Dampak social setelah munculnya disintegrasi
95
tugas sucinya.
138
Kekalahan Alfonso di Zallaqa, menimbulkan kemarahan pihak Kristen, yang berakibat diserangnya benteng al-Mutamid di Loyath, sehingga
mendorong raja Seville itu meminta kembali bantuan Yusuf dari al-Murabitun di Afrika, 1090483. Permohonan ini diterimanya lagi, akan tetapi ia melihat
ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi di kalangan kaum Muslimin Spanyol, yang memuakkannya. Yusuf akan datang dan tidak untuk menolong
mereka yang mabuk di dalam kemewahan, tetapi justru untuk menguasai mereka. Yusuf melihat raja-raja kecil di Andalusia itu hidup dalam
kemewahan dan suka boros. la memperkirakan tentu mereka, telah memeras pajak yang melebihi kewajiban umat. Untuk itu ia menganjurkan mengurangi
pajak, tetapi tidak ada yang mengacuhkan pikirannya, kecuali ibn Abbad. Yusuf juga mengetahui keadaan mereka lebih banyak, melalui pengaduan-
pengaduan yang dibuat para raja-raja kecil itu, saling menyalahkan pihak lain, dan membenarkan tindakannya sendiri. Dari informasi yang diterimanya, ia
tidak lagi percaya kepada mereka. Ia memutuskan menguasai raja-raja kecil Muluk al-Tawaif itu, dan menyerang mereka bersama dengan menyerang
pihak Kristen. Sikap Yusuf tersebut mendapat dukungan para fukaha ahli hukum Islam yang selama ini pendapat dan fatwa mereka selalu dijadikan
pedoman di dalam mengambil langkah-langkah politiknya. Hal itu menjadi lebih meyakinkan dirinya lagi, setelah dua ulama terkemuka, Imam al-Ghazali
dan Imam al-Turtusyi, mendukung fatwa ulama Andalusia.
139
138
Ibn Khaldun, Kitab al-
’
Ibar wa Diwan al- mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam
wal – Barbar, j. vi, hh. 180-7; Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh j. x, hh. 101-3; W. Montgomery
Watt, The Mayesty That Was Islam, London: William Clows Sons Ltd.? h. 245
139
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h. 162-3; E.o.I, op.cit., h. 495; Al-Tarikh al-Islami, op.cit., j. iv, h. 124
96
Pada bulan Nopember 1090483, Yusuf memasuki kota Granada dan menangkap Abdullah ibn Balkin sekutu Alfonso, kemudian ia melakukan
serangan-serangan ke wilayah lain, satu demi satu kota Muluk al-Tawaif dikuasainya, kecuali Toledo yang tetap berada dalam tangan kaum Kristen.
140
Setelah kehancuran Muluk al- Tawa’if muncul Al-Murabitun 448-5411054-
1147, 0rganisasi pergerakan al-Murabitun, semula bergerak dalam bidang kegiatan ibadah, kemudian menjadi meluas dan berkembang dalam bentuk
gerakan politik yang radikal. Dan karena Islam pada abad ke 11 telah menjadi suatu agama yang berurat dan berakar di Afrika, maka ia berkembang menjadi
suatu kekuatan spiritual yang dahsyat. Kombinasi semangat keagamaan dan potensi suku atau kabilah telah mampu membentuk sebuah dawlat, yang
bersifat politik yang sempat mewarnai Afrika Utara dan Spanyol.
141
Semula, mereka muncul di tengah-tengah kabilah Lamtunah, suku sanhajah. Menurut
riwayat mereka berasal dari kabilah Arab Himyari, yang mengembara dari Yaman ke Syam, kemudian menuju ke Afrika dan bertempat tinggal di padang
pasir, sebagai nomaden.
142
Tokoh utama mereka adalah, Yahya ibn Ibrahim, pemimpin kabilah Lamtunah, Abu Imran al-Fasi, seorang ulama Maliki, dan
Abdullah ibn Yasin alJazuli yang juga seorang ulama. Mereka menarik pengikut nya dari kabilah Lamtunah tersebut, dan membangun ribat.
143
di sebuah pulau di dekat Senegal, Semula jumlah mereka, berkisar seribu orang
“santri”, yang kemudian dapat menarik sejumlah orang Negro memeluk Islam.
140
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus Ibid
141
Marshal G.E. Hodgson, The Venture of Islam University of Chicago Press, ? h. 268
142
Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh , j. ix, h. 232
143
Ribat biasanya merupakan pusat kegiatan para ahli tarikat, yang bersifat mengintensifkan ibadah kepada Allah, yang dilakukan secara berkelompok, dipimpin seorang
tokoh yang dipandang lebih taqwa dari lain-lainnya, dengan disiplin keras, tetapi juga diimbangi rasa kasih sayang yang mendalam. Ribat juga berarti pusat kekuatan militer ingat: Ribat al-Khayl
97
Dan setelah berapa tahun membangun diri, mereka menjadi yang dipertuan disepanjang utara dan barat Afrika dan akhirnya Spanyol.
144
Di Senegal ribat tersebut menjadi pusat kegiatan peribadatan kaum muslimin, dan menjadi sentral dari kekuatan bagi pertahanan diri terhadap
serangan aliran lain. Yahya ibn Ibrahim dan Abdullah ibn Yasin membina aspek politik bagi kekuatan baru ini, dengan jalan mengumpulkan para fukaha
di bawah Yahya ibn Amir. Mereka memberantas Bidah dan menegakkan hukum Islam. Pengaruhnya meluas ke padang pasir Sudan, Dar ah,
Sijilmasah. Di bawah pimpinan Abu Bakr Ibn Amir al-Lamtuni, mereka menguasai Sus dan Masmudah. Ketika itu Yusuf ibn Tasyfin menjadi
komandan pasukan, yang setelah menyempurnakan penaklukan Sus, membebaskan negeri itu dari pengaruh Syiah bajaliyyah. Lalu menguasai
Nafis, Aghmat dan Ghargawatha, dan membebaskan wilayah tersebut dari pengaruh sesat dan pengikut Salih ibn Tarif, yang mengaku dirinya sebagai
nabi.
145
Setelah Ibn Yasin gugur dalam pertempuran ini, ia digantikan oleh Abu Dakar ibn Amir. Ia kemudian merasa bahwa Yusuf ibn Tasyfin lebih pantas
dari dirinya untuk menjadi pemimpin, maka Yusuf dibaiat sebagai gantinya, Kemudian diikuti pihak lainnya. Pengangkatan ini diumumkan kepada rakyat
melalui mesjid-mesjid di Maghribi dan di Andalusia. Inilah untuk kali pertama seorang Berber memegang peranan penting dalam percaturan politik di
kawasan Afrika Utara dan Semenanjung Iberia, dengan mengambil gelar
144
Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh., j. I, h 425-7
145
Ibrahim Hasan, al-Tarikh al-Islami Kairo: al-Nahdah, ?, j. iv, h. 286-8
98
Amir al-Muslimin.
146
Sementara itu orang-orang al-Murabitun mendapat sorotan dari umat Islam di Andalusia. Sebahagian mereka memuji kesalehan dan ketaatan serta
kesederhanaan santri dari Afrika itu. Sebahagian yang lain, terutama para penggemar sastra dan kebudayaan, para ahli seni dan penguasa,
mencemoohkan dan merendahkan mereka. Karena orang dusun itu terlalu tolol dengan perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai umat Islam
Andalusia. Mereka dipandang terlalu kasar dan kaku dalam beragarna serta amat fanatik.
147
Apapun pendapat orang terhadap al-Murabitun, yang jelas bahwa mereka telah menyelamatkan umat Islam dari serangan Kristen, sekurang-
kurangnya menunda kehancuran mereka untuk sementara. Dan semangat juang yang demikian tingginya, serta keberhasilan mereka mematahkan
perlawanan Alfonso VI, lebih banyak ditentukan oleh sifat-sifat mereka yang masih lugu, bodoh, kasar dan fanatik. Atau dengan perkataan lain, mereka
belum mengenal kehidupan sebagai yang dikenal umat Islam Andalusia. Barangkali apa yang dihadapi mereka pada waktu itu, dihadapi juga oleh
generasi berikutnya sepanjang zaman. Pertanyaan yang menggoda adalah, mengapa orang Al-
Murabbitun yang katakanlah bodoh dan kampungan” itu, dapat mengalahkan pasukan Alfonso VI sebegitu meyakinkan? Bahkan
sumber Hitti menyebutkan umat Kristen mengalami kekalahan yang amat
146
LG.E von Grunebaum, Classical Islam, London: Utwin Brother Ltd. ? h. 180: History, op.cit., h. 542
147
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus, op.cit., h. 163; Hitti bahkan menyatakan mengundang Murabbitun suatu kesalahan yang amat fatal, History, op.cit., h. 540
99
memalukan, dan diperkirakan sekitar 300.000 umat Nasrani menjadi korban, 40.000 di antaranya dikirimkan ke
,,
Afrika oleh pemimpin al-Murabitun dalam bentuk kepalanya saja, sebagai trophy.
