Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

3 Barbate di pesisir laguna Janda. Roderick berhasil naik tahta setelah menggulingkan pendahulunya, putera Witiza. Kendati berjumlah 25.000 orang, tentara Gothic barat bisa dikalahkan karena adanya pengkhianatan dari musuh-musuh politik Roderick, yang dikepalai oleh Uskup Oppas, saudara Witiza. 1 Hadirnya Islam menjadi titik awal perubahan yang gemilang bagi sejarah di negeri tersebut. Islam membuka suatu era baru dimana kebenaran dan keadilan ditegakan, kebebasan beragama terjamin, bagi mereka beragama Yahudi dan Kristen. Sendi-sendi dasar Islam ditegakkan demi membentuk sebuah masyarakat yang soleh, pemerintahan yang adil dan mengayomi masyarakatnya mewarnai masa kegemilangan ini. Kembali mengenang kejayaannya di masa lampau, adalah Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abd ar- Rahman I, seorang keturunan Bani Umayah yang kemudian meneruskan pengibaran panji-panji Islam di Andalusia sebagai Emir of Andalus. 2 Abd ar- Rahman I melakukan restorasi politik dan kenegaraan bersamaan dengan pembangunan infrastruktur kemasyarakatan. Salah satunya mengawali pembangunan masjid Cordoba, taman-taman yang indah, jembatan-jembatan, benteng-benteng. Andalusia adalah pusat peradaban dunia dalam kurun waktu hampir 700 tahun lebih, kemakmuran dan kemegahannya diwarnai pula oleh kemajuan pesat dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, teknologi, militer, perekonomian, sehingga Spanyol yang kita kenal sekarang hanya pernah benar-benar mencapai puncak kemajuannya selama masa pemerintahan Islam. 1 Philiph K Hitti, History of the Arab Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010, hal 627-628 2 Scalles. Peter C, The fall of the caliphate of Córdoba: Berbers and Andalusis in conflict New York: Koln Brill, 1994, hal 113 4 Cordoba sebagai kota penting di Andalusia, merupakan kota termegah, terkaya dan salah satu yang terbesar di dunia pada pertengahan. 3 Hal ini sangat berbeda dengan kota-kota Eropa lainnya, dimana bangsa Eropa pada saat itu tengah dilanda kegelapan dan kebodohan. 4 Apa yang menjadi kemajuan barat pada saat ini adalah kontribusi besar kemajuan peradaban yang di tumbuhkan masyarakat Islam di Eropa pada saat itu. 5 Namun dibalik Kemakmurannya Islam disana bukan berarti tidak mengalami hambatan dan masalah, banyak benih-benih kehancuran mulai terlihat, diantaranya: Terjadinya pemberontakan-pemberontakan ditubuh kerajaan itu sendiri, seperti pemberontakan yang dipimpin oleh sekelompok orang yang pernah belajar dibawah bimbingan Imam Malik, yang juga merupakan orang-orang yang menyebabkan al- Muwatha’Imam Malik diterima secara luas di Andalusia. Ditambah para pemimpin yang saling guling mengulingkan untuk memperebutkan tahta kerajaan, 6 perseteruan antara antar suku dan para ulama dengan pemerintah menjadi faktor-faktor timbulnya Disintegrasi umat islam. Didukung kaum Nasrani yang menyatukan kekuatan untuk menghancurkan umat Isla m di Andalusia. Ini menjadi hal menarik untuk dikaji bagaimana Islam menguasai Andalusia hingga 7 abad kemudian menjadi hancur akibat benih-benih perpecahan di dalam tubuh penguasa Islam sendiri didukung dengan perlawanan yang dilakukan oleh umat Nasrani. 3 Ahmad Thomson dan Muhammad ’Ata’ Ur Rahim, Islam Andalusia: sejarah kebangkitan dan keruntuhan Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004, hal 46-48. 4 Bernard Lewis, The Arabs In History. Penerjemah Drs. Said Jamhuri Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994 hal 123 5 W. montgorry 6 Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993 hal.290 5 Perpecahan yang terjadi timbul akibat konflik yang berkepanjangan, diantara konflik itu adalah Perselisihan antar suku yang menjadikan rakyat Andalusia tidak memiliki solidaritas social, kecuali dalam kalangan terbatas sepersukuan, atau dalam batas etnis tertentu. Hal tersebut terlihat pada sifat pemberontakan yang ditimbulkannya. Seperti pemberontakan suku-suku Berber melawan suku-suku Arab, dan suku-suku Arab utara Mudar melawan suku Arab Selatan Yaman yang