaruh simpati kepada Hisyam. Dan Hisyam sendiripun menerima mazhab Maliki menjadi mazhab negara, yang dianut di seluruh Andalus. Dan menjadi
lebih berkembang, setelah Hisyam mengundang para murid Imam Malik untuk bekerja di Andalus, seperti Ziyad ibn Abd al-Rahman dan Yahya bin
Yahya Al-Laitsi. Pengaruh para ahli fikih pada masa Hisyam cukup dominan, baik dalam bidang hukum dan peradilan maupun dalam bidang politik. Hal
tersebut dimungkinkan mengingat Hisyam sendiri, adalah seorang yang taat kepada agama, dan amat hormat pada para ulama. Ia diceritakan tidak begitu
terpengaruh dengan kemegahan dan kemewahan duniawi. Hal tersebut dibuktikan ketika ia menyempurnakan pembangunan sebuah jembatan di atas
sungai Quadalquivir yang dimulai Al-Samh b, Malik al-Khawlami, sehingga menjadi pembicaraan umum. Sementara itu, orang banyak mempergunjingkan
pembangunan jembatan yang indah itu, untuk memudahkan jalan baginya untuk berburu. Mengetahui pergunjingan itu, lalu ia bersumpah untuk tidak
56
Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh j. vi, h. 80; menyebutkan penyerangan ke Galicia
dipimpin juga oleh amirnya wazirnya abd-Malik b. Mughis. Berbeda dgn Mausu ah dikutip di atas.
37
menggunakan jembatan tersebut, sebagai tempat ia berlalu,
57
Di samping itu, Hisyam juga amat menaruh perhatian terhadap perkembangan bahasa Arab, sebagaimana yang diberikan oleh Abd al-Malik
B. Marwan di Damaskus.
58
yang menyempurnakan pengetahuan orang-orang bukan Arab yang telah mulai pandai berbahasa Arab. Dan barangkali juga Hisyam menyadari
bahwa, bahasa merupakan faktor utama baqi komunikasi masyarakat,untuk dapat memahami pikiran atau pendapat, antara satu dengan lainnya. Apalagi
bahasa Arab itu, tidak saja menjadi bahasa agama yang tercantum dalam kitab suci al-Quran dan Hadis, tetapi juga menjadi bahasa wajib dalam ibadah kaum
Muslimin, sehingga bahasa Arab menjadi faktor utama bagi pembentukan masyarakat Islam di Andalusia. Dalam perkembangan selanjutnya, bahasa
Arab dipakai oleh sekolah-sekolah yang didirikan kaum Yahudi. Dan sungguhpun ia seorang yang fanatik terhadap agama, dan memimpin sendiri
pertempuran melawan orang-orang Kristen di utara seperti disebutkan di atas, ia amat toleran terhadap kaum zimmi baik dari kalangan Kristen maupun
Yahudi di dalam wilayah kekuasaannya, mereka diizinkan membangun sekolah dan rumah-rumah ibadah, dan mengangkat sejumlah besar dari
mereka menjadi pegawai dalam pemerintahannya.
59
Setelah Hisyam wafat tampuk kepemimpinan di pegang oleh Puteranya ialah Al-Hakam b. Hisyam, Ia gemar berolah raga dan berburu, senang pada
57
Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy., j.i, h. 160
58
Lihat Islam dan Aspeknya, op.cit., j. I, h. 63
59
Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah ,j. v, h. 44 ;
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h. 82-3.
38
keindahan dan seni suara. Nampaknya ia lebih duniawi dibanding ayahnya yang taat dan saleh, sehingga disebut lebih menyerupai Umar ibn Abd al-
Aziz. Dan karena itu pula, ia beda dengan ayahnya dalam hal kebijaksanaannya menghadapi ulama fikih. Sungguhpun ia masih tetap hormat
pada mereka, tetapi campur tangan ulama fikih dalam pemerintahan mulai dibatasi.
60
Dan sebagaimana diketahui, para ulama fikih yang berpengaruh besar di Andalus pada masa ayahnya Hisyam I, adalah pengikut mazhab
Maliki. Menurut Al-Hakam, setiap Muslim mempunyai hak yang sama dihadapan Allah, sehingga hasil pemikiran para ulama, tidak mutlak benar
dalam segala hal, sehingga mereka menjadi “perantara” dengan Allah dalam pengambilan putusan politik, karena kemutlakannya itu. Atau mungkin juga,
karena al-hakam lebih dekat kepada kalangan bukan ulama, bahkan lebih dekat pada kelompok yang suka pada kemewahan dan pesta pora, maka
kualitas keagamaannya lebih “longgar” dibanding ayahnya yang saleh, sehingga kebijaksanaan politiknya berbeda jauh dengan para ulama fikih yang
berpola fikir “mazhabi”. Sementara itu dapat terjadi, pandangan ulama fikih yang tidak jarang berbeda-beda dalam satu hal yang sama, membuat Al-
Hakam lebih condong pada mazhab lain, yang lebih sesuai dengan pemikirannya, tetapi terhalang oleh Keterikatannya terhadap satu madzhab
saja, yaitu madzhab Maliki. Dalam hal inilah penilaian al- ‘Ibadi yang
menyatakan al-Hakam lebih cerdas dari ayahnya, dapat dipahami.
61
Sementara itu para ulama sendiri berpendapat, jika terjadi perbedaan pendapat dalam
60
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h. 79
61
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus h. 79
39
kalangan umat, maka Negara Islam dan imam kaum Muslimin berhak memilih salah satu pendapat fikih dan mewajibkannya kepada umat.
62
Kebijaksanaan al-Hakam I, terhadap ulama dan para pengikut mazhab Maliki, menimbulkan kemarahan dan tantangan keras dari pihak mereka dan
orang-orang awam. Nampaknya kemarahan itu, tidak semata-mata karena peranan para ahli fikih yang menjadi kecil, akan tetapi juga akibat ke-
bijaksanaan al-Hakam yang menggunakan tentara bayaran,untuk membangun sistem pertahanannya. Bahkan dialah orang yang menggunakan cara ini di
Andalusia, sehingga banyak orang yang mengasingkan diri, dan menambatkan kuda-kuda perang mereka dipintu rumahnya. Dan yang lebih menarik lagi,
adalah bahwa pasukan inti pertahanan Al-Hakam, terdiri dari orang-orang Negro dan budak belian, yang sama sekali tidak mengerti bahasa Arab.
Mereka dinamakan sibisu atau al-khars, yang berjumlah sekitar 5.000 orang.
63
Sehingga komunikasi mereka dengan rakyat yang berbahasa Arab putus. Pengawal pribadinya juga tordiri dari bangsa Zanji, yang ‘bisu’, serta dinilai
berhati keras, dan amat membenci orang-orang Arab.
64
Hal tersebut amat tidak menguntungkan bagi keamanan, dan stabilitas politik pemerintahan al-Hakam
di Andalusia. Kebencian penduduk kepada pengawal istana, dan sebaliknya kebencian pengawal istana terhadap orang-orang Arab, yang menjadi rakyat
dari kepala negara yang dikawalnya itu, dapat merupakan dua kutub yang saling berjauhan dan saling bertentangan. Kedua belah pihak saling
62
Sa d Hawaa, Membina Angkatan Mujahid, Jakarta: Islahy, 14081987, h. 36. terjemahan AbuRidha.
63
Ibn Khaldun, Kitab al-
’
Ibar wa Diwan al- mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam
wal – Barbar, j. iv, h. 122
64
Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy j. I h. 160
40
menghimpun kebencian dan dendam kesumat, bagaikan mengumpulkan zat kimia untuk bahan peledak. Dan untuk mumbuat sebuah letusan cukuplah bila
ada saja orang yang dapat menyulutnya. Dan memang demikianlah yang terjadi.
Pada suatu ketika di tahun 202 H, salah seorang serdadu mendatangi seorang budak di perkampungan Rabad, untuk memperbaiki pedangnya.
Kemudian di antara mereka berdua terjadi pertengkaran, yang berkesudahan dengan terbunuhnya
si budak, ahli pertukangan; pandai besi itu. Bara api di
perapian pandai besi itu, menimbulkan kebakaran, sehingga menarik perhatian penduduk di sekitarnya, yang terdiri dari segala macam tukang
yang ahli dalam pekerjaan tangan, dan kaum terpelajar, murid-murid para ahli
fikih dan rakyat awam yang hidup bercampur aduk di perkampungan Rabd
tersebut. Dengan alasan ini, masa rakyat yang sudah lama memendam kebencian kepada al-hakam, langsung membunuh perajurit tadi, dan
melanjutkan pelampiasan kemarahan mereka, dengan mengarahkan demonstrasi mereka ke istana, yang letaknya tidak jauh dari tempat
tersebut. Rabd hanya dipisahkan oleh sebuah jembatan indah yang terkenal,
di atas Wadi al-Kabir, yang diperbaharui Hisyam I, sebelumnya. Para demonstran yang bersenjata kapak, tongkat, pisau, dan apa saja yang terambil
ketika mulai bergerak itu, mengepung istana. Dan di antara para ahli fikih yang ikut berdemonstrasi itu terdapat seorang tokoh terkemuka, Yahya bin
Al-Laytsi. Al-Hakam yang merasa dirinya telah dikepung massa rakyat, memerintahkan sebahagian perajuritnya menyalakan api di perkampungan
Rabd, sehingga kaum demonstran yang melihatnya segera berlari-lari pulang
41
untuk menyelamatkan keluarga mereka. Sedangkan sebahagian para perajuritnya menghadapi kaum pemberontak ini, di depan istana. Dan ketika
yang belari pulang itu, tiba di dekat jembatan, mereka telah dihadang oleh
pasukan al-Hakam, dari depan dan diserang dari belakang, sehingga korban
jiwa tidak dapat dihindarkan lagi. Dan setelah pemberontakan dikenal dengan Tsawrah al-fuqaha ini dapat dipadamkan, Al-Hakam memerintahkan
pengosongan wilayah Rabd tersebut dari penghuninya, hanya dalam waktu tiga hari.
65
Dan betapapun keadaannya, dan apapun yang menjadi alasannya, peristiwa tersebut telah menghancurkan kepercayaan rakyat kepada al-Hakam.
Pemerintahannya telah ternoda. Mungkin saja Al-Hakam cukup puas, karena telah menumpas sebuah
pemberontakan yang digerakkan oleh para fukaha, yang tidak disukainya dan dirasakan begitu banyak ikut campur dalam urusan pemerintahan yang bukan
urusan mereka. Akan tetapi ia telah melukai hati rakyatnya, dan merusak
hubungannya dengan mereka melalui pengusiran. Di antara mereka ada yang
menuju ke Afrika Utara, dan menetap di Fas, yang dibangun Idris I. Dan kehadiran mereka disambut dengan baik. Bahkan diberikan sebuah
perkampungan, yang sampai sakarang tetap dikenal dengan nama perkampungan orang-orang Andalusia. Di tempat mereka yang baru ini,
keahlian pertukangan menjadi lebih berkembang. Sebahagian lainnya mengembara ke arah Timur, melalui laut dan darat, dan melakukan
65
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus; Dozy, Reinhart. Spanish Islam. London: Frank Cass, tt,h. 250
42
penyerangan ke Iskandariah, lalu memerintah negeri itu Tetapi kemudian dapat ditundukkan oleh seorang penguasa Mesir,Abd Allah bin Tahir bin al-
Husayn. Mereka akhirnya menuju ke Crete yang dikuasai Bizantium, dengan persetujuan dan bantuan Abdullah, Mereka dapat menguasai Crete ter sebut,
dan membangun sebuah pemerintahan, yang dikenal dengan nama Dinasti Kalbi. Pendiri dinasti ini adalah Abu Hafs Umar al-Balluti.