148
Terlepas dari apakah catatan sebut benar ataukah dilebih-lebihkan, yang jelas umat Nasrani tidak akan
memandang enteng terhadap yang bodoh dan kampungan itu. Sebaliknya, umat Islam Andalusia sudah maju dan modern, bahkan
mempunyai reputasi internasional. mereka berilmu pengetahuan luas, memiliki para sarjana: yang handal dalam segala bidang, baik ketika
Andalusia dibawah pimpinan para khalifah umayyah, maupun pada saat Muluk al-Tawaif yang berantakan itu. Tradisi ilmu sudah begitu
memasyarakat, sehingga sudah seharusnya mereka maju. Dinasti al-Murabitun merebut kota-kota Andalusia satu demi satu. Dan
dalam bulan November 1090 mereka merebut Granada. Tahun berikutnya Seville. Kota yang diperintah oleh Banu abbad, di tempat al-Mutamid
berkuasa. Dan yang telah berjasa mengundang al-Murabitun ke Iberia, mendapat surat agar ia tunduk kepada Yusuf Ibn Tasyfin. Tidak jelas apa yang
dipertimbangkan al- Mu’tamid; surat itu tidak dibalasnya. Iapun dikepung dan
akhirnya terpaksa menyerah. la dikapalkan bersama keluarganya ke Marokko, dan meninggal di Aghmat tahun 4871095. Kemudian pendudukan terhadap
Andalusia menjadi lebih sempurna, setelah jatuhnya Valencia 4951102. Kota ini telah dikuasai Cid Campedor Rodrigo Diaz tahun 4781085.
Kemudian Saragossa menyerah setelah meninggalnya raja terakhir Banu Hud
,
148
Ibn al-Khatib, al-Hulal al-Mawsyiyah Fi Zikr al-Akhbar al-Marakusyiyah, Tunis, 1329 h. 43: History, op.cit., h. 540
100
al-Mustain 5031110. Satu-satunya kota yang tetap berada dalam kekuasaan Kristen dan tak mampu di rebutnya adalah kota toledo, sunguhpun mereka
dapat memenangkan pertempuran di Ucles th 5121118.
149
Pemerintahan al-Murabitun sudah mulai stabil pada tahun 4951102. Sejak itu mereka telah menjadi yang dipertuan di sepanjang utara Afrika, dan
Andalusia. Suasana di negara mereka digambarkan berada damai. Harta dan jiwa manusia mendapat perlindungan secara hukum. Masyarakat nenjadi biasa
menghormati hukum. Karena kepastian benar-benar diwujudkan. orang-orang Nasranipun mendapatkan hak mereka sesuai dengan hukum yang berlaku.
Kemakmuran rakyat terasa meningkat dalam masa pemerintahan al-Murabitun di Andalusia, untuk beberapa dasawarsa.
150
Sementara itu para fukaha amat dominan dalam mengatur ketertiban hukum, dan mengatur kebijaksanaan
politik al-Murabitun. Sejumlah cendikiawan merasa tidak senang dengan para fukaha tersebut. Demikian pula dengan para negarawan Andalusia yang kini
tidak memiliki kekuasaan apapun lagi. Mereka memandang ulama Fikih itu amat kaku dalam menghadapi persoalan yang tumbuh dalam masyarakat.
Terutama menyangkut bidang ilmu pengetahuan, filsafat, dan pemikiran. Pola berfikir mereka amat terikat dengan ilmu fikih dan tafsir, dan bahkan
mengecam ilmu kalam. Kemudian memperdayakan orang-orang pemerintah untuk membakar karya al-Ghazali, karena dipandang tidak sejalan dengan
mazhab Maliki yang menjadi mazhab resmi al-Murabitun. Sungguhpun al-
149
Lihat Encyclopaedia of Islam, op.cit., j.i. h 495; al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al- Andalus
h 163; History, op.cit.., h. 540; Ibn Khallikan, wafayat al- A’yan Kairo, 1299, j. ii, h.
419: Khaqan, Qala’id al-‘Iqyan Bulaq, 1283, h. 25
150
Lihat Encyclopaedia of Islam, loc.cit.
101
Ghazali termasuk ulama terkemuka yang mendukung tindakan al-Murabitun menyerang Muluk al-tawaif dan menguasainya. Dan karya al-Ghazali
dimasukkan ke dalam daftar hitam pada masa putera Yusuf naik tahta, Ali ibn Yusuf 1106-43.
151
Di atas telah disebutkan bahwa, pemerintahan al-Murabitun dapat menegakan hukum Islam dan memakmurkan rakyatnya, sungguhpun ada
sementara pihak yang tidak berkenan dengan cara-cara yang ditempuh fuqaha dan pola berfikir mereka, yang dinilai kaku dan statis.
Barangkali Andalusia akan tetap menjadi sebuah kerajaan yang kuat dan megah, melalui pedang dan ketangguhan al-Murabitun, seandainya
mereka tetap memiliki sifat-sifat badui padanya pasir yang sederhana, dan tetap mempertahankan tradisi dan keberanian milik mereka sendiri. Akan
tetapi ternyata setelah berlalu beberapa waktu, merek tidak kuat bertahan dengan keketatan hukum dan kepastian pelaksanaannya. Mereka yang pada
mulanya datang ke Asbania dengan hati yang tegar dan tangguh, dan tidak menaruh minat untuk mereguk kenikmatan, serta benci pada kelemah
lembutan. Mereka datang membanggakan keberanian dan kekuatan, dengan hati yang sarat oleh fanatisme keagamaan, diiringi oleh darah panas dan
pemikiran yang sederhana. Mungkin mereka adalah manusia qana ah; yang merasa cukup dengan apa adanya, yang amat bersahaja. Apalagi, menilik pada
awal sejarah kebangkitan mereka, yang bermula dengan ribat; suatu cara diantara sekian cara yang ditempuh oleh mereka yang sudah ingin menjauhi
151
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus, h. 164
102
dunia. Kini Mereka terlempar di tengah-tengah hiruk pikuknya dunia. Mereka harus “meluruskan” orang yang sudah “menyeleweng” yang selama
ini dibencinya, tetapi sama-sekali tidak pernah dikenalnya. Ternyata setelah mereka sering melihat dan mengetahui, karena terlibat langsung dalam kancah
pertarungan abadi antara kebajikan dan keburukan, antara perintah dan larangan, antara kepatuhan dan kelalaian, bahkan pertentangan, maka
merekapun tergoda. Mereka hanyut bersama kemewahan yang ditawarkan Andalusia.
Dengan melihat jalan yang ditempuh al-Murabitun, mungkin dapat ditemukan penyebab kejatuhannya. Ternyata mereka jatuh setelah menempuh
jalan, yang ditempuh oleh saudaranya umat Islam Andalusia. Barangkali mereka bukan menempuh jalan yang pernah dilalui pendahulunya, melainkan
meniru apa yang pernah dilihat pada saudaranya di Andalusia. Dan karena meniru, maka mereka tidak mengetahui lebih dari apa yang nampak secara
lahir saja. Dan karena itu pula, mungkin mereka menjadi heran, mengapa mereka mendapat hasil yang berbeda, padahal sudah meniru apa yang orang
lain lakukan, Qul hal yastawi allazina yalamuna wa allazina la yalamun ?
152
dan apa yang selama ini dibenci mereka, kini menjadi disenangi, bahkan menjadi kebutuhan. Mereka mereguk Kenikmatan sepuas-puasnya, mandi
dengan kemewahan, dan berenang bersama kemaksiatan. Sehingga mereka goncang.
152
Lihat Al- Qur’an. Al-Zumar, 39:9; Lihat juga 5:100; al-Ma’idah; al-An’am, 6;50; al-
Ra’d, 13:16; Fatir, 35:12
103
Akhlak mereka menjadi rusak. Sifat berani dan terus-terang bertukar menjadi penakut dan penuh kemunafikan. Kejantanan yang selama ini
dibanggakan, telah luntur bersama khamar dan kaum Hawa. lni tidak melebihi jangka waktu duapuluh tahun. sehingga tidak ada lagi orang yang mampu
mempertahankan serangan pihak Kristen, yang semakin meningkat dan semakin intensif, dari hari ke hari.
153
Serangan pihak Kristen mendatangkan banyak kerugian, akan tetapi tidak ada tindakan balasan yang mampu dilakukan pihak penguasa al-
Murabitun. Hal tersebut nimbulkan kegelisahan bagi kaum Muslimin di Andalusia. Sementara itu di Afrika Utara, sedang muncul suatu kekuatan baru
yang mengancam keberadaan al-Murabitun, yaitu alMuwahhidun. Umat Islam Andalusia memberontak dan berhasil mengusir al-Murabitun kembali ke
Afrika. Al-Murabitun yang memerintah sejak 1090 kini berakhir dengan suul Khatimah
1147. sepeninggal al-Murabitun, Andalusia terpecah-pecah lagi, penyakit Muluk al-Tawaif kambuh kembali. Di Kordoba berkuasalah
Hamdin bin Muhammad Bani Hud 538-541. Banu Mardanisy menjadi yang dipertuan di Valencia 439_555, di Qadis muncul Ibn el-Lumtani di
Granada.
154
Begitulah Andalusia yang penuh dengan pergolakan, tidak akan menjadi tenang tanpa sesuatu kekuatan yang benar-benar kokoh dan kuat.
Keadaan Umat Islam semacam itu, meninggalkan berbagai kesan negatif, kepada generasi dibelakangnya. Bermacam dugaan dapat timbul,
dalam bentuk makian dan kutukan sejarah, yang ditujukan kepada mereka.