timbul pada 740 M. Padahal mereka semua seagama. Solidaritas keagamaan sama sekali . atau seakan-akan tidak dapat menunjukkan keberadaannya. Atau jika solidaritas keagamaan itu menonjol di kalangan mereka, maka hal tersebut terjadi pada waktu suasana damai antar suku terjalin dengan baik. Dan jika suasana permusuhan antar suku mulai menguasai keadaan, maka solidaritas keagamaan tidak mampu menahan gejolak perasaan yang bersifat permusuhan itu lagi. Selain konflik perseteruan antar suku, konflik di dalam tubuh kerajaan mewarnai hal-hal yang mendukung hancurnya Islam ditanah Andalusia. diantaranya, Ketika Andalusia dipimpin pada masa Hisyam II peran Khalifah sangat lemah, kedudukan beliau tidak ubahnya seperti boneka, Hisyam yang pada saat itu berumur 11 tahun, kekuasaan kerajaan di ambil alih oleh Ibunya yang bernama Sultanah Subh, dan sekretarisnya negara yang bernama muhammad Ibnu Abi Amir. 7 Menjelang tahun 981 M, Muhammad Ibnu Abi Amir yang ambisius menjadikan dirinya sebagai penguasa diktator. Dalam perjalanannya ke puncak kekuasaan ia menyingkirkan rekan-rekan dan saingannya. Hal ini dimungkinkan karena ia mempunyai tentara yang setia dan kuat, ia mengirimkan tentara itu dalam berbagai ekpedisi yang berhasil menetapkan 7 Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, hal. 308 6 keunggulaannya atas para pangeran Kristen di Utara. Pada tahun itu juga Muhammad Ibnu Abi Amir memakai gelar kehormatan al-Mansur Billah. 8 Hisyam II memang bukan orang yang cakap untuk mengatur negara, tindakannya menimbulkan kelemahan dalam negeri. la tidak dapat membaca gejala-gejala pergerakan Kristen yang akan mulai tumbuh dan mengancam kekuasaannya. Keadaan ini diperburuk dengan meninggalnya al-Muzaffar putra Al-Mansur Billah pada tahun 1009 yang pada saat itu sempat menggantikan kedudukan ayahnya. Setelah wafat Al-Muzaffar, Ia di gantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. 9 Seiring berjalannya waktu pergantian penguasa demi penguasa tidak membuahkan hasil untuk menciptakan Andalusia yang damai, dari sinilah kerajaan muslim di Andalusia mulai menunjukan tanda-tanda pembusukan yang kasat mata. Badan politik kaum muslim terpecah dan terus terpecah belah dalam jangka waktu lima belas tahun setelah kematian Al-Manshur, seluruh Andalusia telah terbagi-bagi menjadi banyak sekali kerajaan kecil yang oleh orang Arab di sebut Muluk Al-Thawaif, 10 hal ini disebabkan partikularisme baik pribumi atau ras menjadi salah satu pendorong terbentuknya kerjaan-kerajaan kecil yang masing-masingnya mempunyai penguasa sendiri. 11 Di Kordova keluarga Jahwariyah mengepalai sejenis Republik yang pada tahun 1068 diambil alih oleh Bani Abbad di Seville, sejak saat itu dominasi diantara Negara-negara muslim terletak di Seville, yang 8 Thomsond Rahim, Islam Andalusia: sejarah kebangkitan dan keruntuhan, hal 81 9 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006, hal. 97 10 Lewis, The Arab in History, hal 129 11 W. Montgomery Watt Pierre Chachia, A History of Islamic Spain Edinburgh University Press, 1992 Hal 91 7 kedudukannya selalu dihubungkan dengan Kordova. Kemudian di Granada terdapat pusat kekuasaan rezim Ziriyah, yang namanya diambil dari nama pendirinya yang berkebangsaan Berber, Ibn Ziri. Rezim ini di hancurkan oleh sekelompok Murabitun Maroko pada 1090. Inilah satu-satunya kota muslim Spanyol yang di dalamnya seorang Yahudi, Wazir Isma’il ibn Naghzalah, pernah memegang kekuasaan yang benar-benar kuat. Di Malaga dan distrik- distrik sekitarnya, kekuasaan distrik Hamudiyah, yang pendirinya dan dua penerusnya menjadi Khalifah di Kordova, berakhir sampai 1057. Serta kekuasaan Ziriyah berakhir, Malaga akhirnya berada dibawah cengkraman Murabitun. Di Saragosa, banu Hud berkuasa dari 1039 sampai di kalahkan orang Kristen pada 1141, diantara raja-raja kecil ini, pemerintahan terpelajar Abbadiyah di Seville adalah paling kuat yang merupakan cikal-bakal datangnya Murabitun ke Andalusia. 