66
Pada tahun 961, orang Yunani merebut kembali wilayah Crete dari tangan mereka.
Dari kenyataan ini dapat diduga bahwa, kaum pemberontak tersebut terdiri dari kaum politisi, dan para pejuang yang frustrasi, yang memiliki
kemampuan tempur, dan keahlian mengurus negara. Hal tersebut ditunjukkannya
di wilayah
pengasingan. Dengan
demikian besar
kemungkinannya bahwa warga Andalusia yang terusir itu adalah mereka yang memiliki idealisme dan iktikad baik untuk ikut berpartisipasi membangun
negara. mereka adalah kaum intelektual berjiwa keagamaan, yang dikenal sebagai ahli Fikih. Ada kemungkinan, Al-Hakam menduga para ahli fikih itu
akan berusaha menguasai dirinya sebagai mana mereka telah menguasai ayahnya. Karena mereka tidak mungkin akan menggulingkan seorang amir,
yang keberadaannya diakui sah oleh hukum fikih kalau terjadi perbedaan antara al-Hakam dengan para fukaha ini, diperkirakan berkisar pada
kebijaksanaan politik yang sulit diterima oleh al-Hakam, yang agak sekuler itu. Karena sebagai disebut di atas al-Hakam senang berolah raga berburu dan
66
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus hh. 79-82; Reinhart. Spanish Islam., hh. 253- 4. barangkali mereka yang terusir itu, berasal dari satu suku, atau satu keluarga besar yang
berpengikut banyak, sehingga dapat menyerang sesuatu daerah dan membangun pemerintahan yang berdaulat, seperti kabilah Kilab ini.
43
mencintai kemewahan serta seni suara. Dalam kaitan ini, kemewahan merupakan suatu kecondongan, yang mungkin akan mendapatkan banyak
tantangan dari fukaha. Karena pada dasarnya kemewahan itu lebih dekat kepada hal-hal yang dibenci oleh agama. Kemungkinan lain dapat juga terjadi
sebagaimana yang biasanya terjadi pada setiap orang yang memegang tampuk kekuasaan tertinggi yaitu, bahwa mereka lebih condong hatinya kepada orang-
orang yang dapat dikuasai atau yang dapat diperintah sesuai dengan keingin- anya. Dan amat tidak senang kepada orang-orang yang berfikir kritis dan yang
berusaha meluruskan suatu kondisi atau perilaku yang nenyimpang. Pengusiran kaum intelektual dari tanah air mereka ke Negeri lain oleh
penguasa, atau penindasan terhadap kebebasan mereka, serta intimidasi dan pemenjaraan tanpa melalui proses hukum, atau melalui proses hukum yang
penuh misteri, bukanlah kejadian aneh dalam sejarah semenjak dahulu hingga kini dan mungkin untuk masa yang akan datang karena tampaknya pemilikan
kekuasaan itu, membuat manusia terdorong untuk tetap mempertahankannya. Salah satu “bahaya yang dapat mengancam kelanggengan sebuah kekuasaan
adalah, kata-kata, benar atau salah, diucapkan secara jujur atau dalam bentuk fitnah, akan mempunyai dampak yang
“menggoyahkan kursi kekuasaan. Dan cara yang paling aman adalah membasmi setiap suara sumbang yaitu suara
yang bertentangan dengan suara penguasa. Selama penguasa itu mampu menggunakan alat peredam suara itu dengan baik, selama itu pula yang
bersangkutan berada di puncak kekuasaan. Bagaimanapun haInya kemampuan manusia adalah terbatas, terlepas
44
dari baik dan buruknya tujuan sebuah kekuasaan. Sementara itu para ahli fikih yang ikut memberontak, banyak pula yang bersembunyi di dalam kota,
termasuk di antaranya adalah Yahya al-Laytsi yang mendapat perlindungan dari orang-orang Berber. Tokoh lainnya adalah Kadi, yang setelah
bersembunyi selama setahun, menemui Al-Hakam dan meminta maaf atas
kesalahannya yang telah ikut Memberontak, Untuk maksud tersebut ia mengharap Al-Hakam mencontoh Nabi Muhammad yang memaafkan kaum
Quraisy yang juga telah memusuhinya. Dan al-Hakam memberi maaf kepada
Kadi dan juga kepada Al-Laysi, serta lainnya. Kecuali kepada seorang yang bernama Talhut, yang menampakkan sikap sombong di hadapan al-Hakam,
padahal ia datang untuk mengharapkan sebuah pengampunan darinya. yang ditempuhnya melalui salah seorang muridnya, Abu Bassam yang menjadi
wazir al-Hakam. Sehingga al-Hakam terpaksa mengusirnya dan tak ingin melihatnya lagi. Tetapi ketika Talhut meninggal dunia, al-Hakam tetap ikut
hadir pada saat Talhut dikubur. Bahkan al-Hakam masih memberikan hadiah- hadiah berharga kepada ahli fikih yang keras hati ini, sebelum ia meninggal.
67
Pada masa pemerintahan Abd al-Rahman II bin al-Hakam I, Andalus menjadi lebih cemerlang dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Para pemikir Timur banyak yang berdatangan ke Andalusia, untuk mengembangkan kemampuan mereka masing-masing, dalam berbagai cabang
ilmu pengetahuan yang berkembang pada waktu itu. Hal tersebut didukung oleh sifat Abd al-Rahman sendiri yang mencintai ilmu, sehingga iapun
67
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus.
45
terkenal sebagai ilmuan dan budayawan ternama. Dan pada masa yang
hampir bersamaan di Timur, muncul al- ma’mun, Khalifah khalifah Abbasiah
yang terkenal dan pencinta ilmu. Kedua kota Islam pada masa itu, Kordoba dan Bagdad berlomba-lomba menerangi dunia dengan sinar ilmu
pengetahuan, hasil karya dan kesungguhan putera-puteta zamannya.
Di antara yang dikembangkan adalah bahasa Arab, dan melalui bahasa Inilah ilmu pengetahuan diajarkan kepada manusia. Dan melalui bahasa Arab,
seni sastra Arab Islam mencapai puncak kejayaannya. Terpengaruh dengan pesona sastra Arab, sebahagian umat Nasrani memandang rendah mutu dan
kemampuan bahasa Latin. Alvaro seorang penulis yang mempertahankan tradisi bahasa Latin, menyesali kaumnya dan Mengatakan: Orang-orang
Kristen pengikut saya, amat senang dengan syair dan roman Arab, mereka mempelajari teologi Islam dan falsafat, bukan untuk membantah dan
membuktikan ketidak benarannya, tetapi untuk mendapatkan suatu gaya bahasa yang indah dan benar dalam bahasa Arab. Dia mengeluh tentang
sulitnya mendapatkan orang yang mampu membaca komentar Injil dalam bahasa Latin, di kalangan awam. Orang-orang muda tidak memahami bahasa
latin, sebaik pemahaman mereka tentang bahasa Arab. Bahkan mereka amat menyenangi cerita puji-pujian, yang dibacakan dengan berlagu di dalam
Bahasa Arab. Kemudian mereka amat merendahkan kitab-kitab keagamaan Kristen, bahkan dipandangnya tidak layak untuk diperhatikan.
68
68
Dozy, Reinhart. Spanish Islam, h. 268. Dikatakan juga Kardinal Ximenes, telah membalas sakit hatinya dengan membakar 80.000 kitab bahasa Arab di Granada, ketika kota
tesebut ditaklukkan. la menilai bahasa Arab sebagai bahasa yang kasar, dan hanya digunakan oleh orang yang hina saja. karena itu ia melarang umat Nasrani mempelajarinya. Begitulah caranya
Ximenes melumpuhkan kemampuan bahasa Arab, dan dengan demikian, nampaklah betapa seorang pendeta menilai sesuatu.
46
Dalam gambaran Dozy tersebut di atas, yang tidak seluruhnya dikutip-, terdapat kesan bahwa pengaruh bahasa Arab sudah amat merata, dan tidak
sekadar dipahami untuk keinginan komunikasi, tetapi telah dipelajari secara
mendalam sehingga mereka menghayati,al-zuq al-arabiyyah-nya secara
prima. Sementara itu, perhatian mereka terhadap bahasa Latin, yang menjadi
bahasa keagamaan dalam dunia Kristen, telah dibaikan. Alvaro merasa sulit
menemukan orang yang sanggup membalas sepucuk surat sekalipun, yang ditulis dalam bahasa Latin. Penghargaan orang muda Kristen terhadap
kemampuan bahasa Arab, sebagai alat untuk mengekspressikan perasaan dan fikiran, secara lebih sempurna, tentu saja sulit untuk disebut sebagai hasil
sebuah pemaksaan. Mereka mencintai karya bahasa Arab dan merendahkan karya bahasa Latin.
Sebab lain yang membuat bahasa Arab menjadi bahasa yang merakyat mungkin karena digunakan oleh para Penguasa dan orang-orang
terpelajar, dan ditemukan dimana saja, pada setiap kali orang berkomunikasi. Di samping itu pemerintah menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa
administrasi, dan bahasa resmi pada setiap kali pemerintah berhubungan dengan pihak lain, termasuk dengan rakyat. Untuk tingkat pertama, rakyat
bukan Arab mungkin merasa sulit menggunakan bahasa asing itu, akan tetapi
setelah membiasakannya, tumbuhlah rasa cinta dan menyukainya. Tetapi
mengapa sebahagian anak muda membenci bahasa Latin? Dozy tidak menjelaskannya, demikian juga Alvaro tidak menyebutkan mengapa
pengikutnya senang pada syair dan roman berbahasa Arab.
47
Keistimewaan bahasa Arab dibanding bahasa-bahasa lainnya, termasuk bahasa Latin adalah, karena bahasa Arab
nampaknya sudah “sempurna” sejak dahulu, sehingga tetap mampu melayani konsep-konsep pemikiran manusia
sepanjang masa. Untuk mengujinya dapat dibandingkan dengan bahasa inggris dewasa ini, dengan bahasa Inggris pada sepuluh abad yang lalu. Pada kedua
ujung dari panjangnya waktu tersebut, terlihat perbedaan yang amat jauh, dalam segi kebahasaannya. Sebaliknya bahasa Arab pada masa Nabi
Muhammad masih tetap sama dengan bahasa Arab sekarang. Demikian pula dengan bahasa Indonesia atau bahasa lain yang manapun, terdapat
perbedaan yang menyolok setelah berlalu beberapa abad, dalam hal
perkembangannya, penggunaan kata-katanya, atau pramasastranya. Banyak
bahasa agama seperti Bahasa Latin dan Sangsekerta, begitu juga Ibrani, tidak dipakai lagi pada masa sekarang, sehingga menjadi bahasa mati.
Dalam hal menyangkut urusan keagamaan, nam paknya ‘Abd al-
Rahman lebih condong memilih sikap kakeknya Hisyam, daripada sikap ayahnya Al-Hakam. Dan sebagaimana halnya Hisyam I, Abd al-Rahman
menaruh hormat pada para ulama fiqih, ia memilih Yahya bin Yahya al-Laysi menjadi penasihatnya. Yahya adalah salah seorang murid Imam Malik dari
Madinah, dan merupakan ulama cukup terkemuka di Andalusia
69
. Apalagi
yahya telah berada di Andalus, sejak ia mendampingi Hisyam, lalu berontak terhadap al-Hakam, dan kemudian dimaafkan bersama dengan sejumlah ulama
fiqih lainnya, lalu bersama Abd Al-Rahman. Dengan demikian ulama ini
69
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus hh 85-6
48
semakin dihormati, baik karena ketuaannya atau umurnya, maupun pengalamannya. Tentu saja ilmunyapun bertambah, untuk mendampingi
wibawa seorang ulama. Sementara itu Dozy,
70
menggambarkan yahya sebagai seorang bekas pemberontak, yang melakukan kesalahan, dan merasa perlu
menjadi penjilat untuk mendapatkan kedudukan dan merebut pengaruh dalam istana raja. Dan Abd al-Rahman sendiri membiarkan ulama yang sombong dan
kasar serta amat ditakuti itu, karena ia telah bersedia tunduk kepada semacam penebusan dosa yang tidak disenanginya, dihadapan beberapa orang petugas
penerima pengakuan dosa di istana.