153
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h. 164;
154
Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah,., h 74
104
karena kekalahan kaum Muslimin terhadap umat Kristen pada masa al- Murabitun misalnya, bukan karena kalah perang yang dihadapi dengan penuh
keimanan, akan tetapi rnereka telah tersungkur sebelum pedang musuh dapat menyentuh kulit mereka. Oleh karena kemewahan telah menjerat semua,
langkah keperkasaan, yang selama ini dibanggakan mereka. Barangkali materi tidak lagi sebagai alat untuk mengabdi kepada Allah, tetapi telah berubah
menjadi tujuan hidup mereka. Sehingga mereka takut kehilangan materi, lalu dipertahankannya. Padahal materi itu diperoleh setelah mereka berada di
puncak kekuasaan. Dan kekuasaan itu didapatkan melalui kekompakan dan kerjasama, dengan tekad dan keberanian sebagai pelengkapnya. Akan tetapi
setelah kemewahan mempengaruhi jalan pikiran mereka, lupalah kacang akan kulitnya. Ibn Khaldun meriwayatakan bahwa kemewahan itu melenyapkan
Ketegaran hidup padang pasir, dan melemankan solidaritas sosial dan keberanian. Keturunan merekapun tumbuh dan berkembang dalam gaya
demikian, yaitu hidup bersenang-senang. Akhirnya solidaritas sosial dan keberanian terjadi lenyap, dan mereka sendiri menjadi binasa.
155
Demikianlah Al-Muwahidun datang menggantikan Al-Murabbitun.
Potensi Islam Afrika Utara cukup besar. mungkin karena sifat keagamaan Islam yang memberi keleluasaan berfikir kepada umatnya, maka
perkembangan pemikiran keagamaan dalam Islam menjadi berkembang dan terbuka. Hal serupa yang dialami dunia Islam wilayah lain, dialami juga oleh
Afrika. Di antara pengembangan pemikiran dalam Islam terdapat suatu aliran
155
Khaldun, Ibn, Muqaddimah Ibn Khaldun, terjemahan Ahmadie Thoha Jakarta: Pustaka Firdaus 1986
105
yang sering dinamakan mujassimah atau antropomorphisme, yang memahami ayat al-Quran secara tajsim.
156
aliran ini mendapat tantangan dari sebahagian umat Islam yang tidak sepaham dengan paham tersebut. Di antaranya di-
pelopori oleh Ibn Tumart dengan al-Muwahhidunnya. Sesuai dengan namanya, aliran ini bertujuan hendak mengembalikan
penafsiran ayat al-Quran tentang Allah, sebagaimana yang ditafsirkan oleh para sahabat pada masa awal Islam. Atau dengan perkataan lain, ingin
memurnikan Islam. Ibn Tumart misalnya berusaha meniru Nabi hampir dalam segala hal. Ia menserupakan kepergiannya ke Tinamal dengan hijrah Nabi dari
Mekkah ke Madinah. Kemudian pernyataan setia para pengikutnya, sengaja dilangsungkan di bawah sebuah pohon. Para pembantunya dinamakan Ansar.
Ia juga mempersaudarakan para pengikutnya dari berhagai suku, sebagaimana nabi persaudarakan kaum Muhajirin dan Ansar di Madinah pada masa awal
Hijrah Nabi.
157
Jika nabi punya sahabat sepuluh orang yang dijamin masuk Surga, maka Ibn Tumart punya ahl alasyrah
” atau kelompok sepuluh yang dekat dengannya, yang akan menggantikan kedudukannya kemudian hari,dan
berfungsi sebagai majlis wuzara pleno menteri, yang menjadi inti daulat al- Muwahidun,. Masih ada lagi kelompok lima, ahl khamsin dan ahl sabin,
kelompok tujuh, dan lain-lain.
158
Dari nama kelompok yang digunakan dan sikap meniru nabi yang
156
Paham ini sering juga disebut Musyabbihah, yang Menserupakan Allah dengan manusia. misalnya Allah itu mempunyai tubuh yang terdiri dari darah dan daging, bemuka,
bermata, bertangan, berkaki, bahkan mereka menetapkan bahwa Tuhan itu berkelamin lelaki.
Lihat KH. Siradjuddin Abbas, I’tikad Ahlussunnah Wal-Jamaah Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 1987 h. 253
157
Grunebaum, Classical Islam., h. 187
158
Ibrahim Hasan, al-Tarikh al-Islami., j. iv, h. 301.
106
ditunjukkannya, nampaknya Ibn Tumart berusaha membangun kembali citra dunia Islam abad pertama. la ingin mengembalikan kenangan lama, dan
membangkitkan semangat orang orang beriman masa nabi, untuk kemudian mengharapkan adanya semacam kesadaran dari kaum muslimin, untuk
kembali mengikuti teladan Rasul Allah dan sunnahnya.
159
Ibn Tumart juga meniru Nabi dalam menyebar-luaskan ajarannya, melalui surat ke berbagai kabilah,dan menyerukan agar tunduk kepada
ajarannya, memberi jaminan keamanan kepada mereka yang tunduk dan memerangi mereka yang menolak. Ia segera memperoleh pengakuan dari
berbagai kabilah, Hantanah, Janfisah, Hargha, dipegunungan Atlas. Dalam usahanya menebarkan ajaran al-Muwahhidun, Ibn Tumart tewas dalam
pertempuran Bahirah 524, dan pasukannya kalah. Kematiannya dirahasiakan untuk menjaga pengaruh buruk pengikutnya. Murid dan pendampingnya yang
cerdas Abd al-Mumin, menggantikan kedudukannya, dan ia dibaiat olef ahl asyrah
tahun 524. Dua tahun kemudian baru dilakukan pembaiatan secara umum dan terbuka di mesjid Tinamal, 20 R. Awwal 526 H.
160
Abd al-Mumin memakai gelar Amir al-Muslimin dan memerintah selama 33 tahun. Dan pada
5411146 -1147 Abd al-Mumin merebut kota Marokko ibu kota Daulat Al- Murabitun, sekaligus menutup riwayatnya. Dua tahun sebelumnya ia
159
Apa yang dilakukan Ibn Tumart pada abad 612 itu, juga diusahakan orang pada abad keduapuluh. Atau barangkali juga terjadi sepanjang zaman, setelah wafat Rasulullah, meniru
Rasulullah, secara tekstual teologis memang dianjurkan. Tetapi juga dipersoalkan yang manakah yang diperintahkan untuk ditiru. terlepas dari hal mana yang ditiru, sikap meniru nabi dan
sahabat,bahkan usaha mengembalikan suasana masa rasul, telah banyak mempengaruhi sikap batin umat ini.
160
Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah., j. v, h.
186; Classical Islam, op.cit., h. 187
107
menghancurkan pasukan al-Murabitun dekat kota Tilimsan, kemudian berikut kota Fas, Ceuta, Tangir dan kota Aghmat.
Sementara itu umat Islam Spanyol mendapat serangan dari pihak Kristen, apalagi mereka sudah kembali ke suasana untuk al-Tawaif yang
berpecah-belah, tentu dengan mudah menjadi bulan-bulanan. Sekali lagi Afrika Utara menjadi tumpuan harapan bagi umat Islam Andalusia yang kini
terjepit. Abd al-Mumin mengirim pasukannya ke Andalusia 5391144 dan dalam tempo yang relatif singkat, Andalusia seluruhnya berada di bawah
kekuasaannga, tidak sampai lima tahun. Dan ibu kota kerajaannya tetap di Afrika, yaitu marokko. Untuk mengutus pemerintahan Andalusia
dipercayakan kepada perwakilannya saja. mungkin itu pula yang menjadi sebab, Andalusia tidak dapat dikuasainya dengan baik, dan tidak menjadi lebih
kuat. Apalagi Andalusia itu sendiri, memang sejak awal,telah menjadi ajang pertarungan, antar suku-suku bangsa dan amat heterogen, dengan berbagai
tujuan dan beraneka keinginan,
161
Setelah Abd al-Mumin meninggal 1163, penguasa al-Muwahhidun yang terbesar lainnya adalah, cucunya Abu Yusuf
Yaqub al-mansur 1184-99. Pada masa ia berkuasa, Seville dijadikan ibu kota kerajaan untuk Andalusia 1170. Marokko di Afrika tetap sebagai pusat
Kerajaan al-muwahhidun. Ia juga melanjutkan pembangunan mesjid dengan menara yang indah, yang sampai sekarang masih ada, dan telah dijadikan
Katedral. Di samping itu ia membantu kaum Muslimin mesir, melawan tentara salib, dengan mengirim 180 kapal kepada Salahuddin al-Ayyubi. Masa al-
161
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h. 168
108
Mansur dipandang sebagai masa keemasan bagi Muwahhidun,
162
Pemberontakan umat Nasrani melawan kaum muslimin dan pemerintahan mereka, semakin lama semakin meningkat. Kedudukan kaum muslimin
sebagai penguasa, dan bahkan keberadaan mereka sebagai pengikut Nabi Muhammad, menjadi semakin goyah dan terancam punah. Sejumlah wilayah
yang dikuasai kaum muslimin telah jatuh ke tangan umat Nasrani. Tortossa dan Lerida misalnya, yang berada di wilayah Catalonia, telah jatuh ke tangan
Ramon Berenguer IV. Sementara itu, tokoh terkemuka reconquista, Raja Alfonso VIII dari Castille 1158-1214 memperoleh posisi penting di Silves,
Evora dan Cuenca. Dengan demikian dukungan terhadap gerakan reconquista menjadi semakin meluas di kalangan umat Nasrani yang mungkin selama ini
terdapat keragu-raguan, karena sungguhpun umat Islam itu dalam keadaan kacau balau, tidaklah mudah mematahkan mereka. Dengan semangat yang
menyala-nyala, umat Nasrani semakin gencar menyerang umat Islam. Seolah- olah mereka sudah tidak sabar lagi menanti saat yang tepat, untuk mengusir
kaum Muslimin dari Andalusia. Dan arus balikpun terjadi. mereka kalah di Alarces al-Arak pada 8 Syaban 59118 Juli 1195. Kemenangan tersebut
tidak lebih kecil dari kemenangan al-Murabitun di Zallaqah.