12 Semua kerajaan ini di pimpin oleh penguasa-penguasa yang berasal dari berbagai macam suku bangsa dan golongan. Di samping itu, hal ini juga mencerminkan adanya ketidakharmonisan etnik dan persaingan antar kelompok militer yang dapat menimbulkan peperangan satu sama lainnya, seringkali para raja-raja itu meminta bantuan orang-orang Kristen Trinitarian yang tentunya amat senang hati membantu. Pada ketika itu kaum muslim terpecah belah dan mulai mengukur diri mereka sebagai anggota dari bangsa- bangsa yang berbeda, sebab perpecahan dari kalangan mereka ini, diiringi dengan kepentingan kotor dan ambisi berlebih-lebihan dari beberapa Raja dari 12 Philiph K Hitti, History of the Arab, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010, hal 683 8 mereka, dalam keadaan seperti ini orang-orang Kristen mampu menyerang kaum muslim secara tuntas dan menundukan mereka satu demi satu. 13 Kerajaan-kerajaan tersebut yang berbatasan langsung dengan teritorial yang dikuasai orang-orang Kristen Trinitarian di bagian Utara semenanjung Iberia, mereka diwajibkan untuk membayar upeti tahunan kepada orang-orang Kristen supaya tetap memperoleh “kemerdekaan” nya. guna membayar upeti ini serta mempertahankan kemewahan hidup di bawah kekuasaan mereka, Para penguasa dari kerajaan-kerajaan kecil ini menarik pajak yang tinggi kepada rakyat yang hidup dibawah kekuasaan mereka, Pajak ini jauh melebihi batas penarikan pajak yang di bolehkan oleh hukum-hukum Islam. 14 Sebuah perjuangan sia-sia bagi mereka yang berjuang untuk mempertahankan atau menerapkan kembali ajaran Islam dalam segala aspeknya yang kemudian tidak hanya mendapatkan diri mereka berperang melawan orang-orang Kristen Trinitian di Utara, tetapi juga melawan saudara- saudara muslim mereka. mereka terjebak dalam posisi pecah dan pembusukan yang tak dapat di putar mundur kembali. 15 Selama kaum muslim Andalusia tetap bersatu dalam ajaran Islam mereka, mereka terus berkembang dan meluas. Begitu mereka mulai mengabaikan agama Islam dan menjadi terpecah belah, jumlah mereka mulai berkurang, dan orang-orang Kristen mulai mampu mengambil alih urusan yang ada di Andalusia. Perpecahan di dalam umat ini merupakan satu dari faktor-faktor yang fundamental yang menjadi penyebab 13 Khilafah,” dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam , jilid II Ichtiar Baru Van Hoeve, tanpa tahun hal 201-202 14 Thomsond Rahim , Islam Andalusia: sejarah kebangkitan dan keruntuhan, hal 81 15 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hal 98 9 pembasmian sepenuhnya Islam dari Andalusia, sebab hal ini merupakan kelemahan yang sepenuhnya di manfaatkan oleh kaum Kristen Trinitarian di Utara. Ketika kaum muslim di Andalusia terpecah, bala tentara Gereja Trinitarian memperoleh tumpuan di Negeri itu dan dibantu oleh orang-orang Kristen yang hidup di wilayah kekuasaan muslim, yang sebenarnya telah bertambah jumlahnya dan maju kehidupannya akibat pemerintahan muslim yang amat toleran, cengkraman mereka atas negri itu semakin kuat. Dalam menuruti rencana-rencananya, raja Kristen tidak pernah melewati momen-momen untuk melakukan serbuan ke negeri umat muslim, yang umumnya didapati dalam keadaan penuh perselisihan dan pertikaian internal, hal-hal yang mempercepat keruntuhan dan kehancuran mereka sendiri. Sesungguhnya, bukan hanya kepala-kepala suku independen pada waktu itu terus menerus melancarkan perang satu sama lain, tetapi mereka juga tidak jarang menarik keuntungan bagi diri mereka sendiri. Dengan menggunakan bala tentara dan senjata dari orang-orang Kristen, mereka menyerang dan menghancurkan saudara sebangsa serta seagama mereka sendiri, memboroskan hadiah-hadiah mahal dari Alfonso leluhur dari semua raja Kristen yang dikenal dengan nama tersebut dan memberikan kepadanya harta karun sebanyak-banyaknya yang dia inginkan supaya bisa mendapat uluran tangan darinya dan untuk menjamin keamanan bagi diri mereka sendiri, serta bantuan untuk menghadapi musuh-musuh mereka. Orang-orang Kristen, yang melihat kaum muslim telah jatuh ke dalam 10 kondisi korup, menjadi luar biasa gembira; sebab, pada waktu itu, amat sedikit orang yang memiliki ahlak mulia dan prinsip Islam yang kuat di tengah kaum muslim, masyarakat umum mulai minum-minuman keras dan melakukan segala hal yang berlebih-lebihan. Para pemimpin Andalusia hanya berfikir tak lain soal membelanjakan uang untuk mengundang atau membeli penyanyi perempuan, budak-budak untuk melayani mereka, berpesta pora menghabiskan sampai bersih harta Negara yang telah terkumpul di masa lalu, dan menindas rakyat mereka dengan segala bentuk pajak dan pungutan, dan mereka mengirimkan hadiah-hadiah dan persembahan mahal kepada Alfonso, serta memohon kepadanya untuk membantu mereka mencapai keinginan- keinginan ambisius mereka. 