71
Keterangan Dozy tersebut di atas amat aneh. Kelihatannya Dozy telah melihat Yahya, seorang ulama yang di segani pada masa Abd al-Rahman,
sebagai seorang pendeta di kalangan umat Nasrani. mungkin Dozy tidak menyadari bahwa seorang ulama di dalam Islam, tidaklah sama dengan
seorang pendeta dalam agama Nasrani. Terutama dilihat dari sudut wewenang mereka terhadap agama. Seorang ulama dikalangan kaum muslimin,
betapapun dalam ilmunya, dan besarnya wibawa dan pengaruhnya, serta bagaimanapun bebasnya ia berfikir, tidaklah mungkin ia menerima pengakuan
dosa manusia, konon pula mengampuninya. Ulama Islam tidak mendapat mandat menebus dosa-dosa manusia. Karena ulama islam itu bukanlah
“orang-orang suci” yang tanpa dosa. Dalam pandangan Islam jangankan ulama yang sering disebut “pewaris para Nabi”, biarkan Nabi itu sendiri, tidak
70
Dozy, Reinhart. Spanish Islam,h 260-1
71
Dozy, Reinhart. Spanish Islam, hh. 260-1:
1
Abd Al-Rahman indeed tolerated Yahyas
hectoring speeches and even his fits of ill-humour, submitted with docility to the disagreeable penances laid upon him by his severe confessor, bowed his head before the power of this religious
tribune..
49
dapat mengampuni dosa orang lain. Karena pahala dan dosa itu, sepenuhnya berada dalam wewenang dan kekuasaan Tuhan yang Maha Kuasa.
Berbeda halnya dengan kaum pendeta dalam kalangan umat Nasrani. Mereka dipandang sebagai orang-orang suci, yang mempunyai wewenang
menerima pengakuan dosa umatnya lalu memberikan pengampunan dosa, atas nama Tuhan Bahkan di Abad Pertengahan, kaum pendeta dapat menjual surat
pengampunan dosa kepada siapa saja yang mampu menebusnya dengan uang
atau materi. Sehingga nilai-nilai ruhani yang luhur, dapat diganti dengan
materi yang nilainya berbeda. Dengan wewenang yang demikian besarnya, para pendeta dapat memberi “nasihat kepada seorang raja Recarred dari
Dinasti Gothia Atau Visigoth di Spanyol, sebelum Islam, dengan fatwa mematikan bagi umat Yahudi. Dan raja tidak boleh bertanya mangapa orang-
orang Yahudi itu harus dibunuh. Seandainya, Raja Recarred tidak memeluk Katolik, atau tidak bersedia menerima fatwa pendeta semacam itu, tentulah
toleransi beragama tetap terjamin di negeri Spanyol, sebelum Islam. Hal tersebut dapat dilihat pada masa Kerajaan Romawi masih berkuasa, ketika itu,
para penguasa Kerajaan Romawi tidak “akrab” dengan kaum pendeta, bahkan kaum pendeta menuduh para penguasa sebagai orang-orang yang tidak
memperdulikan agama. Dan justru karena itu, umat Yahudi yang berbeda kepercayaannya dengan umat Katolik dapat hidup berdampingan. Wewenang
pendeta yang demikian besarnya tidak terdapat di dalam keyakinan kaum Muslimin. Sikap Dozy mempersamakan seorang ulama Islam seperti yang di
atas, yang telah membuat Abd al-Rahman tunduk kepada semacam penebusan dosa, sulit dipahami.
50
Orang penting lainnya yang turut mewarnai suasana pemerintahan Abd al-Rahman al-Awsat adalah, Hasan Ibn Ali Ibn
Nafi’. Ia seorang ahli musik terkemuka dan murid Ishaq al-Mawsili; seorang musisi kenamaan dari
Bagdad. Di luar pengetahuan gurunya, ia menyusun sejenis seni-suara, yang ketika diperdengarkannya di hadapan gurunya dan khalifah Harun al-Rasyid,
mereka dan segenap hadirin menjadi amat terpesona. Dan setelah itu Hasan diberi peringatan oleh gurunya yang dengan kecerdasannya ia langsung
menyadari, bahwa kelancangan nya itu, dapat mengancam hari depan gurunya sendiri. Iapun menyurati al-Hakam untuk mencari peruntungan di
Barat. Al-Hakam menyambut permohonannya dengan tangan terbuka dan menjanjikan tempat yang layak di istana. Tetapi ia tiba di Kordoba, ia
mendengar berita wafatnya amir yang baik hati itu. Hampir saja ia pulang kembali ke tanah airnya jika tidak bertemu dengan utusan khusus al-Hakam
sendiri, seorang musisi berkebangsaan Yahudi bernama Mansur. Mansur meyakinkan dia bahwa Abd al-Rahman putera al-Hakam mempunyai hobbi
yang sama dengan ayahnya. Demikianlah ia kemudian menjadi amat dekat dengan Istana.
72
Ziryab adalah nama julukan al-Hasan yang dikenal namanya melebihi namanya sendiri. Ziryab sebenarnya adalah nama seekor burung berwarna
hitam di Arabia, dan nama ini dipakai kepadanya karena ia juga berkulit hitam seperti Ziryab. keistimewaan Ziryab terletak pada alat musiknya yang benama
al-Ud. Alat musik tersebut mempunyai empat utas tali awtar yang masing-
72
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus h 87
51
masingnya melambangkan karakter jiwa manusia, taba’I al-nafs al-
basyariyyat dan sekaligus menggambarkan karakter dari unsur pokok
penciptaan manusia. tabaial-mawwadal-Ula Yang pertama, al-hadi ketenangan, al-
‘asabiy fanatisme, al-safrawi netralkosong, al-barid dingin, beku. Sedangkan sifat dari karakter kedua adalah, al-ma air, al-
hawa udara, al-turab tanah dan al-Nar api. Kemudian Ziryab
menambahkan yang kelima dan kemudian diberinya nama soul, soul yang menjadi lambing dari ruh, yang diletakkannya di antara al-hadi dan alasabi.
Diceritakan bahwa dialah orang pertama yang memperkenalkan nyanyian koors, sehingga murid yang baru itu tidak langsung secara sendiri menghadapi
public. Dan ia juga mempunyai cara yang baik untuk melatih sura yang bersih tetapi kuat, dan membuat dasar-dasar bagi music Spanyol, yang kemudian
berkembang melalui tangan-tangan dan terampil dari murid-muridnya, sehingga musik ini memiliki keistimewaan yang melebihi musik Arab lainnya,
baik yang muncul di Barat, maupun yang tumbuh di Timur.
1
Dan hal penting lain yang tumbuh dari adanya musik kegiatan kesenian kelompok Ziryab adalah, timbulnya pakaian sesuai dengan musim, yang
sebelumnya tidak di kenal, karena musim boleh berganti, tanpa merubah
pakaian. Sedangkan Ziryab memakai pakaian yang terbuat dari katun pada
musim panas saif dan pakaian dari sauf:, wol pada musim dingin syita. Sementara itu ia juga amat mahir dalam menata perabot rumah tangga dan
pesta-pesta, serta menciptakan berbagai ragam masakan dan makanan dan cara
52
menghidangkannya. Dengan demikian ia memperkenalkan sejenis kehidupan yang bersifat glamor dan mewah, kepada rakyat Andalus.
73
Abd al-Rahman juga didampingi oleh seorang yang punya hobbi aneh pada waktu itu, yaitu Abbas ibn Farnas, seorang ahli ilmu pengetahuan alam
dan kimia. Keahlian ini di Eropa pada waktu itu, kata ‘Abadi, dapat mengundang kebencian dan dipandang sama dengan ahli sihir yang jahat, se-
hingga dapat dihukum bunuh dan dibakar. Di samping itu ia memperkenalkan kepada masyarakat barat ilmu falak, yang dibuat secara visual di rumahnya. Ia
membuat gambar langit dalam bentuk kubah dan dibagi-bagikannya ke dalam sejumlah buruj gugusan-gugusan bintang dan tempat bagi turunnya sinar
matahari menerangi seluruh angkasa dalam jangka waktu selama peredaran setahun. Dan berusaha menjelaskan perbedaan posisi bulan dengan
menggunakan semacam peralatan yang dapat distel. Akan tetapi orang yang diundangnya untuk menyaksikan, tidak semua memahaminya, sehingga ada
yang menuduhnya sebagai tukang sihir atau orang gila. menurut keterangan Abbadi, Abbas bin Farnas juga pernah berusaha membuat pesawat terbang,
yang jika benar, berarti usaha untuk itu sudah dimulai sejak lama.
74
Orang-orang lain yang ikut mempengaruhi pemikiran emir Andalus ini adalah seorang eunuch atau al-khassi yang mungkin dapat diartikan seorang
pengawal keluarga raja, atau harem. Tetapi lebih banyak bersifat kehidupan pribadi dan tidak menyangkut urusan kenegaraan. Demikian pula dengan
seorang wanita yang bernama Tarub, yang cukup terkenal karena
73
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., hh 86-9; Dozy, Reinhart. Spanish Islam,h 261-4
74
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., hh 89-90;
53
kecantikannya, sehingga amat berpengaruh kepada sang amir Abd al- Rahman. Demikian juga dengan Yahya bin Hakam al-Bakri, seorang yang
lancar dalam menggubah syair dan mudah menyusun kata-kata sastra yang memikat.
75
Demikianlah Abd al-Rahman dikelilingi oleh para Ulama, ilmuan, budayawan, seniman dan penyair. Sehingga terasa bahwa kehidupan di
Spanyol pada masa pemerintahannya bukan saja penuh dengan kemewahan, tetapi juga ditandai oleh kegiatan ilmiah putera zamannya. Dan tidak dijumpai
sesuatu informasi, yang menyebutkan bahwa kaum Muslimin di Spanyol, berusaha mengumpulkan kekayaan negeri tersebut, lalu mengirimkan ke
negeri asalnya di Timur. Yang ditemui adalah bahwa mereka berkarya untuk kepentingan tanah air, dan tempat tinggalnya, serta masa depan bersama
mereka di Spanyol. Kecemerlangan Abd al-Rahman II tidak dapat di wariskan kepada
kedua anaknya, Abdullah dan Muhammad. Tetapi tahta kekuasaan telah beralih ke tangan Muhammad I yang memerintah pada 236-273852-886 .Ia
tidak dapat mempertahankan kebesaran orang tuanya, apa lagi melebihinya. Bahkan ia digambarkan sebagai seorang yang senang dengan kemewahan
dan pesta-pora. Sehingga perimbangan pembagian dan alokasi keuangan
negara menjadi timpang dan berat sebelah. Karena pengeluaran untuk mem-
biayai kesenangan amir ini semakin membengkak, mengakibatkan biaya pembangunan dan kemakmuran serta kesejahteraan rakyat menjadi semakin
mengecil dan menciut.