2
Yaqub al- Mansur membangun sebuah observatory sesudah perang di Alercos. Dan
membangun rumah-rumah sakit di hampir semua kota di wilayahnya, berikut tempat menyantuni fakir miskin dan orang-orang jompo. Al-Mansur juga
seorang khalifah al-Muwahhidun yang mencintai ilmu sejak masa remajanya.
162
Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy j. ii, h. 693
109
Ia menekuni filsafat, ilmu falak dan ilmu kedokteran. Dan pada masanya remaja, Marokko menjadi salah satu pusat kegiatan pengembangan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Islam.
163
Membaiknya keadaan ekonomi, dan adanya keamanan, menumbuhkan minat manusia untuk berkarya, dan memperluas wawasan mereka dalam dunia
ilmu pengetahuan. Sementara itu, para ahli fikih mempunyai pengaruh yang cukup besar di kalangan rakyat awam yang taat beragama. Dan biasanya,
setiap pengembangan pikiran yang dipandang bertentangan dengan agama oleh para fukaha tersebut, sering menimbulkan kerawanan. Dalam hal ini
para penguasa haruslah benar-benar bijaksana, terutama wilayah Andalusia yang sering menghadapi serangan umat Nasrani. Karena jika fatwa ulama
telah dikeluarkan, maka pengaruhnya akan lebih besar daripada kekuasaan pemerintah sendiri. Salah satu contoh terjadi pada karya Ibn Rusyd, dalam
bidang filsafat, yang terpaksa dibakar oleh Yaqub, karena karya tersebut tidak mendapat simpati para ulama fikih. Dan ibn Rusyd sendiri diusir ke Afrika,
setelah perang di Alarcos, dan diterima di istana Marokko.
164
Padahal Ibn Rusyd sendiri adalah seorang ahli fikih terkemuka, yang sampai hari ini kitab
Bidayahal-Mujtahidnya, tetap menjadi referensi ulama Islam. Tidak sampai limabelas tahun setelah pertempuran Al-Arak 5911195,
yang dimenangkan oleh kaum Muslimin, terjadilah sebuah pertempuran dahsyat, yang memporak-porandakan pasukan kaum Muslimin di Al-Iqab
Las Navas de Tolosa pada 15 Safar 609 17 Juli 1212. Pihak penguasa al- muwahhidun dipimpin oleh Muhammad al-Nasir bin Mansur billah 1199-
163
Lihat Sarancens, op.cit., h. 538.
164
Grunebaum, Classical Islam., 188
110
1214, membawahi sekitar lima atau enamratus ribu anggota pasukannya, menghadapi sebuah koalisi Kristen di bawah pimpinan Alfonso VIII 1158-
1214 dari Castile, yang membawahi pasukan-pasukan yang dipimpin raja-raja Kristen di dalam negeri Spanyol, seperti Navarre, Aragon, Portugal serta
Castilia dan Leon. Kemudian dibantu oleh pasukan Salib dari Perancis, Jerman, Inggris dan Italia.
165
Tidak jelas berapa besar kekuatan mereka semuanya. Al-Nasir yang gagal memenangkan pertempuran tersebut,
melarikan diri ke ibu kota al-Muwahhidun, marokko, dan wafat di sana dua tahun kemudian.
166
Kemenangan yang gilang gemilang bagi umat Nasrani, dalam pertempuran di al-Iqab tersebut, merupakan pukulan telak yang hampir
menghancurkan seluruh kekuatan umat Islam di Andalusia. Dan berbeda dengan pertempuran yang terjadi sebelumnya, yang nampaknya tidak ada
campur tangan asing, kali ini, di al-Iqab hal tersebut telah berubah. Semangat Salib yang semula, mungkin dimaksudkan untuk memudahkan umat Kristen
naik haji ke Betlehem, yang mendapat halangan dari Dinasti Saljuk, sehingga Paus Urban II berseru kepada umat Kristen Eropa di tahun 1095 supaya
mengadakan perang suci terhadap Islam
167
dan perang itu pecah di Timur
168
, kini bara api yang masih berasap ditangan mereka, telah menyulut peperangan
165
Ency. Britannica, j. xx, h. 1089; al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus, h. 169 ; Encyclopaedia of Islam E.o.I, j.i, h. 495
166
Hitty, History, h. 549
167
Lihat Harun Nasution, Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya Jakarta: UI Press, 1979, j. I, h. 78
168
Perang Salib I :1095-99 P.S. II, 1147-49 Di pimpin oleh Conrad III dari Jerman dan Louis VII dari Pcis. PS III,1187-93 dpp. Frederick Barbarossa, Richard I dari Inggris, dan Philip
II dari Perancis. PS IV, 1202-04 dpp Perancis. PS V, 1217-21 dpp Pelasius. PS VI 1228-29, dpp. Frederick II. PS VII 1248-54 dpp. Raja Louis IX dari Perancis. PS VIII, 1270 menyerang
Tunis, matinya Louis IX lihat Almanak Readers Digest, 1967. Seluruhnya terjadi di Timur Islam, atau Barat Kristen menyerang Timur Islam, sejak PS I, sampai sekarang dalam bentuk
budaya.
111
melawan Islam di al-Iqab, di Barat. Barangkali juga karena al-Mansur, 1184- 99 salah seorang penguasa al-Muwahhidun, pernah mengirim 180 kapal
kepada Salahuddin al-Ayyubi, sebagai bantuan al-Muwahhidun untuk menghadapi perang Salib.
169
Sehingga Negara-negara Eropa mempunyai cukup alasan membantu Spanyol, memukul habis umat Islam di al-Iqab
tersebut. Atau mungkin juga tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan perang di Timur, yang ada adalah Eropa Kristen membantu saudaranya
Spanyol Kristen menghadapi musuh bersama, Islam di mana saja. Selanjutnya satu demi satu kota-kota di Andalus jatuh ke tangan Kristen. Jacques I dari
Aragon merebut kota Valencia 6361238. Ferdinand III 1217-52 merebut Kordoba 1236 dan Seville 6461248. Dengan semangat dan jiwa Perang
Salib yang ditanamkan dalam gereja Spanyol oleh tatakerja Cluniac dan Cistercian, Ferdinand pertama-tama mengusir penduduk moor di kota-kota
Andalusia secara massal, tetapi kemudian terpaksa merubah kebijaksanaannya karena kehancuran perekonomian Andalusia yang tak terelakkan. Ia juga
menyetujui rencana pendirian kerajaan Granada, terutama karena alasan- alasan keuangan, dibawah kedaulatan Castilia.
170
Sementara itu penguasa al- Muwahhidun di Andalusia diusir ke Afrika sejak 6331235. Dan setelah al-
Nasir, masih ada sembilan orang lainnya memerintah di marokko, yang kesemuanya masih keturunan Abd al-Mumin. Pada 1269 Marokko jatuh ke
tangan Banu marin, suatu cabang dari kabilah Zanatah,
171
Di Andalusia sendiri, setelah al-Muwahhidun terusir, majulah Banu Hud mengambil alih
169
Ibn Khaldun, Kitab al-
’
Ibar wa Diwan al- mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam
wal – Barbar, j. vi, h. 246
170
Britannica, op,cit., j. xx, h. 1089
171
Hitty, History, op.cit., h. 549
112
pemerintahan dan menguasai wilayah selatan Spanyol, selama tiga tahun. Dan akhirnya Bani Nasir menguasai keadaan dan berkuasa di Granada.
Kerajaan Granada adalah kerajaan terakhir orang Arab di Spanyol, setelah kedaulatan mereka di negeri ini direbut kembali oleh pihak Kristen,
dan kota-kota Andalus, jatuh ketangan umat Nasrani. Granada sebuah wilayah di Selatan Spanyol, yang dikelilingi oleh pegunungan Siera-Nevada, terus ke
Selat Gibraltar di selatan dan Laut Tengah di timur, tetap bertahan bagaikan batu karang di tengah-tengah samudera, untuk selama dua setengah abad
menahan ombak dan gelombang massa. Pendiri kerajaan ini adalah seorang pria Arab keturunan kabilah Khazraj dari Madinah yang terkenal, bernama
Muhammad Yusuf lbn Nasir 1232-73 dan dijuluki Ibn al-Ahmar, sesuai dengan kulitnya yang kemerah-merahan. la seorang pria yang berbudi luhur
dan kuat maras, dan berpengaruh, sehingga disebut juga al-syaikh. Betapapun kelebihan yang dimilikinya, ia justru dipandang bijaksana karena
menyadari keterbatasan dirinya dan pengikutnya. la terkurung di tengah- tengah umat Nasrani yang sedang terbakar oleh fanatisme keagamaan, yang
terpantul dari percikan api salib yang mara di timur. la tidak akan mempu memperluas wilayahnya melebihi batas Granada yang masih mendapat
perlindungan dari pihak Kristen, karena mereka mengharapkan pembayaran pajak yang tinggi , untuk menunjang ke kehidupan perekonomian mereka,
yang porak-poranda akibat di usirnya kaum Muslimin dikota-kota Islam yang direbutnya.
172
172
Lihat Britannica, op.cit., j. xx, h. 1089
113
Tegaknya Granada di tengah-tengah kerajaan-kerajaan Kristen berhaluan keras, sebagai halnya Spanyol, nampaknya sebagai suatu keajaiban,
apalagi Granada bertahan selama lebih kurang dua setengah abad lamanya. Wilayahnyapun relative kecil dengan penduduk yang tentu saja, tidaklah
sebanding dengan umat Kristen tetangganya. Apalagi mengingat hampir semua wilayah kekuasaan Islam, yang telah berkuasa berabad-abad yang lalu,
telah jatuh ke tangan Nasrani semuanya kecuali Granada. Dan saat al- Muwahhidun terusir dari semenanjung ini, kaum Muslimin sebagaimana
biasanya, sejak Muluk al-Tawaif saling bertikaian. Dinasti Muhammad Yusuf Ibn Nasir, atau bani Nasir yang dijuluki Ibn
al-Ahmar atau Bani al-Ahmar, melakukan sesuatu hal yang mengejutkan. la mengadakan aliansi dengan pihak Kristen. Tindakan tersebut memang tidak
baru, yang baru adalah tujuan aliansinya. Aliansi sebahagian kaum Muslimin dengan pihak Nasrani pada masa Muluk al-Tawaif, yang bertujuan
melemahkan atau menghancurkan lawan politiknya sesama muslim. Dengan perkataan lain, bertujuan demi kepentingan diri sendiri. Tetapi aliansi yang
dilakukan Ibn al-Ahmar, bertujuan untuk melestarikan keberlangsungan hidup kaum Muslimin di Granada. Atau sekurang-kurangnya Bani ini tidak lagi
punya musuh atau lawan politik pihak Islam. Mungkin timbul pertanyaan mengapa tokoh Bani Ahmar beraliansi
dengan pihak Kristen dan tidak menempuh jalan saudaranya yang lalu, meminta bantuan kaum Muslimin di Afrika? Barangkali jawabannya karena,
di Afrika tidak ada kekuatan yang mampu menolong mereka. Sementara ke
114
wilayah lain seperti Mesir, Turki dan lain-lain, bukan saja letaknya jauh, bahkan belum pernah terjadi sebelumnya. Mungkin faktor jauhnya itulah yang
utama, bukan karena belum pernah terjadi. Untuk menjawab apa yang mendorong Ibn al-Ahmar melakukan aliansi
dengan pihak Kristen, mungkin dapat di lacak dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang merajai Spanyol pada saat itu. Sementara itu motivasinya
dapat terungkap, dengan memperhatikan langkah-langkah politiknya dan sikapnya terhadap rakyatnya.
Pertama, nampaknya Ibn Al-Ahmar telah menyadari kelemahan kaum Muslimin Spanyol yang mabuk kemewahan dan lupa pada pesatuan dan
kesatuan umat Islam. Kemudian satu demi satu kota-kota Islam Andalusia jatuh ke tangan musuh. Jika tidak ada satu tindakanpun yang diambil, maka
ketika itu juga kaum Muslimin sudah terusir dari Andalusia, bersama-sama atau sedikit lebih terlambat dari masa terusirnya al-Muwahhidun, karena tidak
akan ada lagi kota yang dapat dipertahankan dari serangan pihak Kristen, yang semakin mendapat banyak kemajuan. Inilah kondisi objektif yang tidak
terelakkan, yang dihadapi kaum Muslimin Asbania. Kedua, umat Islam yang ada di kota-kota Andalusia yang telah jatuh ke
tangan umat Kristen, seperti Kordoba, dan Seville misalnya, diusir secara massal oleh Ferdinand III 1217-52. Pengusiran tersebut didorong oleh
semangat Perang Salib yang sedang menyala, dan mendapat dukungan dari Cluniac dan Cistercian dari gereja Spanyol.
173
Keadaan ini tentu amat mencemaskan kaum Muslimin. Tetapi tidak ada tindakan yang dapat mereka
173
Lihat Britannica, op. cit., j. xx, h. 1089; Kota Kordoba jatuh tahun 1236, Seville tahun 1248. Dua kota Islam Andalusia yang pernah dijadikan ibu kota negara.
115
lakukan untuk mengimbangi kekuatan yang sedang dibangun umat Kristen untuk mengusir kaum Muslimin tersebut. Satu-satunya yang dapat dilakukan
adalah menanti giliran atau meninggalkan negeri ini sebelum malapetaka itu datang menimpa diri mereka.
Ketiga, pengusiran kaum muslimin dari kota-kota Andalusia tersebut, telah berakibat tidak baik bagi Spanyol dalam bidang ekonomi. Hal tersebut
mudah dimengerti, jika diingat bahwa mereka lah yang menentukan warna Spanyol selama ini. Orang Islam ahli dalam pertanian, perdagangan, dan
industri. Sedangkan umat Kristen pada masa itu masih terbelakang dan bahkan terisolasi selama berabad-abad, semestinyalah mereka belajar pada kaum
muslimin dan bukan mengusir mereka, padahal mereka belum siap mengambil alih kepemimpinan negara yang ditinggalkan kaum Muslimin.
Keempat, hancurnya perekonomian kota-kota Andalusia setelah pengusiran kaum Muslimin, menyadarkan pihak Kristen akan kekeliruan
mereka. Kehancuran itu tidak akan terjadi, sekiranya umat Kristen, dalam hal ini kaum pendeta, dapat memanfaatkan atau bersedia menerima kaum
muslimin hidup berdampingan bersama mereka. Tetapi nampaknya kaum padri itu merasa lebih baik bodoh daripada harus menerima ilmu dan
bekerjasama dengan kaum Muslimin. Atau mereka memanfaatkan orang- orang Kristen yang pernah hidup bersama dengan kaum Muslimin, yang
mereka sebut kaum mozareb, dan umat Islam yang berasal Spanyol, yang dinamakan mudejar. Perbedaan pandangan di antara para penguasa
semacam Alfonso VI misalnya, yang toleran terhadap kaum Muslimin, dan kaum pendeta yang bersikap sebaliknya, barangkali karena perbedaan pola
116
berfikir. Alfonso VI mungkin cukup sadar pada keterbelakangan kaumnya, yang terisolasi selama berabad-abad di pergunungan Asturia. Dia merasa lebih
menguntungkan kaumnya jika bersikap toleran dibanding dengan mengusir kaum Muslimin. Pertarungan dua kutub pemikiran itu nampaknya cukup
tajam, dan sulit dipertemukan. Tetapi Ibn Ahmar dapat memanfaatkan pertentangan tersebut, untuk kepentingan dirinya dan kaum Muslimin yang
mengikutinya. Nampaknya ia benar-benar melihat jauh ke depan, dan memperhitungkan berbagai kemungkinan, yang pada prinsipnya: umat Islam
tidak mampu melawan umat Kristen yang demikian banyaknya dan yang demikian besar kebenciannya sejak dulu, kecuali berkelit.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, dapat dipahami sikap yang diambil Ibn al-Ahmar. Ia bersedia membayar pajak yang tinggi, yang
ditetapkan pihak Kristen dalam hal ini Kerajaan Castile, dan dapat dipahami pula bahwa, tindakan tersebut lebih banyak didorong oleh keinginan untuk
hidup, atau mempertahankan keberadaan kaum Muslimin di Asbania, dari pada suatu gagasan untuk maju dan kemajuan bersama semata-mata. Kondisi
kaum muslimin Asbania, yang penuh percekcokan dan pertentangan, sejak Muluk al-Tawaif sampai akhir masa al-Muwahhidun terusir dari Spanyol,
tidak memungkinkan adanya kerjasama di antara sesama mereka. Dalam uraian terdahulu, tergambar satu karakter umum kaum Muslimin
Andalusia sepanjang sejarah mereka, memberi kesan bahwa, suatu pemerintahan yang lemah hampir dapat dipastikan, cenderung menimbulkan
pemberontakan. Dan barangkali begitulah caranya mereka menyampaikan ke- tidakpuasan atau protes. Dan pemerintahan yang kuat dan bersih,
117
menimbulkan wibawa dan menarik simpati serta menghimpun dukungan banyak pihak, untuk membantu kelancaran pemerintahannya.