75
Ibid
54
Keadaan yang bertolak belakang antara masa-masa pemerintahan Abd al-Rahman dan puteranya Muhammad, tidak saja menimbulkan ketimpangan
dalam hal keuangan dan perbelanjaan Negara, akan tetapi juga dalam hal perimbangan kekuatan sosial dan politik. Apalagi masyarakat Andalusia yang
sejak semula memang sudah amat heterogen, baik karena adanya perbedaan suku bangsa, maupun karena perbedaan perilaku, watak dan agama serta
keyakinan. Jika perbedaan tersebut dapat dikendalikan dan mendapatkan penyaluran, serta setiap pihak memperoleh haknya masing-masing, maka pada
masa Muhammad ini, tidak akan terdapat ketimpangan semacam itu lagi. Negara menjadi lemah, wibawa pemerintah menjadi luntur, pertentangan
menjadi semakin meluas, dan musuh Muslimin pun menjadi semakin berani. Orang-orang Nasrani mengulangi tindakan mereka, untuk mendapatkan
kematian terhormat, dengan jalan menghina nabi kaum Muslimin dan umatnya. Kota Toledo yang dihuni oleh kebanyakan kaum bangsawan
Visigoth dan pendeta-pendeta Katolik yang pernah berkuasa, menjadikan kota ini sebagai pusat kegiatan untuk melancarkan gerakan tersebut, yang keudian
berkembang dan meluas ke seluruh Andalusia. Islamo phobia yang semula terbatas dalam kalangan pendeta-pendeta yang menderita sejenis maniac, dan
mendapat kecaman dari saudaranya sendiri orang-orang Nasrani, kini menjadi paham yang dipandang saleh menurut agama Nasrani. Kemudian Banu Hajjaj
di Seville, memisahkan dirinya dari pemerintahan pusat di Kordoba. Lalu disusul oleh kaum Barbari terutama Banu Zu al-Nun di sebelah barat, dan Ibn
Takit di Merida. Selanjutnya Ibn Hafsun menguasai wilayah selatan dan barat;
55
malaka dan Ru nda. Dan ‘Abd al-Rahman ibn Marwan diMerida dan Asybuna
Lisbon, Lissabon serta musuh utama di sebelah utara.
76
Timbulnya perlawanan terhadap pemerintah amir yang baru, nenimbulkan kesan, bahwa Andalusia benar-benar penuh tantangan.
Rakyatnya benar-benar memiliki sifat. Spontanitas yang tinggi, dan tidak ada solidaritas sosial yang melebihi kesukuan dan kebangsaan. Disebut memiliki
spontanitas yang tinggi, karena sifat perlawanan yang spontan itu dan kelihatannya dalam setiap pergantian pemimpin negara, kekacauan mesti
timbul. Tidak ada seorang penguasa yang naik tahta, tanpa harus menumpas sesuatu pemberontakan terlebih dulu. Atau dengan perkataan lain, setiap
penguasa baru dipandang, lemah kecuali ia mampu membuktikan sebaliknya. Dan pembuktian itu adalah dengan menumpas pemberontakan. Dengan
demikian, rakyat Andalusia hanya tunduk kepada penguasa yang benar-benar kuat dan berwibawa. Tidak perduli apakah pemimpin itu adil atau lalim. Dan
sebaliknya jika ternyata bahwa pemimpin mereka itu seorang yang lemah, dan jelas kelemahannya, maka segera saja akan timbul kekacauan. seolah-olah
setiap orang mampu menjadi kepala negara, sebagai yang terjadi dengan pemerintahan Muhammad I ini.
Kemudian disebutkan bahwa rakyat Andalusia tidak memiliki solidaritas sosial, kecuali dalam kalangan terbatas sepersukuan, atau dalam
batas etnis tertentu. Hal tersebut kelihatan pada sifat pemberontakan yang
76
Ibn Khaldun, Kitab al-
’
Ibar wa Diwan al- mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam
wal – Barbar,, j. iv, h. 135-6; al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus, h. 103-8, . Syalabi,
Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah, Kairo: 1969, h 52; Dozy,
Reinhart. Spanish Islam,, h. 294-300
56
ditimbulkannya. Misalnya pemberontakan suku-suku Berber melawan suku- suku Arab, dan suku-suku Arab utara Mudar melawan suku Arab Selatan
Yaman. Padahal mereka semua seagama. Solidaritas keagamaan sama sekali
.
atau seakan-akan tidak dapat menunjukkan keberadaannya. Atau jika solidaritas keagamaan itu menonjol di kalangan mereka, maka hal tersebut
terjadi pada waktu suasana damai antar suku terjalin dengan baik. Dan jika suasana permusuhan antar suku mulai menguasai keadaan, maka solidaritas
keagamaan tidak mampu menahan gejolak perasaan yang bersifat permusuhan itu lagi.
Jika gerakan kaum muslimin ke Spanyol dikaitkan dengan prinsip- prinsip dasar ajaran Islam, maka tujuannya adalah untuk melindungi agama
dari serangan musuh, dan berusaha mengembangkan ajaran Islam yang suci kepada umat manusia. Kemudian menunjukkan contoh ajaran Islam ke dalam
praktek hidup sehari-hari, sebagai mana yang dicontohkan oleh pembawa Risalah Islam itu sendiri dan para sahabatnya. di antara ajarannya adalah
bahwa seorang Muslim harus mendahulukan kepentingan agama di atas kepentingan lainnya.
77
ternyata kecintaan mereka kepada suku, atau etnis dan kelompok tertentu dengan kepentingan tertentu lebih di utamakan dibanding
kecintaan mereka kepada Islam. Masing-masing kelompok yang berbeda itu melakukan tindakan sendiri-sendiri, bahkan saling bertentangan satu dengan
77
Al-Quran, al-Taubah 9:24. Katakanlah: Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
57
lainnya. inilah yang disebutkan bahwa mereka memang kurang memiliki solidaritas sosial, kecuali terbatas dalam persukuan saja. sementara itu,
kecintaan seseorang terhadap sukunya, jika mencapai tingkat fanatik mendapat kecaman dari Nabi.
78
Tampuk kepemimpinan dilanjut oleh Al-Munzir b. Muhammad I 273- 275886-888 Al-Munzir lahir tahun 229844, dan menggantikan ayahnya
pada tahun 273886 dalam usia empatpuluh empat tahun hingga ia wafat pada 15 Safar 275 29 Juni 888.
79
nampaknya ia belum sempat berbuat banyak, atau apa yang ia lakukan tidak banyak membawa pengaruh, bagi kestabilan dan
kemajuan keamirannya. Setelah Al-Munzir di lanjut oleh ‘Abd b. Muhammad
I,275-300888-912 Ia adalah saudara kandung dari Al-Munzir, yang di lahirkan pada 229844 sama seperti tahun kelahiran almunzir tersebut di atas,
tetapi tidak ada keterengan apakah mereka berdua bersaudara kembar atau lain ibu. Ia menjadi Amir Andalus sampai wafatnya pada 1 Rabi 1-awwal 300 16
oktober 912.
80
Pada dasarnya keadaan politik pada masa tiga orang amir setelah Abd al-Rahman al-Awsat, berada dalam kekacauan penuh pertentangan. Ketiga
orang tersebut adalah, puteranya sendiri, Muhammad dan dua orang cucunya, al-Munzir danAbdullah. Atau sejak 238-300852-912, lebih kurang 60 sampai
62 tahun. Paling tidak dapat dikatakan bahwa, penguasaan Andalus tidak hanya berada dalam tangan amir dari Bani Umayyah, tetapi juga berada dalam
tangan Hajjaj orang Yaman. Dan ditangan Musa beserta tiga puteranya dari
78
Hadis. Orang yang meninggal karena mempertahankan kesukuannya, dipandang kufur.
79
Encyclopaedia. The Encyclopaedia of Islam. Leiden: E. J. Brill, 1960. H.A.R. Gibb et. Al., j. I, hal 493
80
Ibid
58
kelompok berber, yang bermarkas di wilayah barat Estremadura, yang lebih dikenal sebagai keluarga Zu al-Nun. Lalu orang Spanyol sendiri yang diwakili
Ibn Hafsun. Sebagaimana disebutkan di belakang. Tetapi di balik kenyataan politik yang tidak menguntungkan itu,
tersembunyi suatu kemajuan dalam bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Misalnya ketika Ibrahim b. al-Hajaj yang memisahkan diri dari amir
Umayyah-- yang membangun sebuah kerajaan kecil di Seville, is dikelilingi oleh para sastrawan, sejarawan, budayawan dan para ahli di bidang lainnya. Di
antara mereka yang terkemuka disebutlah nama Ibn ‘Abd Rabbih, penulis kitab al-Iqd al-Farid. Seolah-olah Isybilia atau Seville pada masa itu, sebagai
sebuah kota satelit dari Bagdad yang ada di Timur. Di masa Amir Muhammad ibn ‘Abd al-Rahman al-awsat, filsafat berkembang untuk pertama kalinya di
Spanyol. Pada masa inilah Ibn Sa’id al-Andalusi menyusun sebuah kitab yang amat berharga Tabaqat al-Umam yang membicarakan tantang berbagai bangsa
dengan berbagai kebudayaan, ilmu, seni dan sastra mereka masing-masing. Dan khusus tentang Spanyol disebutkannya bahwa Amir Muhammad seorang
yang mencintai ilmu dan kesusasteraan dan seni, Dalam buku inilah disebutkan ilmu filsafat muncul pertama kali pada zaman Muhammad I bin
Abd al-Rahman al-awsat.
81
Setelah itu tampuk kepemimpinan di lanjut oleh Abd al-Rahman al- Nasir, yang biasa disebut Abdrahman III, Ketika Abdullah b. Muhammad
menjadi amir, ia berada dalam usia tua, yang dihadapinya tidak saja kemelut politik yang diwariskan pendahulunya, akan tetapi anaknya sendiripun ikut
81
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., hal 105-108
59
memusingkan kepalanya; Muhammad berontak dan bahkan kemudian bergabung dengan Ibn Hafsun. Sungguhpun pemberontakan Ibn Hafsun tidak
dapat dipadamkannya, tetapi anaknya Muhammad dapat ditangkap dan dikurung dalam sebuah kamar di istananya. Sementara itu ia harus memimpin
pertempuran di luar kota. Maka puteranya yang lain yaitu matraf, diangkat menjadi wakilnya di istana. Dalam kesempatan inilah Matraf,yang tidak setuju
terhadap sikap ragu-ragu Abdullah kepada anaknya yang berontak itu, mem- bunuh Muhammad yang sudah tidak berdaya lagi. Mengetahui tindakan
matraf yang kejam terhadap saudaranya sendiri, Abdulah menjadi salah tingkah. Tetapi ia tidak menambah jumlah korban berikutnya, dengan
membunuh Matraf misalnya. Abd al-Rahman putera dari Muhammad yang terbunuh oleh matraf
tersebut di atas, yang masih menyusu pada ibunya menjadi tumpuan perhatian dan kasih sayang sang kakek Abdullah, Dialah yang kemudian diangkat
sebagai putera mahkota dan bukan anaknya. Dan tidak ada seorangpun yang Berusaha membatalkannya. Dan barangkali air mata penyesalan kakeknya itu
telah jatuh ke dalam. Tetapi kemudian ia mekar menjadi suatu kekuatan raksasa yang dapat
menyelamat kan Andalusia dari kehancuran, dan menimbulkan cahaya terang benderang, menyinari daratan Eropa dengan berkembangnya ilmu
petahuan dan kebudayaan Islam, pada saat ia menduduki tampuk kekuasaan, sementara kakeknya tersenyum puas di dalam pusaranya. Abd al-Rahman III b
Muhammad ternyata menjadi bintang pada masanya. Ia memadamkan semua
60
pemberontakan, dan mengembalikan keadaan yang kacau kepada ketenangan dan kemajuan, yang belum pernah dicapai oleh generasi sebelumnya. Orang-
orang yang murtad disadarkan, sementara orang Nasrani yang ekstrem dibujuk untuk menjadi orang yang sehat kembali, dan menggunakan akalnya.