Ibn al-Ahmar digambarkan sebagai seorang yang memiliki pandangan jauh ke depan. la merasa bahwa, untuk tetap bertahan di hadapan musuh-
musuhnya, ia memerlukan banyak orang rijal , dan untuk itu la memerlukan harta atau dana al-mal. Kemudian untuk membangkitkan semangat ke-
bersamaan, keadilan dan kepastian hukum harus ditegakkan, setelah itu kebijaksanaan yang tepat harus menjadi tujuan pokok pada setiap tindakan
kepemerintahannya, husn alsiyasah. Ibn al-Ahmar mempraktekkan sikap adil di tengah-tengah rakyatnya, dan iapun menjalankan kebijaksanaan yang
tepat guna, sehingga masyarakatnya mencapai tingkat kehidupan yang relative tinggi dan penuh ketenangan al-
Rakha ‘wa al-Istiqrar
174
. Keadilan dan kebijaksanaan yang tepat, telah lama terkubur dan hilang dari kenyataan
kehidupan kaum Muslimin Asbania. Ketika keduanya dihidupkan kembali, masyarakat Islam nampaknya amat gembira dan bersyukur, karena apa yang
seharusnya menjadi milik mereka telah dikembalikan ke asalnya atau ke tempatnya. Gairah hidup dan semangat bekerja, telah mendorong mereka
mencapai titik tertinggi dalam keberhasilan membangun sebuah kota yang adil dan makmur. Itulah barangkali faktor utama yang mendorong mereka menjadi
maju dan disegani, sehingga mampu bertahan selama lebih kurang dua setengah abad lamanya. Dan janganlah dikira bahwa semua raja-raja yang
menggantikan Ibn Al-Ahmar itu, sama bijaksananya dan sama adilnya terhadp
174
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h 172. Dalam faktor rijal itu, dapat dimasukan para Ksatria yang gagah berani, yang melarikan diri dari Granada, dari kota lain.
118
rakyat. Kota Granada bukan saja sebuah kota perjuangan, tetapi adalah juga kota yang penuh pesona, ia sering disejajarkan dengan Damaskus di timur.
Kemudian orang Islam yang pindah ke Granada adalah, orang-orang yang memiliki keahlian dalam berbagai bidang keterampilan; petani, pedagang, dan
industriawan serta seniman dan budayawan. Dengan demikian masing-masing mereka mempunyai andil untuk memakmurkan negeri kecil tersebut, sesuai
dengan keahlian mereka masing-masing. Petaninya memanfaatkan tanah untuk pertanian, dan tidak ada sejengkal tanahpun yang dibiarken menganggur
tidak digarap. Dalam bidang perdagangan misalnya, terdapat kemajuan pesat berkat majunya industri tekstil sutera, yang dieksport ke Italia. Begitu pula
dengan usaha komersial lainnya yang dapat mendatangkan keuntungan materi bagi masyarakat.
175
Disamping itu perlu dicatat bahwa, kaum muslimin yang berdiam di kota-kota Andalusia lainnya, yang telah jatuh ke tangan umat
Nasrani, tidak mendapatkan perlakuan yang wajar dari saudara mereka umat Kristen, terutama dalam hal keagamaan. Mungkin karena umat Nasrani pada
masa itu di tempat tersebut, tidak mengenal toleransi beragama, terutama kaum pendeta mereka. Sesak dada mereka melihat ada manusia lain, yang
berlainan agama dengan mereka dan tidak ada jalan yang dapat ditempuh untuk membangun saling pengertian, selain menerima Katolik menjadi agama,
atau meninggalkan kota-kota tersebut sebelum diusir atau dibunuh. Barangkali sulit dapat digambarkan betapa keadaan kaum Muslimin yang menghadapi
persoalan semacam itu. Bagi sebahagian orang mungkin tidak begitu sulit
175
Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, j. i, hh. 109,721, Al-Lamhah al-
Badriyah fi’ al-Dawlat al-Nasriyah ed. alKhatib
1
Cairo,1347 h. 13.
119
meninggalkan akidah keyakinannya yang Islam, dan dengan mudah memeluk agama Nasrani, sebagai mudahnya orang yang berganti pakaian. Tetapi bagi
sebahagian lainnya, lebih suka memilih lari, menyelamatkan agamanya, daripada menempuh jalan murtad, dan dunia inipun memang tidaklah kecil,
176
sehingga seorang Muslim lebih senang berhijrah, sungguhpun ketika hijrah berlansung, hati mereka penuh dengan sejuta perasaan dalam bentuk ke-
kesalan, kedongkolan, kebencian, kemarahan atau dendam yang nenyala- nyala. Sementara itu, mereka yang tidak ikut berhijrahpun merasakan hal yang
serupa, dan kondisi batin yang semacam ini, dapat merubah bentuk yang negatif tersebut, menjadi sifat positif, dari marah menjadi berani, dan dari
kekesalan, kebencian dan lain-lain, menjadi nekad dan pasrah serta siap mati untuk satu tujuan mulia. Mungkin inilah penyebabnya, mengapa Granada
dapat dipertahankan sekian lama. Keamanan dan kemakmuran serta keadilan penguasa, mendorong tumbuhnya kemajuan dalam banyak bidang kehidupan.
Bidang pertambangan menambah kekayaan negara, sehingga dibangunkanlah rumah-rumah sakit untuk memelihara kesehatan masyarakat, dan digalakkan
mendirikan sekolah-sekolah untuk tempat anak-anak mereka menuntut ilmu. Dalam bidang budaya dan seni, Granada mempersembahkan sebuah karya
sejarah yang monumental, yaitu al-Hambra. Sebuah istana yang disulap dari sebuah benteng lama Bani Umayyah masa lalu. Al-Hambra atau al-Hamra
yang terbuat dari unsur-unsur semen merah dan marmer, berada di puncak
176
Lihat al-Quran, 4:97. ... Malaikat bertanya: dalam keadaan bagaimana kamu ini? mereka menjawab: Adalah kami orang yang tertindas... ... bukankah bumi Allah itu luas?....
Ayat ini mengecam mereka yang menyerahkan “nasib kepada orang lalim. mengapa kalian tdak lari saja`?..
120
sebuah bukit, kemudian dibuat sebuah pelataran seperti Acropolis di Athena, dengan hiasan bergaya Arab klasik, dan diperindah lagi oleh penerus Ibn al-
Ahmar, sehingga menjadi salah satu karya yang mengagumkan dunia. Granada yang unik ini menjadi sebagai besi bermagnit yang menarik kaum
ulama berdatangan kemari. Pada masa Muhammad al-Khamis 7631362 salah seorang penerus Ibn al-Ahmar yang cemerlang, dua ulama terkemuka
berdiam di Granada, Ibn Khaldun dan Lisan al-Din al-Khatib, kedua-duanya ahli sejarah yang jarang tandingannya.
177
Rupanya Granada yang berkesan itu, setelah berada di puncak kejayaannya di masa Muhammad al-Khamis
tersebut, ia lalu menjadi layu, karena para penerusnya tidak ada lagi yang mampu menegakkan kewibawaan pendahulu mereka. Faktor lain yang
menunjang tegaknya Bani al-Ahmar di Granada adalah, adanya kerjasama di antara Granada dan Bani Marrin di Al-Maghribi. Bani marrin selalu mengirim
bantuan ke Granada, terutama jika terancam perang, bahkan ada sejumlah perajurit yang diserahkan di bawah pimpinan penguasa Granada, untuk
digunakan sewaktu-waktu terjadi serangan dari pihak Kristen. Tetapi pada abad kesembilan hijriyah, daulat lain menggantikan Bani marrin, sehingga
bantuan yang biasanya diperoleh dari al-Maghribi, tidak diperolehnya lagi. Dan Granadapun berada pada kondisi yang lemah dan siap menjadi mangsa
pihak Kristen.
178
Mungkin juga, Granada dibiarkan tetap hidup dan berkembang oleh pihak Kristen, karena mereka sendiri terlibat dalam
pertikaian di antara sesama negara Kristen, dan juga sedang menyelesaikan
177
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h. 173-4
178
Ibid h. 172
121
problem yang timbul dari wilayah yang sudah ditaklukkannya. Dan sedikit saja terdapat kesempatan untuk menyerang, Granadapun segera menjadi
sasaran. Dan kedua belah pihak secara bergantian memperoleh
kemenangan dan kekalahan. Tetapi setiap kali terjadi kontak senjata, maka kedua-duanya telah dikuasai oleh hawa-nafsu ingin membunuh dan membalas
dendam, serta saling menganiaya yang sudah berada di luar batas-batas kewajaran,
179
Gerakan merebut kembali Spanyol dari tangan kaum Muslimin, yang sudah menjadi hangat sejak kaum Muslimin yang sudah menjadi hangat sejak
kaum Muslimin terpecah belah, menjadi semakin semarak di pengujung abad ke 15. Terutama dengan bersatunya dua kerajaan yang biasanya tidak selalu
rukun, Aragon dan Castile. Dan penyebabnya adalah karena dua orang Raja mereka, Ferdinan dari Kerjaan Aragon dan Isabella dari Castile
melangsungkan pernikahan 1479. Dengan demikian urusan penaklukan kembali Spanyol atau Reconquista menjadi semakin mudah. Sejumlah kota-
kota Islam di Andalusia telah dikuasai sebelumnya, dan tanah terakhir yang masih tersisa adalah Granada. Granada yang selama ini menjadi pembayar
pajak yang paling banyak dan paling setia, menjadi pembangkang pada masa Ali Abu al-Hasan naik tahta 1461-82 dan 83-85. Apa yang mendorong Ali
Abu al-Hasan melakukan pembangkangan tidak begitu jelas, tetapi ia disebut sebagai seorang pemberani, Cuma saja kurang perhitungan
da’if al-ra’y. Mungkin ia merasa dihina atau direndahkan oleh utusan dari pihak Kristen
179
Hitty, History, op.cit., h. 551
122
yang amat nyinyir lahha ia berkata: “katakana pada majikanmu, para raja
Granada yang anda musushi, dan membayar pajak telah mati. Granada yang sekarang jangan anda harapkan lebih dari sekadar perang”.