82
Pada awal pemerintahan Abd al-Rahman, orang-orang Nasrani di utara menyerang orang-orang Berber yang bertetangga dengan mereka. Dan
sebagaimana biasanya mereka membunuh para tawanan perang, dan berlaku kejam terhadap kaum Muslimin, serta menghancurkan mesjid-mesjid dan
membakar kitab-kitab. Maka untuk memadamkan pemberontakan umat Nasrani tersebut, Abd al-Rahman mengirim Abu Ubaidah ke kerajaan Leon.
Abu Ubaidah gugur kena panah, setelah ia memperoleh beberapa kali kemenangan. Kemudian Hajib Badr menggantikan kedudukan Abu Ubaidah
untuk menuntut balas. Selanjutnya Abd al-Rahman sendiri memimpin per- tempuran dan meruntuhkan pertahanan kerajaan tersebut. kerajaan Aragon,
sebuah kerajaan Kristen lainnya di utara, juga melancarkan pemberontakan mereka terhadap Abd al-Rahman. Di antara pendukungnya terdapat
Muhammad ibn Hasyim, seorang penguasa Muslim yang diberi wewenang mengurus wilayah perbatasan di utara. Pemberontakan inipun di
padamkannya, dan ia menerima permintaan maaf dari petugasnya yang memberontak dan bekerja-sama dengan musuhnya itu.
83
82
Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy., j.i h. 166; Ency. Of Islam, op.cit., j.i. h. 494; al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus. 110
83
Ibn Khaldun, Kitab al-
’
Ibar wa Diwan al- mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam
wal – Barbar, j. iv., hh. 141-2
61
Pemberontakan lainnya yang agak unik dilakukan oleh Umar ibn Hafsun, seorang keturunan bangsawan Gothia yang semula mengakui
memeluk Islam. Ia telah memulai pemberontakannya sejak Abd al-Rahman al-Awsat berkuasa. keunikannya justru karena ia dapat menarik dukungan dari
sebahagian kaum Muslimin dan Nasrani asal Andalusia, dan memisahkan dirinya dari Kordoba. Lalu membangun benteng di Bubastro di selatan
Spanyol. Nampaknya keinginannya membangun suatu kekuatan politik bagi dirinya cukup besar. Ia pernah meminta perhatian Bani Abbasiyah dan Bani
Aghlab di Afrika Utara untuk mendukung gerakannya. Tetapi harapannya tidak terpenuhi. Mungkin karena itu ia kecewa, dan iapun segera membuka
dirinya dengan mengumumkan kenasraniannya, dan membuang kedok Islam yang selama ini dipakai untuk mencari pengaruh, pada tahun 299. Dan Abd
al-Rahman menekan kekuatan Ibn Hafsun sampai ke titik terendah, akhirnya menjadi lemah, dan hancur ketika Ibn Hafsun meninggal 305 H.
84
Abd al-Rahman memadamkan semua pemberontakan. la merukunkan orang-orang Arab dengan orang-orang Berber, dan menghadapi orang-orang
Nasrani ektrem dengan penuh kebijaksanaan. Setelah itu barulah ia mempersiapkan rakyatnya menghadapi masa depan yang cemerlang yang
belum pernah dicapai oleh seorang penguasa Andalusia seblumnya dan juga sesudahnya. Ia mendapat gelar al-Nasir karena ia selalu keluar sebagai
pemenang dalam setiap pertempuran, atau ia adalah seorang penyelamat dan penolong keamiran yang terancam kehancuran, akibat pemberontakan yang
84
Ibn ‘Izari, Al-bayan al-Maghrib fi Akhbar al-Maghrib, j. iii., h. 671; Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah hh. 58-9; Ibn Khaldun, Kitab al-
’
Ibar wa Diwan al-
mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam wal – Barbar j. iv., h. 135.
62
merajalela di seluruh wilayah Andalusia. Karenanya ia sering digambarkan muncul dari kegelapan dan membawa sinar kecemerlangan. Ia seorang yang
berpikiran cemerlang, cerdas dan penuh energi. Kemudian ia juga seorang yang tulus dan dapat dipercaya.dalam menghadapi kemelut negerinya, ia
membuat garis kebijaksanaan yang jelas, terang dan tidak berbelit-belit, bahkan amat sederhana. Ia menyatakan akan membinasakan setiap musuh
dimanapun, dan memberi kesempatan kepada mereka untuk menyerah dan mendapatkan pengampunan. maka setiap pembakang yang datang kembali ke
tengah masyarakat, diberi maaf dan dihormatinya serta mendapatkan penghargaan.
85
Sikap politik Abd al-Rahman yang cukup jelas itu, melambangkan sikap mentalnya dalam mengendalikan negara, dan menggunakan kekuasaan
yang ada di tangannya yang sering digambarkan sebagai amanah rakyst, atau amanah Tuhan; bagi seorang demokrat tentu amanah rakyat, dan bagi se-
orang Muslim tentu amanah Allah.
86
Ia membangun Andalus untuk putera Andalus sendiri, tanpa membeda-bedakan agama, etnis dan warna kulit.
Barangkali dengan motivasi semacam inilah orang-orang Arab, membangun Suria, Irak, Iran, Mesir, Afrika Utara, India, Transxonia dan lain-lain, sejak
awal kehadiran mereka diwilayah-wilayah baru yang mereka kuasai.
85
Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy j,i., h. 126-7
86
Demokrasi membutuhkan konsensus antara penguasa dan rakyat, maka jika rakyat hilang kepercayaan para penguasa merasakan berkurangnya kepercayaan itu. lihat David E.
Apter, Pengantar Analisa Politik, Jakarta: LP3ES, 1985 h. 170, yang mengutip Harold J.Laski, A Grammar of Politics
London: George Allen and Unwin, 1938. Selanjutnya disebut analisa Politik
saja. Kepercayaan itu disebut amanah dalam Qur’an, 33:72. Dengan demikian, pertanggungan-jawabannya tidak hanya kepada rakyat, tetapi juga kepada Tuhan; Sang Pemilik
Alam Semesta, yang menjadi pemilik amanah.
63
Kemudian pola pikir ini menjadi semacam model, bagi agama,
87
kemanusiaan dan sebagainya. Karena bagi agama, kemanusiaan dan sebagainya. Karena
bagi seorang Muslim bumi yang diinjaknya itulah tanah airnya, dan memang diciptakan untuk mereka,
88
sehingga tidak ada bedanya bagi mereka, apakah tinggal di Andalusia atau di wilayah lain di mana saja di muka bumi. Seolah-
olah mereka warga negara internasional; karena negara mana saja yang di- datanginya, dipandangnya sebagai tanah atau bumi Allah yang diperuntukkan
bagi setiap cucu Adam. Dalam kaitan ini, barangkali cukup menarik untuk diperhatikan yaitu,
kelihatannya semua penguasa Islam yang memerintah Andalusia, tidak bekerja untuk kepentingan negeri asal mereka di Timur misalnya, baik Bagdad,
Damaskus, atau Afrika Utara dan lain-lainnya.
89
Mungkin sesuai dengan konsep di atas, dimana langit dijunjung disitu bumi dipijak, dimana orang
mencari nafkah di situ pula mereka mengabdi. Ini menjadi menarik karena, pertama karya mereka dalam bidang apa saja, dilakukan dan dikembangkan
sampai ke batas kemampuan penguasa dan rakyat di mana mereka mengabdi. Hal ini berbeda dengan imperialisme Barat di kemudian hari, yang men-
87
dalam konsepsi Islam, seorang manusia diciptakan untuk mengabdi kepada Tuhan. Artinya menjalankan apa saja yang diperintahkan, dan menjauhi apa saja yang dilarangNyalihat
Q.S. 51:56. motivasi mengabdi kepada Allah sering digambarkan sebagai sikap jujur dan ikhlas, yang tanpa terkait sedikitpun kepada penilaian manusia lihat Ihya ulum al-din op.cit., j. viii.,
hh.54-60. Tentu saja sebuah Konsepsi tidak selalu dapat dilihat ujudnya dalam kenyataan. Demikian juga dengan kejujuran seorang penguasa, apa lagi penguasa yang mempunyai hak
mutlak seperti raja-raja.
88
Lihat Q.S. 2:29. Mungkin karena itulah mereka tidak mengenal nasionalisme. Di mana mereka tinggal disitulah tanah air mereka.
89
Ada ketentuan, jika suatu negara yang diperangi itu dapat dikuasai kaum Muslimin, seperti Andalusia, maka hasil pendapatan negaranya diperuntukkan bagi negara yang bersangkutan
sekiranya dikirim ke pusat pemerintahan, hanya jika ada kelebihan saja. Sebaliknya jika ada wilayah tertentu dalam wilayah kekuasaan Islam, dalam keadaan kekurangan, maka pusat
berkewajiban menanggulangi kekurangan tersebut. Lihat Salah Paham, op .cit., h 265-277
64
jalankan kebijaksanaan negeri asal mereka di Eropa, dan terbatas pada hal-hal yang diperkirakan tidak membahayakan negri induknya di Barat. Kedua,
negeri asal mereka, atau pusat pemerintahan Islam, tidak menetapkan pajak dari Andalusia. karena Andalus sendiri, negri yang bebas dan berdiri sendiri.
Keistimewaan Abd al-Rahman yang amat menonjol di antara lain adalah, keberaniannya menyandang gelar khalifah yang selama dua abad tetap
bertahan dalam satu tangan saja dan diakui oleh seluruh dunia Islam. Tetapi pelanggaran ini tidak dilakukan oleh Abd al-Rahman saja, bahkan Bani
Fatimiyah adalah pihak pertama, yang menggunakan gelar Khalifah bagi kepala negaranya, ketika mereka menguasai Qairawan tahun 297909.
90
Pada mulanya Abd al-Rahman tetap menggunakan nama gelar amir, sebagaimana halnya dengan para pendahulunya. Dan diwaktu itu dunia Islam
hanya mengakui seorang khalifah saja. Yang berhak memberi putusan dan menerima pengakuan dari seluruh wilayah taklukan Islam sebagai suatu
pangkat atau kedudukan yang dipandang suci dan luhur. Tetapi pada waktu Fatimiyah berkuasa di Afrika Utara tahun 296-7909, dan mereka
menggunakan gelar khalifah, maka atribut yang demikian sucinya berubah dari hanya satu menjadi dua. Nampaknya bagi kaum Syiah, gelar khalifah
hanya berhak disandang oleh keturunan Ali dan Fatimah. Penerimaan mereka terhadap kekhalifahan yang tidak dari turunan Ali sebelumnya, adalah karena
terpaksa saja taqiyyah. sementara itu, Daulat Abbasiyah di Bagdad tidak lagi mempunyai seorang khalifah yang benar-benar berkuasa sebagaimana halnya
90
Khuda Bakhsh, DS. Margolioth, The Renaissance of Islam, Delhi: Idarah Adabiyah-i, h. 2.
65
seorang khalifah, di masa-masa sebelumnya. Kekuasaan yang sesungguhnya berada di tangan para sultan. ehingga banyak wilayah kekuasaannya
melepaskan diri dari Pusat pemerintahan, dan mendirikan kerajaan-kerajaan yang berdiri sendiri.
91
Dengan demikian fungsi khalifah sebagai seorang imam, di tengah-tengah kaum muslimin tidak berlaku sebagaimana mestinya.
Dan jika kaum Sunni tidak mampu lagi mempertahankan seorang khalifah sebagai imam, maka barangkali kaum Syiah merasa telah saatnya untuk
tampil kedepan, menggantikan imam Sunni yang telah lumpuh itu. dan ternyata bahwa pihak Abbasiyah, yang dalam hal ini mewakili kaum Sunni,
tidak berbuat banyak, atau tidak dapat berbuat apa-apa, selain membiarkan khalifah umat Islam menjadi dua di Dunia Islam. Selanjutnya bagi Abd al-
Rahman III al-Nasir, memakai gelar khalifah, dapat berarti memakai kembali gelar yang pernah disandang nenek moyangnya, sebelum kekuasaan mereka
ditumbangkan oleh Dinasti Abbasiyah.
92
Barangkali gelar khalifah yang disandangnya itu, tidaklah sekedar mengambil kembali apa yang pernah
menjadi miliknya, akan tetapi juga sebagai salah satu usaha untuk mengembalikan. kewibawaan khalifah sunni yang menjadi pudar di tangan
Bani Abbasiyah di Bagdad. Orang-orang Syiah yang mengalami terlalu banyak tekanan dan penderitaan pada masa Umayyah di Damaskus, tidak
mendapatkan tempat yang selayaknya pada masa Abbasiyah, apalagi diikut
91
Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy, j. i, h. 166; Kelemahan itu mulai oleh prakarsa al-mutasim, yang memberi kepercayaan lebih besar kepada
bangsa Turki daripada kepada bangsa Arab. lihat H.Z.A.Ahmad, Ilmu Politik Islam Jakarta: Bulan Bintang,1977j. iii, h. 257.
92
Ibn Khaldun, Kitab al-
’
Ibar wa Diwan al- mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam
wal – Barbar, iv, h. 122; Ibn ‘Izari, Al-bayan al-Maghrib fi Akhbar al-Maghrib, j. ii, hh. 162,212.
66
sertakan di dalam kepemerintahan, sungguhpun mereka telah memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi tegaknya Bani Abbas.
93
Dan melemahnya wibawa khalifah Abbasiyah, memberikan kesempatan bagi mereka untuk
muncul ke permukaan. Hal tersebut bukan saja telah menampar muka khalifah Abbasiyah, akan tetapi juga berarti telah mencoreng arang di kening Abd al-
Rahman; salah seorang turunan Bani Umayyah. Ia ingin menyatakan bahwa khalifah Sunni itu tidaklah lemah. Dan ia sendiripun telah menunjukkan hal
tersebut, dalam usahanya mengembalikan stabilitas dan keamanan di dalam negerinya. Dengan munculnya Abd al-Rahman III menjadi kepala Negara
dengan gelar khalifah, maka Dunia Islam memiliki tiga orang khalifah dalam satu masa; yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Abd al-Rahman al-Nasir nampaknya memang seorang yang cukup matang dalam dunia politik. Ia tidak ingin menggantinya merusak tatanan
politik yang sudah dibinanya dengan susah payah. Untuk itu ia memilih puteranya Al - Hakam menjadi putera mahkota. Dan menyerahkan anaknya itu
kepada seorang tokoh terkemuka Abu Ali al-Qali, untuk membimbingnya dalam kepemerintahan dan taktik perang. Ternyata anaknya yang lain
Abdullah, tidak menerima kebijaksanaan orang tuanya, dan bersama rekan- rekannya ia berkomplot menentangnya. Abd al-Rahman membunuh dan
menghancurkan mereka tanpa ragu-ragu.
94
Ketika Al-Hakam II naik tahta, ia
93
H.Z.A.Ahmad, Ilmu Politik Islam j.iii, h. 212; lihat juga Yoesoef Souyb, Sejarah Daulat Abbasiyah,
Jakarta: Bulan Bintang, 1977, j. i, h. 12. Pada mulanya turunan Abbas mendukung ide pengembalian jabatan khalifah kepada turunan Ali, tetapi belakangan membentuk
gerakan sendiri secara diam-diam. Dan merebut jabatan khalifah dari tangan Bani Umayyah.
94
Ibn Khaldun, Kitab al-
’
Ibar wa Diwan al- mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam
wal – Barbar j. iv, h. 143;kelihatannya di dalam dunia politik, seorang ayah bisa membunuh
anaknya demikian juga sebaliknya.
67
sudah berusia empatpuluh tahun. Ia dikenal sebagai pencinta buku dan menjadi pelindung bagi ilmuan. Sehingga ada dugaan masa ini lebih menonjol
dalam bidang ilmu pengetahuan dibanding politik. Al-Hakam banyak memberi hadiah kepada para ilmuan dan membangun sekolah-sekolah umum
di ibukota.
95
Selama pemerintahannya, Universitas Kordoba yang dibangun oleh Abd al-Rahman III berkembang menjadi sebuah lembaga terunggul di
dunia dalam bidang pendidikan, sungguhpun Al-Azhar dan al-Nizamiyah lebih dahulu deripadanya. Lembaga pendidikan Tinggi Universitas Kordoba
itu, telah menarik perhatian para pelajar Kristen dan Islam, baik dari Asia Afrika maupun Eropa. Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi
sivitas akademika, al-Hakam menyalurkan air melalui pipa-pipa besar ke lokasi tersebut, dan memperluas mesjid yang ditempati universitas, dan
menghiasinya dengan mozaik hasil karya para seniman Bizantium. Proyek luar biasa ini memakan biaya ratusan ribu dinar. kemudian untuk tenaga
pengajarnya, al-Hakam mengundang para ahli dari Timur. Antara lain misalnya Abu Qutiyyah, sejarawan terkemuka, yang juga mengajarkan ilmu
tatabahasa dan memperbaharui ilmu filologi, yang didatangkan dari Bagdad. Kemudian Abu Ali al-Qali, pengarang kitab Amali yang sampai sekarang
kedua kitab mereka masih dipelajari.
96
Di atas disebutkan al-Hakam adalah seorang ilmuan dan tentu saja pecinta
buku. Untuk
mendapatkan buku-buku
bagi kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan di Andalus, utusan-utusan al-Hakam tidak segan-segan memaksa pemilik buku-buku untuk menjual kepada mereka
95
Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh j. viii, h. 498; Ibn ‘Izari, Al-bayan al-Maghrib fi
Akhbar al-Maghrib, , j. ii, h. 256; al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-, h. 125
96
Ibn ‘Izari, Al-bayan al-Maghrib fi Akhbar al-Maghrib,, j. ii, h.253-7
68
buku-buku yang di inginkannya, dalam jumlah besar, atau menkopinya dari manuskrip asli, untuk dibawa pulang ke Andalusia. Dikatakan orang, ada
sekitar 400.000 judul buku, yang dicatat balam catalog yang terdiri dari 44 jilid, setiap jilid berisi 20 lembar yang memerlukan keahlian tersendiri pula.
97
Ibn Khaldun menggambarkan al-Hakam sebagai seorang yang mencintai ilmu. Ia mencintai ilmu dan memuliakan orangnya, mengumpulkan
kitab dalam berbagai bidang,yang belum pernah dilakukan oleh pendahulunya, dari para raja.”
98
Barangkali Al-Hakam adalah yang terpelajar diantara para khalifah Islam. Ia membuktikan keunggulannya melalui catatan pinggir pada
buku-buku tertentu yang dibacanya. Ini memberi sumbangan cukup berharga bagi mereka yang bergelut dalam bidang ilmu pengetahuan, yang datang
kemudian. Ia juga begitu bernafsu untuk mendapatkan buku yang bermutu, dan untuk itu ia bersedia membayar mahal. Misalnya untuk mendapatkan
kepastian diperolehnya buku al-ghani karangan al-Asfahani, al-Hakam mengirimkan seribu dinar uang emas kepada si pengarangnya.
99
Barangkali memang benar juga pepatah Arab yang menyatakan bahwa rakyat itu, mengikuti agama rajanya. Maka jika al-Hakam, atau al-Nasir
mencintai ilmu, rakyat merekapun mencintai ilmu. Dan sebagai yang dikemukakan oleh pengamat Barat, hampir setiap orang pada masa itu mampu
menulis dan membaca. Sementara di Eropa pada waktu itu orang baru
97
Ibn Khaldun, Kitab al-
’
Ibar wa Diwan al- mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam
wal – Barbar,, j. iv, h. 146; Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy j.i,
h. 249
98
Ibn Khaldun, Kitab al-
’
Ibar wa Diwan al- mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam
wal – Barbar, op.cit., j. iv, h. 146
99
Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy., j. i, h. 250
69
mengenal huruf. Itupun hanya dikenal oleh sebahagian kecil orang saja, terutama para pendeta.
100
Sementara itu Kordoba, mempunyai tujuhribu buah perpustakaan dan sejumlah besar toko-toko buku.
101
Ini menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan atau intelektualitas masyarakat Islam atau non Muslim di bawah khalifah
Islam cukup tinggi. Atau sekurang-kurangnya perhatian rakyat, dikota metropolitan Kordoba, terhadap buku sebagai sarana ilmu pengetahuan cukup
besar.Dalam bidang militer, al-Hakam tidak begitu menonjol. Sungguhpun demikian, ia pernah juga mengirimkan pasukannya ke utara, untuk meluruskan
pandangan umat Nasrani, yang memandangnya lemah, sehingga perjanjian yang pernah mereka ikrarkan kepada Abd al-Rahman III pada 348959, untuk
menyerahkan sejumlah benteng kepada kaum Muslimin tidak jadi mereka lakukan. Tentu saja al-Hakam menjadi murka. Dan pasukannya mampu
meluruskan kekeliruan umat Nasrani diwilayah perbatasan bahagian utara itu.
102
Berikutnya al-Hakam juga menghadapi Bani Idris selatan negerinya, yang berusaha merebut Andalusia settolah Daulat Fatimiyyah pindah ke
Mesir. Usaha mereka dapat digagalkan oleh pasukan al-Hakam, bahkan sisa keluarga Idris dapat ditawan dan dibawa ke Kordoba.
103
Dari kenyataan yang ada, al-Hakam merupakan pewaris kekhalifahan yang tepat, dari Abd al-Rahman III. Ia juga pelanjut kebijaksanaan yang
100
The Cambridge medieval history, New York: 1922j. iii, h 434
101
Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy j.i, h. 298
102
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h 126
103
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h. 126
70
bijaksana dari pendahulunya, dan seorang pemimpin yang berkualitas. Akan tetapi
kemampuannya mempertahankan
stabilitas politik,
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, tidaklah berarti dapat di-
terima secara baik oleh semua pihak dari kalangan rakyatnya. Di satu pihak, umat Nasrani lebih senang menguji dulu Kemampuan
tempur al-Hakam, barulah kemudian mereka bersedia memenuhi janji mereka, menyerahkan beberapa benteng kepada kaum Muslimin, sebagaimana janji
mereka dengan Abd Al-Rahman sebelumnya. Selanjutnya dari pihak kaum Muslimin sendiri, rongrongan datang dari Afrika, keluarga Idrisiyah seperti iri
hati melihat keberhasilan saudaranya di Spanyol, lalu mencoba menyerangnya, kalau bisa menaklukkannya. Kedua golongan tersebut harus
dihadapi, karena siapapun mereka, membahayakan negara dan pemerintahan Islam di Andalus kemudian tantangan juga datang dari pihak tertentu, yan
mungkin lebih tepat disebut kaum munafik. Misalnya Muhammad bin Hasyim, seorang Muslim yang diberi kekuasaan memerintah wilayah
perbatasan dengan umat Masehi di utara Spanyol. Ibn Hasyim ternyata lebih senang bergabung dengan musuh negaranya untuk melawan pemerintahnya
yang sah, ketimbang ikut menghancurkan musuh-musuh negara. Dengan demikian seorang kepala negara, menghadapi tiga musuh, yang
siap menghancurkan seluruh karirnya dan melenyapkan pemerintahan dan kepemimpinannya. Dan ketiga-tiganya adalah musuh dari luar dirinya, yang
jelas wujudnya, jelas tujuan dan motivasinya. Pertama, pihak Kristen ingin menghancurkan dan mengusir serta melenyapkan Islam dari Semenanjung
71
Iberia itu. Kedua orang Muslim yang merasa tidak senang melihat nikmat Allah, berada pada tangan saudaranya. Sifat dengki dan iri hati di kalangan
sesama saudara seagama, sekeluarga, senegara dan sebagainya, sudah merupakan tanda-tanda zaman di sepanjang masa, pada kelompok yang mana
saja. Kepentingan kelompok ini sesuai dengan konsep teori konflik yang digadangkan oleh Ralph Dahrehdrof yang mana kelompok yang mempunyai
struktur, organisasi, tujuan program, serta anggota yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang jelas-jelas menjadi sumber nyata bagi timbulnya
konflik di dalam masyarakat.