180
Untuk mewujudkan kata-katanya, Abu al-Hasan menyerang Castile. Serangan itu
mengalami kegagalan, bahkan Ferdinan membalas menyerang dan merebut Hammah di barat daya Granada. dalam keadaan gawat itu, puteranya
Muhammad Abu Abdullah merebut kekuasaan dengan menyerang al-Hamra, dan menyatakan dirinya sebagai penguasa, 1482. Setahun kemudian, Abu
Abd Allah menyerang Lucena, tetapi gagal dan ia tertawan. Sementara itu Abu al-Hasan kembali ke istana memegang kekuasaan kembali, tapi pada 1485 ia
menyerahkan estafet kepemimpinan umat kepada adiknya Muhammad XII yang bergelar al-Zaghl. Al-Zaghal disebut sebagai seorang pemberani dan
taguh pendirian, dan raja terkuat terakhir di Granada.
181
Barangkali Ferdinan dan Isabella sudah melihat bahaya besar jika al-Zaghal dibiarkan meneruskan
kepemimpinannya di wilayah yang makrnur itu. Bersamaan dengan itu nampak pula jalan keluar yang paling menggelitik, yang jika berhasil
merupakan pukulan yang paling menyakitkan bagi lawannya, dan jika tidak berhasil tidak ada pula yang perlu disesali. Abu Abdullah dihasut agar
melawan pamannya. Dan tentu saja dengan segala macam janji-janji palsu, dan hamburan pujian dalam ekspressi wajah yang meyakinkan, Rupanya Abu
Abdullah yang ketika menyerang al-Hamra terpengaruh dengan hasutan
180
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus h. 174. Tidak mustahil utusan pihak Kristen itu, bertindak di luar kesopanan karena mereka berkuasa, lalu merendahkan Abu al-Hasan tersebut.
181
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus;; Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-
Islami wal hadzarah Al-Islamiyah . j.iv, h 76
123
ibunya, kini iapun terpengaruh dengan hasutan musuhnya. Akal sehatnya sudah dikalahkan oleh keinginannya menjadi raja. Dua tokoh terkemuka
Kristen itu, menjanjikan kepadanya akan menyerahkan Granada, bila al- Zaghal tersingkir. Percaya kepada janji orang yang telah diperanginya itu, Abu
Abdullah mengobarkan perang saudara. Untuk itu orang-orang Castile telah diikut sertakan melawan pamannya, disamping itu ia juga di bantu dengan
dana secukupnya oleh Ferdinan dan Isabella. Abu Abdullah dapat merebut sebahagian Granada, dan dengan demikian terdapat dua orang raja sekaligus.
Tentu saja, hal tersebut menjadi salah satu tanda dari kehancuran. Dan bersamaan dengan itu pula pasukan Kristen menyerang wilayah Granada, dan
satu demi satu benteng Islam jatuh ke tangan umat Nasrani 1486. Setahun setelah itu Malagapun jatuh pula, dan sebahagian besar penduduknya dijual
sebagai budak. Di sini, Abu Abdullah meluapkan kegembiraannya, dengan mengirimkan ucapan selamat kepada Ferdinan.
182
Sementara itu, al-Zaghal selalu dihalang-halangi oleh Abdullah ini, sehingga ia sia-sia menumpahkan
seluruh kemampuannya untuk bertahan. Ia dikalahkan, dan menyerahkan kota Almeria kepada Ferdinan. Kemudian iapun mengundurkan diri ke Afrika, di
Tilimsan, setelah ia mencoba menghimbau negara Afrika untuk membantunya. Tidak ada negara Islam yang membantu, terutama Afrika yang
sedang dalam perang saudara pula.
183
Ferdinan dan Isabella mengirim surat kepada Abu Abdullah, agar menyerahkan Granada kepada mereka 1490. Hal
182
Sikap “aneh” itu mungkin sulit dipahami, tapi selalu ditemui dikalangan kaum Muslimin setiap masa
183
Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy, j.ii, h. 810
124
tersebut bertentangan dengan janji mereka kepadanya, ketika menjadi tawanan. Dan nampaknya Abdullah amat yakin pada kejujuran kedua tokoh
Kristen tersebut waktu itu, sehingga ia bersedia membantu keduannya mengalahkan pasukan pamannya sendiri. Bahkan ia mengucapkan selamat
kepada mereka, ketika orang-orang Islam yang membangkang melawan pasukan Kristen, kalah dan dijual sebagai budak. Mungkin bagi Abdullah apa
yang dialami oleh umat Islam waktu itu adalah kesalahan umat Islam sendiri, karena kebodohan umat yang tidak tau memilih teman. Dan sebaliknya
Ahmad Syalabi, menyebut Abdullah orang tamak pada kekuasaan.
184
Ketamakannyalah yang membuat ia menjadi bodoh, dan kebodohannya itu, bukanlah karena ia tidak berilmu, tetapi karena akalnya telah dibimbing
oleh hawa nafsunya. Ketika hawa nafsu telah menguasai seseorang, maka apa yang sebenarnya baik, dipandangnya tidak baik. Akalnya ditekan atau di-
arahkan agar mendukung keinginannya itu, sehingga ia yakin bahwa apa yang ia percaya itu, adalah benar. Dalam hal ini, sungguhpun Abu Abdullah telah
menyerang Ferdinan dan Isabela, kedua orang tersebut tidaklah marah kepadanya. Karena itu mungkin tidak sedikitpun ia merasa bahwa ia telah
mengkhianati Islam yang dipimpinnya. Bahkan jalan yang ditempuh. Itulah jalan yang seharusnya ditempuh kaum Muslimin. Itulah jalan kebenaran.
Itulah jalan keselamatan.
185
184
Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah
185
Lihat al-Quran, 2:11, Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi mereka menjawab: Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan. Al-Kahf, 1L3:103,104, ... yaitu orangorang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaikbaiknya. Lihat
juga: surat 45:23
125
Ternyata ia menempuh jalan yang keliru, itu bukan jalan kebenaran, dan bukan pula jalan keselamatan. Boleh jadi Ia telah sadar, dan sungguhpun
terlambat, ia telah melakukan sesuatu yang positif di lihat dari segi umat Islam. Ia menolak menyerahkan Granada kepada Ferdinan dan Isabella dan
bersama Musa ibn Abi al-Ghassan, keturunan Arab campuran Persia ia menantang perang.
Pasukan Ferdinan melakukan Blokade untuk menghancurkan semua hasil pertanian dan hasil panen tahun 1491. Hal tersebut mendatangkan hasil.
Umat Islam kelaparan, makanan habis, jalan lari tertutup. Ketika itulah serangan yang mematikan itu dilancarkan. Abdullah -sebagai biasanya- me-
nempuh jalan damai, ia percaya Ferdinan dan Isabella itu seorang juru-selamat untuk kaum Muslimin. Iapun menyerah dan menerima janji lagi. Janji seorang
juru-selamat. Sedangkan Musa ibn Ghassan dan pengikutnya, memilih syahid dan tidak bersedia menyerah. Mungkin ia tidak percaya bahwa kedua
tokoh Katolik itu adalah juru selamatnya, mungkin ia dan rekan-rekannya lebih yakin kepada janji Allah.
Janji yang diberikan oleh pihak Katolik yang memenangkan perang, kepada kaum Muslimin yang kalah dalam perang, di dapati 67 buah syarat
bagi penyerahan tersebut. Di antara lain menjamin jiwa, harta dan keluarga, membiarkan mereka di tempat tinggalnya masing-masing, dan menjalankan
keyakinan agamanya, dan tidak menghukum seseorang kecuali dengan hukum syariat yang diyakininya, membiarkan rumah ibadah, mesjid dan harta wakaf
sebagaimana adanya, tidak memaksa seseorang meninggalkan agamanya. Dan
126
seorang Muslim dijamin keamanannya jika melakukan perjalanan di negeri orang Nasrani baik jiwa maupun harta, dan agar tidak diberikan kepada
mereka tanda-tanda sebagai yang diberikan kepada orang Yahudi. Agar kaum Muslimin dapat memimpin sekelompok jamaah dari kalangan mereka sendiri.
Dan orang Spanyol agar mengkhususkan tempat bagi para tawanan kaum Muslimin. Dan agar diberi hak untuk meninggalkan Spanyol menuju ke
Afrika dengan harta dan anak-anak mereka, kapan saja mereka mau dan seterusnya.