104
Dan ketiga orang munafik, yang mempunyai sifat ingin mendapatkan keuntungan, yang lebih banyak dari yang ada
ditangannya, dan yang menjadi haknya, sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan yang dijanjikan negara kepadanya. Orang munafik ini, tidak pernah
senang pada pemimpin yang jujur, apalagi jika membatasi keinginannya. Ibn Hasyim tersebut di atas, cukup mengerti bahwa, negaranya selalu diserang
umat Kristen, dan secara logika sehat, ia tidak akan mungkin bekerjasama dengan musuh. Akan tetapi ia memang tidak menyukai kewajaran, kejujuran
dan kesetiaan kepada kebenaran, kecuali jika hal tersebut menguntungkan dirinya.
105
104
Ed. Yusron Rozak, Sosilogi sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Persepektif Islam,
Jakarta:LSA 2008, Hal 42
105
Pada zaman ini kepemimpinan seorang kepala negara, atau kebijaksanaan suatu pemerintahan, misalnya kapitalis,dll. dalam percaturan politik internasional juga menghadapi hal
serupa. Pertama, pihak musuh katakanlah komunisme ingin menghancurkan sistem dan eksistensi Kapitalisme. Kedua iri hati diantara dirumuskan sebagai persaingan sesama negara
Kapitalis. ketiga, pengkhianatan para pejabat negara itu sendiri, dalam bentuk ingin mengeruk keuntungan bagi dirinya sendiri, dan amat marah kepada orang yang jujur dan setia kepada
kebenaran.
72
Ketika Abd al-Rahman III wafat, ia telah mempersiapkan seorang pewaris tahtanya. Ia memilih al-Hakam dan bahkan membunuh anaknya yang
lain, yang berusaha menentang kebijaksanaan khalifah, yang adalah juga orang tuanya. Ketegasan Abd al-Rahman dan putusannya membunuh anaknya
itu, membuat suksesi kepemimpinannya, menjadi aman dan damai. Abd al- Rahman III rupanya, tidak hanya seorang ilmuwan dan pecinta kemajuan,
tetapi ia adalah juga seorang negarawan, yang sadar benar peda watak dan karakter umat dan bangsa, yang dipimpin dan dibimbingnya. Spanyol
memerlukan seorang laki-laki perkasa, yang tegas dan bijaksana. Hal tersebut terbukti setelah kepergiannya. Di antaranya al-Hakam naik tahta tanpa
tantangan dan keributan, adalah karena ketegasan dan kebijaksanaannya. Tetapi tidak demikian halnya dengan al-hakam sendiri, setelah ia wafat dan
meninggalkan tahta kekhalifahan kepada pewarisnya. Ketika Al-Hakam meninggal, ia hanya mempunyai seorang putera yang
berusia antara sepuluh dan duabelas tahun yang bernama Hisyam II b. Al- Hakam II 366-399976-1009.
Para pemimpin pemerintahan terpecah dua. Pertama, pihak militer yang terdiri dari bangsa Slav dan sejumlah orang-orang istana. Kedua kaum elite di
bawah al-Hajib Jafar al-Mushafi. Pihak pertama, merasa bahwa tanggung- jawab kenegaraan yang demikian besar, dan yang penuh tantangan, terutama
yang datang dari pihak Kristen, dan pemberontakan-pemberontakan yang timbul dari dalam, tidaklah pantas dipikulkan kepada seorang anak yang
belum baligh, seperti halnya Hisyam. Karena itu mereka berusaha mengangkat dan membaiat al-Mughirah b. Abd al-Rahman al-Nasir, paman dari Hisyam
73
itu sendiri.
106
Kedengaranya pendapat tersebut objektif dan jujur serta punya iktikad baik. Akan tetapi hal semacam itu tidaklah selalu dapat diterima oleh
semua pihak, yang berkepentingan. Karena sungguhpun rambut sama-sama hitam, pikiran lain-lain. Ibu suri Subh bersama Ibn Amir
107
, bekerjasama dengan al-hajib Jafar al-Mushafi, dapat menyingkirkan al-Mughirah sebelum
dibaia t, oleh pihak pertama tersebut di atas, dan mengumumkan pembai’atan
mereka terhadap Hisyam, sebagai khalifah pengganti al-Hakam, dan karena masih di bawah umur, segala urusan ditangani oleh ibu suri Al-Subh
108
Kelompok elite di bawah pimpinan al-hajib Jafar al-mushafi, dapat menundukkan pihak militer dan sejumlah orang-orang istana, yang bersimpati
kepada al-mughirah. Sehingga istana menjadi bersih dari kaum opposisi. Sementara itu, Ibn Abi Amir mendapat kepercayaan menghadapi umat
beragama Nasrani di belahan utara. Dalam tugas ini, ia memperlihatkan kemampuannya yang luar biasa di medan laga, sehingga ia tidak terkalahkan.
Untuk itu ia diberi gelar kehormatan Al-Mansur, sebagai tanda simpati dan hormat kepadanya. Kedudukannya di mata pihak militer menjadi semakin
106
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h 147-8
107
Sementara al-Hakam menjalankan pemerintahannya, dalam keadaan yang relatif aman
dan penuh kedamaian, isterinya al-Subh tertarik kepada seorang anak muda terpelajar, yang nampak cerdas dan dapat dipercaya. Sehingga Subh memandangnya pantas untuk mendapatkan
kepercayaan dari istana, mengurus persoalan berhubungan dengan rakyat dan keluhan-keluhan mereka. Pemuda tersebut bernama Muhammad b. Abd Allah b’ Abi ‘ Amir al-Ma’azi al-Qahtani,
sering disebut Ibn Abi Amir. ia adalah seorang keturunan salah seorang pendatang pertama di zaman penaklukan Spanyol, ketika Tariq bin ZIyad dan Musa Ibn Nusayr, menjejakan kakinya ke
tanah Semenanjung Iberia ratusan tahun sebelumnya. Lihat al- ‘ajab fi talkhis, akhbar al-Maghrib,
op.cit. h. 17-18, lihat juga al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus; al- Mausu’ah j.v, op.cit., h.
61
108
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus . barangkali, jika mereka ikut membai’at al-
Mughirah, yang lebih tua dan lebih pantas menjadi pengganti al-hakam, disbanding Hisyam, maka pihak elite istana, tidak akan mendapatkan kekuasaan atau wewenang, sebagai yang diperolehnya
dari Hisyam. Jadi, motivasi kekuasaanlah yang bukan pengabdian untuk agama dan Negara yang menjadi dasar.
74
kuat. apalagi setelah itu ia mempersunting puteri Ghalib ibn Abd al-Rahman, seorang panglima angkatan bersenjata. Posisi yang demikian nampaknya
memang direncanakan: Ibn Abi Amir, secara matang. Dengan posisi yang kuat ituIah, ia menuduh al-hajib Jafar al-Mushafi melakukan tindak pidana
korupsi, dan menyeretnya ke pengadilan. Ia mendapat ganjaran hukuman penjara, dan akhirnya meninggal didalam sel tahanannya. Al-Mansur Ibn
Abi Amir, meraih kemenangan dalam dunia politik, setelah ia berhasil men- duduki tempat terhormat dalam bidang militer. karena yang menggantikan al-
Mushafi, adalah Ibn Abi Amir sendiri.
109
Ibn Abi Amir yang menduduki tempat tertinggi dalam pemerintahan Hisyam, nampaknya belum merasa aman jika sang panglima yang adalah juga
mertuanya- Ghalib bin Abd al-Rahman, tetap menjabat panglima angkatan bersenjata. Bisa jadi, pada masa itu, istilah mutasi belum melembaga,
sehingga Al-Mansur menggunakan jalan pintas,yaitu membunuhnya atau mungkin juga sudah melembaga, akan tetapi tidak terdapat alasan yang kuat
untuk memutasikan Ghalib ke tempat lain yang sesuai dengan professinya, misalnya. Padahal ia cukup berjasa untuk menyeret al-Mushafi ke meja hijau,
dan kemudian melempangkan jalan bagi naiknya Ibn Abi Amir ke puncak kekuasaan, sebagai seorang al-hajib, atau tangan kanan Khalifah, yang masih
belum baligh itu. Dan mungkin juga Ghalib bersedia memenjarakan al-hajib al-Mushafi, mengingat Ibn Abi Amir adalah menantunya sendiri, yang akan
109
Ibn Khaldun, Kitab al-
’
Ibar wa Diwan al- mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam
wal – Barbar,, h. 147-9; al-Marrakusyi, ‘Abd-al-Wahid. al-Mu’jib fi Talkhis Akhbar al-Maghrib,
ed. Dozy. Leyden,1881 h. 17. Keinginan Ibn Amir untuk menjadi “orang besar” sudah ada semenjak ia dibangku sekolah, dan telah didiskusikannya dengan rekan-rekannya.
75
menggantikan al-Mushafi, yang dituduh korupsi itu. Sedangkan dilain pihak, Ibn Abi Amir nampaknya tidak memandang Ghalib sebagai mertuanya, akan
tetapi Ghalib sebagai sebagai seorang panglima angkatan bersenjata, yang mempunyai kedudukan dan wewenang yang cukup menentukan dalam
pemerintahan. Sekiranya pada suatu ketika, Ghalib mempunyai gagasan atau hal-hal lain yang bersifat menentukan, bagi kelancaran atau kelangsungan
kekuasaan, yang bertentangan dengan Ibn Abi Amir maka Ghalib merupakan batu penarung yang cukup berat untuk dapat disingkirkan begitu saja. Oleh
karena itu, ia memilih jalan pintas, dengan
.
membunuhnya. Sungguhpun yang dibunuh itu adalah mertuanya sendiri.
Jika apa yang tersebut di atas dapat dipandang benar, atau mendekati kebenaran, maka Ibn Abi Amir memang seorang al-mansur yang tak
terkalahkan. Kadangkala ia dijuluki The Bismarck of the tenth century
110
, atau ia disebut dictator militer
111
, yang telah menggunakan asas al-ghayah tubarrir al-wasilat,
tujuan menghalalkan cara.
112
Ibn Abi Amir tampil dalam sejarah Islam di Spanyol sebagai seorang yang berkemauan keras, yang tidak mengenal lelah, dan tidak hanya menanti
kesempatan, tetapi berusaha merebutnya atau menciptakannya. Ia menguasai seluruh ke-bijaksanaan khalifah Hisyam, sehingga dialah penguasa yang
sebenarnya. Hisyam tidak lebih dari sebuah boneka atau barangkali robot yang berbicara dan bertindak, sesuai dengan program yang disusun oleh Ibn
110
Hitty, History, h. 509
111
Encyclopaedia. Encyclopaedia Britannica. Chicago: William Benton; Publisher, tt. j. xx, h. 1087
112
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus ,h. 131
76
Abi Amir. Dan dialah yang menentukan siapa yang berhak untuk berada di puncak kekuasaan, dan siapa yang harus disingkirkan. Dan untuk itu ia
mendapat dukungan dan persetujuan Hisyam, sang raja yang bergelar khalifah, yang tetap saja berada di dalam genggaman Ibn Abi Amir.
113
Dalam menghadapi kerajaan-kerajaan Nasrani, Ibn Abi Amir membangun angkatan bersenjatanya, dengan jalan membaharui pasukannya.
Pada mulanya tentara Umayyah itu, terdiri dari bangsa Arab, Barbar dan Slavia. Ibn Abi Amir melihat orang-orang Arab sudah tidak cocok Lagi
menjadi perajurit, karena mereka sudah berjiwa sebagai aristokrat, sehingga semangat tempurnya, bukan saja menurun bahkan mereka cenderung menjadi
penakut. Sementara orang_orang Slavia, kurang tepat untuk membela sebuah kekuasaan, yang sejak terjadinya pembunuhan terhadap al-mughirah, berpihak
kepada lawan Ibn Abi Amir. Dengan demikian tinggal hanya satu unsur saja yang cocok untuk menjadi prajuritnya,yaitu bangsa Barbar. Untuk itu semua
suku Barbar yang beraneka macam, dicampur menjadi satu, agar tidak tumbuh benih kekuasaan kesukuan yang sempit di kalangan mereka. Dengan demikian
Ibn Abi Amir mendapatkan sejumlah orang yang dapat dididiknya menjadi prajurit yang berdisiplin baja. Dan dikuasainya secara penuh. Ia melakukan
gerakan militer ke utara, dua kali dalam setahun, yaitu pada musim bunga rabi’ dan musim kharif di antara musim panas dan musim dingin. Dan
tidak kurang dari limapuluh kali ia terjun ke medan laga bersama prajuritnya, selama duapuluh lima tahun ia berkuasa. Lalu ia sendiripun menghembuskan
113
Ibn Khaldun, Kitab al-
’
Ibar wa Diwan al- mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam
wal – Barbar, j. iv, hh. 147-9;. la membunuh Ghalib melalui tangan ja’far b. Ahmad b. Hamdun,
dan Jafar dibunuh lagi melalui tangan Ibn Jahur don Ibn zi al-Nun
77
nafasnya yang terakhir di medan pertempuran, di Medinacelli.
114
Setelah wafat al-Mansur 1002392 anaknya Abd al-Malik menggantikannya. Anaknya ini sama cerdas dan kemahirannya dalam
memerintah dengan ayahnya Ibn Abi Amir. Dan setelah tujuh tahun berkuasa, ia digantikan pula oleh saudaranya Abd al-Rahman. Akan tetapi ia tidak
secerdas ayah dan saudaranya yang mendahuluinya. Bahkan Abd al-Rahman inilah yang menutup periode Ibn Abi Amir, dalam sejarah Islam di Spanyol.
Kehebatan orang tua dan saudaranya sedikitpun tidak diwarisinya, bahkan ia amat menyukai kemewahan dan bersenang-senang. Sehingga ia lebih dekat
kepada seorang raja yang suka berbuat zalim. Akhirnya, ia melakukan suatu kesalahan yang amat fatal, yaitu meminta kepada Hisyam untuk mengangkat
dia sebagai putera mahkota. Hisyam
yang terbiasa dengan keluarga Ibn Abi Amir, yang begitu dipercayainya, meluluskan permintaan Abd al-Rahman. akan tetapi reaksi
yang tumbuh dalam masyarakat, di luar perhitungan mereka yang sedang mabuk dalam kekuasaan itu. Kaum Mudar mengkhawatirkan kursi kekuasaan
akan berpindah ke tangan orang Yaman, dan turunan Quraisy akan kehilangan hak sebagai pewaris pemangku khalifah. Tetapi kedua pihak yang bersengketa
sejak dulu itu Mudar dan Yaman bersatu, menghadapi Hisyam, lalu memecatnya, dan mengangkat khalifah baru turunan al-Nasir, Muhammad ibn
Hisyam ibn Abd al-Jabbar ibn Amir al-Mukminin al-Nasir, dengan gelar al- Mahdi billah sementara itu, Abd al-Rahman yang sudah resmi menerima
jabatan Putera mahkota sedang berada di daerah perbatasan di sebelah utara.
114
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus hh. 137-8, diceritakan bahwa seorang pendeta, karena bencinya menulis: Pada tahun 1002 M. al-mansur mati, dan dikuburkan dalam
neraka jahim.
78
Mendengar kabar tersebut di atas, iapun segera pulang ke ibu kota, dan tentu saja ia dihadang kaum pemberontak, dan sekaligus menamatkan riwayatnya.
Itu terjadi pada tahun 399 H.
115
Dengan demikian berakhirlah dinasti Ibn Abi Amir sampai di sini. Suatu hal yang menarik adalah, ketika al-hajib ibn Abi Amir dan puteranya
Abd al-Malik menguasai Hisyam, orang-orang Arab tidak memperlihatkan perlawanan yang serius, kecuali pada awal pembaiatan terhadap al-mughirah.
Dalam hal ini, sebahagian mereka mendukung al-Mughirah bersama orang Slavia, dan sebahagian lagi mendukung Ibn Abi Amir, yang berpihak kepada
pendukung Hisyam. Dan ketika Hisyam telah menjadi boneka tidak terdapat keterangan dalam buku sejarah adanya perlawanan dari pihak Arab, yang
menentang perlakuan Ibn Amir terhadap Hisyam itu, Ibn Khaldun me- nyebutkan sebab dari penguasaan Ibn Abi Amir terhadap khalifah Umayyah
Andalusia, adalah karena ketika itu fanatisme atau asabiyah kearaban sudah luntur, demikian juga yang terjadi ketika Kerajaan-kerajaan kecil berkuasa di
Spanyol.
116
Keterangan Ibn Khaldun tersebut menunjukkan adanya kemunduran dari kalangan orang Arab. Dan kemunduran yang
dimaksudkannya adalah berkurangnya rasaasabiyah. Setelah Hisyam dimakzulkan dari tahata kekhalifahannya, dan
digantikan oleh Muhammad II 399-400, Maka sejak masa itu dan seterusnya,
dynasty Umayyah berada dalam suatu periode yang teramat kacau, yang
115
Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah j iv, h. 6;
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus, hal 139
116
Lihat Ibn Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, Jakarta: Pustaka Firdaus 1986, h. 189. terjemahan Ahmadie Thoha, dan selanjutnya disebut Muqaddimah saja
79
menggoncangkan sendi-sendi kekhalifahannya, terutama dilihat dari segi tegaknya kewibawaan seorang Khalifah dimata umatnya. Dalam periode ini,
para Khalifah tidak memerintah Andalusia sampai meninggal, sebagaimana yang lazim berlaku pada periode-periode yang lalu. Hal tersebut menunjukkan
bahwa, ada kekuatan lain yang menentukan atau menilai dan menetapkan apakah
seorang Khalifah,
diberi kesempatan
untuk meneruskan
kepemimpinannya ataukah sudah cukup syaratnya untuk digantikan oleh orang lain. Pada masa sebelumnya kekuatan semacam itu tidak kelihatan, atau
barangkali tidak ada, karena seorang khalifah biasanya tetap memerintah umat sampai akhir hayatnya. Dengan demikian apa yang terjadi di Andalusia pada
masa itu, merupakan perkembangan baru dari sebuah sistem yang sudah berjalan berabad-abad. Dan perkembangan dimaksud, nampaknya berbentuk
penilaian kebijaksanasaan seorang khalifah, oleh kekuatan tertentu yang tidak meIembaga. Dalam kasus pemakzulan khalifah Hisyam, dilakukan oleh
dua “kekuatan” yang selama ini sering bertentangan, yaitu suku Yaman dan suku Mudar. Mereka tidak membentuk sesuatu lembaga resmi untuk memberi
penilaian terhadap kebijaksanaan seorang khalifah, tidak jelas bagaimana caranya mereka bergabung, tetapi dapat diduga mereka mengikuti cara-cara
masa lampau, yang sering disebut dengan wa amruhum Syura baynahum. Dan system ini mendorong mereka mengirim wakil masing-masing untuk
berembuk dan membicarakan permasalahan yang diinginkan. Hal yang baru di sini bukanlah musyawarahnya, akan tetapi isi
musyawarahnya. Isi musyawarah mereka nampaknya berbentuk penilaian
80
terhadap kebijaksanaan seorang khalifah, yang belum pernah dilakukan oleh generasi sebelumnya. mungkin karena khalifah itu merupakan pucuk pimpinan
yang paling tinggi, dan tidak ada seorang pun yang lebih tinggi dari seorang khalifah kecuali Allah. Dan khalifah tidak memberi pertanggungan
jawabannya kepada sesuatu lembaga, sebagaimana seorang Perdana menteri memberi pertanggungan jawabannya kepada Parlemen dalam sebuah negara
demokrasi. Seorang Perdana Menteri dapat dijatuhkan oleh Parlemen jika kebijaksanaannya dinilai buruk, dan dapat meneruskan kekuasaannya jika
parlemen menilai baik kebijaksanaannya. Tidak demikian halnya dengan seorang
khalifah. Seorang
Khalifah mempertanggung-jawabkan
kebijaksanaannya di hadapan Allah, bukan di hadapan sebuah lembaga tertentu, sehingga seorang khalifah harus berbuat sesuai dengan perintah
Allah, walaupun manusia barangkali menentangnya. Dan untuk kasus-kasus tertentu yang tidak ada pedoman yang jelas dari Allah dan Rasulnya, maka
seorang khalifah biasanya mengajak kaumnya untuk berembuk, dan mencari jalan keluar dari kesulitannya. Konsep tersebut di atas, memerlukan tokoh
ideal untuk duduk di singgasana kekhalifahan Islam. Dan ketika tokoh dimaksud sudah tidak mampu menunjukan keteladanan maka hilanglah rasa
hormat umat kepada Khalifah. Ketika seorang Khalifah sudah tidak berwibawa lagi, maka timbulah “keberanian” umat melanggar ketentuan yang
sudah mapan selama berabad-abad. Pemecatan Hisyam oleh kedua kelompok masyarakat Arab yang amat
berpengaruh itu, menunjukkan adanya kelemahan ketidak-percayaan umat
81
kepada khalifah. Pengangkatan Muhammad II 399-400 menjadi khalifah, dan bukan salah seorang dari kalangan suku Mudar atau suku Yaman,
menunjukannya rasa hormat umat Islam kepada suku Quraisy yang na
mpaknya mempunyai “hak istimewa” sebagai pemangku jabatan khalifah. Dalam pengangkatan khalifah pada periode ini terdapat perbedaan dengan
periode sebelumnya. Semula keluarga khalifah yang paling menentukan siapa yang berhak menjadi khalifah. Sekarang orang-orang Mudar dan Yaman
mengaturnya.
117
Setelah pemecatan Hisyam ada enam orang khalifah yang mendapat kepercayaan menduduki kursi kekhalifahan. Mereka adalah
Muhammad II Ibn Hisyam b. ‘Abd al-Jabbar b. al-Nasir 399-400, kemudian disusul oleh Sulayman bin al-Hakam b. Sulayman b. Abd al-Rahman III 399-
4031009-13 Abd al-Rahman IV 403-4061013-18, Abd al-Rahman V 408-4141018-23, Muhammad III 414-161024-25 dan terakhir Hisyam III
B. Muhammad 420-221029-31. Masa pemerintahan mereka relatif singkat.
118