186
Apa yang dijanjikan di atas adalah, apa yang sewajarnya diterima sebagai hak-hak azasi manusia. Dan bagi kaum muslimin tidak ada yang
istimewa, tetapi apakah umat Katolik mengenal hak-hak manusia lain semacam di atas? Kelihatannya sampai abad ketujuhbelas mereka belum
mengenal hak-hak asasi manusia. Dan tidak ada seorangpun yang berhak merubah catatan sejarah yang sudah ada, menyangkut perlakuan umat Katolik
terhadap umat Islam pada masa itu. Hal yang paling mengesankan adalah ketika Abu Abdillah
menyerahkan kunci kota Granada kepada kedua tokoh yang pernah memberinya janji-janji palsu, Ferdinand dan Isabella . Ketika ia dipanggil
untuk menghadap, barulah terasa kehinaan menjalar ke seluruh tubuhnya. Dan ketika tali kekang kudanya
memutar ke belakang, untuk melihat kali terakhir kota yang pernah didiaminya, nampak ia tidak mampu menahan cucuran air
matanya. Ibunya dengan tepat berkata: Menangislah sebagai seorang wanita
186
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus h. 180; Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-
Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah ., j. v, h. h, 78; Akhbar al-Asr fi ingida Dawlat Bani
Nasr, ed. M.J.Muller Munich,l836h.49
127
terhadap sebuah kerajaan yang telah hilang. Yang tak kan mampu di- pertahankan, sungguhpun oleh pria-pria perkasa. Tempatyang penuh
kenangan itu kini dikenal dengan nama El Ultimo Suspiro del Moro The last sight of the Moors.
Abu Abd Allah Yang malang itu akhirnya pindah ke Fas dan wafat di sana pula 1533-4.
187
Begitulah setelah berlalu beberapa lama, perjanjian yang dibuat di antara kaum Muslimin dan umat Katolik , dibatalkan sepenggal-demi
sepenggal. Cardinal Ximenez de Cisneros yang biasa menerima pengakuan dosa Isabella,tidak dapat menerima kebijaksanaan Uskup Granada Hornando
Tala vera, yang bersikap toleran terhadap kaum Muslimin. Ximenez mengatakan kepada raja bahwa, menjaga janji dengan kaum muslimin, sama
artinya dengan berkhianat kepada janji Allah. Dan realisasi dari nasihat pendeta kepada raja, adalah penindasan terhadap semua kaum Muslimin, sama
artinya dengan berkhianat kepada janji Allah.
188
Dan realisasi dari nasihat pendeta kepada raja, adalah penindasan terhadap semua kaum Muslimin.
Tetapi Karena kaum Muslimin tidak dapat menrima begitu saja pemaksaan agama Katolik kepada mereka, maka timbullah pemberontakan. Pemaksaan
agama Katolik kepada umat Islam di Spanyol dimulai pada 1499. Kardinal
187
History, op.cit., h. 555
188
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus h. 180. Kalimat Kardinal tersebut, menggambarkan keyakinan pihak Katolik, bahwa menghormati janji itu bukanlah sifat yang
terpuji. Atau dipandang terpuji juga, kecuali dengan umat Islam. Agama Katolik tidak sebagai agama Islam, yang Nabinya Muhammad diutus menjadi rahmat bagi seluruh alam. 21:107
sedangkan Katolik khusus untuk umat Katolik saja. Dengan demikian sikap mereka membenci Islam adalah suatu keyakinan dan tanda-tanda keimanan. Sebaliknya Islam mengajarkan
menghormati janji dengan siapa saja tanpa membedakan agama dan etnis manusia. Umat Katolik juga diajarkan membenci dan memusuhi umat Yahudi, karena mereka telah menyalib Tuhan Jesus.
It is the wrath of God It is due to the crime of the Jews Lihat Spanish Islam, op. cit., h. 227. Lihat juga al-Quran 2:120. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
hingga kamu mengikuti ajaran agama mereka... mungkin, kamu dipaksa jadi Katolik
128
Ximenez menetapkan bahwa setiap Muslim harus meninggalkan agamanya, atau meninggalkan Spanyol. Generasi berikutnya sejak dari anak-anak harus
dididik menjadi Katolik oleh pihak gereja, mesjid-mesjid ditutup, kitab-kitab berbahasa Arab di bakar, dan kaum Muslimin mendapat siksaan keras sebagai
usaha pihak Katolik untuk membujuk mereka, memasuki agama yang menganjurkan kelemah lembutan dan kasih sayang itu. Dan lembaga Inkuisisi
bekerja keras untuk melegalisasikan pelaksanaan melanggar hak-hak asasi manusia.
189
Mungkin pemberontakan di Spanyol merupakan ciri khas sepanjang sejarahnya. Akan tetapi jika pemberontakan sebelum ini, lebih banyak bersifat
politis dan dalam kerangka kebebasan berfikir dan bertindak, maka kini pem- berontakan timbul akibat hak-hak mereka sebagai manusia, telah dicabut dan
diperkosa oleh umat Nasrani. Nampaknya mengerikan, tetapi persoalannya menjadi amat gamblang, dan amat mudah menentukan sikap. Karena dalam
menghadapi pemaksaan terhadap agama hanya ada dua pilihan, pertama, dibunuh atau menang Yuqtal aw yaghlib
190
, dan kedua, berpura-pura murtad. Sikap pertama milik orang-orang yang gagah dan kuat imannya, dan kedua
milik orang-orang yang lemah atau mungkin saja orang-orang yang bijaksana. Sementara ketika menentukan sikap terhadap sebuah perilaku politik, orang
masih memperdebatkan apakah ijtihadnya itu sungguh-sungguh karena iman atau karena hawa nafsu. Tidak demikian halnya dalam hal membela keyakinan
atau mempertahankan akidah. Dan hanya orang yang beriman saja yang
189
Ibid
190
Lihat Al- Qur’an 4:74
129
merasa tersinggung, jika akidahnya dirusak. Dan Islam tidak pernah memaksa manusia melebihi kemampuannya.
Lokasi pemberontak berada di pergunungan alBusyarrat atau Bubasytro di antara Sierra Nevada dan laut yang panjangnya sekitar 19 mil dan lebarnya
11 mil, yang diselang-selingi tanah rendah yang datar dan keras serta lembah yang dalam.
191
Seolah-olah tempat tersebut merupakan sebuah arena yang telah dipersiapkan,untuk mempertaruhkan nyawa, demi memperjuangkan hak
untuk hidup dan hak untuk meyakini sesuatu kebenaran keagamaan, atau akidah. Dan barangkali tempat ini bukanlah satu-satunya tempat, atau arena
pertarungan, karena pertumpahan darah dan pertarungan maut juga terjadi di gereja-gereja dan di rumah-rumah penduduk, di penjara-penjara dan di mana
saja. Pemberontakan yang timbul akibat dorongan yang bersifat sentimen keagamaan, barangkali merupakan suatu hal atau tindakan yang amat sensitif.
Kedua belah pihak yakin pada kebenaran tindakan mereka. Yang satu menindas dan yang lain tertindas. Umat Nasrani memperkosa hak-hak asasi
umat Islam mempertahankan kebenaran keyakinan mereka. Umat Nasrani yakin bahwa, membunuh dan memperkosa hak orang lain yang di luar agama
Nasrani;
192
baik Yahudi maupun Islam, dipandang sebagai menjalankan perintah Tuhan mereka. Sementara umat Islam memandang mempertahankan
diri terhadap musuh yang ingin menghancurkan akidah mereka adalah ter- masuk menjalankan salah satu perintah Allah. Dengan begitu kedua-dua belah
pihak meyakini kebenaran tindakan masing-masing, sungguhpun kedua- duanya bertolak belakang.
191
al-Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus h. 183.
192
Keterangan Ximenes, memenuhi janji kepada umat Islam melanggar perintah Tuhan. Sikap Nasrani kepada Yahudi pun cukup jelas.
130
Umat Islam di Spanyol tidak hanya dipaksa menjadi Nasrani, dipaksa murtad dari agama mereka, tetapi mereka juga dilarang mengikuti adat istiadat
yang diwariskan dari nenek moyang mereka, dan bahkan dilarang memakai pakaian Arab, bahasa Arab dan nama-nama Arab.
1
Mungkin semua yang berbau Arab. Ferdinan sendiri, salah seorang tokoh Nasrani yang ikut
membuat ikrar janji kepada umat Islam, ternyata aktif sekali membantai kaum Muslimin termasuk membakar sebahagian dari kaum Muslimin, dan
merampas harta mereka serta menganiaya mereka dengan berbagai cara. Dan puncak kebuasan dan kebiadaban dilakukan oleh Philip III 1609-1614. Dan
pada masanyalah semua orang Islam lenyap di Spanyol. Diperhitungkan sejak jatuhnya Granada sampai awal abad ke tujuh belas, terdapat tiga juta kaum
Muslimin menjadi korban.
193
Inilah pertarungan agama dalam bentuk bentrokan fisik. Kedua belah pihak melakukan tindakan-tindakan yang sudah
di luar garis kemanusiaan. Tidak ada lagi peri kemanusiaan, tidak ada lagi kasih sayang, tidak ada lagi kedamaian dan ketenangan. Dunia menjadi gelap,
hati penuh dengan dendam, persaudaraan menjadi sebuah Impian kosong, dan agama menjadi alat untuk saling membunuh. Agama di tangan manusia yang
sempit dadanya, sama dengan senjata di tangan perampok dan pembunuh.