16 Segalanya berlangsung dalam cara ini di tengah para kepala suku Andalusia yang saling bertentangan satu sama lain, hingga kelemahan menguasai orang-orang yang menjadi penakluk diantara mereka, juga orang-orang yang di taklukan; dan kehinaan memangsa menyerang, sebagaimana hal itu melumat mereka yang di serang; para jenderal dan kapten tak lagi menunjukan keberanian mereka; penduduk negeri terjerumus kedalam penderitaan dan kemiskinan terparah. Islam, tak terpisahkan seperti tubuh di tinggalkan jiwa, tak lebih hanya mayat semata. Diantara para penguasa muslim, yang pada dasarnya tidak tunduk pada Alfonso; setuju untuk membayar upeti tahunan kepadanya. Dan dengan demikian menjadi pengumpul kekayaan bagi kerajaan Kristen di wilayah kekuasaan mereka sendiri, ketika keadaan serupa ini terus berlangsung tak seorang pun yang berani menentang kehendak ataupun melanggar perintah- 16 Hitty, History of the Arab, hal 686 11 perintah Alfonso. Dibawah kepemimpinan Alfonso tersebut, satu demi satu kota kaum muslim jatuh ke tangan orang-orang Kristen Trinitarian dan pada 1072 ia telah menjadi penguasa Leon, Castilia, dan portugis. Aktivitasnya berpuncak pada perebutan Toledo, setelah pengepungan yang di lancarkannya selama tujuh taun. 17 Berdasarkan pemikiran di atas, penulis mengambil judul “DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG KERUNTUHAN KEKUASAAN ISLAM DI ANDALUSIA ABAD XI ”

B. Permasalahan penelitian

Pembahasan mengenai situasi budaya, agama dan politik umat Islam di wilayah Andalusia diharapkan menjadi gambaran awal faktor terjadinya disintegrasi tersebut. Adapun supaya pembahasan skripsi ini tidak mengalami pelebaran, maka penulis memfokuskan pada permasalahan: 1. Yang dimaksud dengan disintegrasi disini adalah perpecahan yang terjadi pada umat Islam di Andalusia. 2. Skripsi ini akan membahas faktor internal dan eksternal terjadinya proses disintegrasi berdasarkan teori konflik Ralf Dahrendorf. Dengan Perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang menyebabkan Umat Islam di Andalusia mengalami Disintegrasi? 17 Thomsond Rahim , Islam Andalusia: sejarah kebangkitan dan keruntuhan, hal 91 12 2. Bagaimana dampak dari disintegrasi umat Islam di Andalusia?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Mengetahui sejarah awal mula keruntuhan Islam di Andalusia 2. Memahami secara baik keadaan dan dampak disintegrasi yang terjadi pada umat Islam di Andalusia 3. Dalam skala yang lebih global, mengambil pelajaran untuk berbuat yang lebih baik di masa yang akan datang bersandarkan pada peristiwa sejarah tersebut.

D. Kontribusi

Secara teoritis Penulisan skripsi ini diharapkan berguna bagi pengembangan pengetahuan terkait dengan historisitas Kemunduran Islam di Andalusia. Dan aplikasi terhadap penulis dapat menambah khazanah kesejarahan dan pengetahuan tentang penyebab dari munculnya Disintegrasi umat Islam di Andalusia pada abad 11.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan sosial. Lebih tepatnya, dalam membedah sejarah Islam di Andalusia ini, saya akan menggunakan teori social yang membicarakan tentang konflik. Teori konflik ini saya gunakan Ralf Dahrendorf untuk melihat pihak yang bertikai, yang berakibat pada kemunduran Islam di Andalusia. 13 2. Sumber data Data ataupun sumber penelitian dapat dikategorikan menjadi dua; data primer dan data sekunder. Data primer, adalah beberapa data yang merupakan data rujukan utama yang menjadi rujukan keilmiahan. Bentuknya, berupa dokumen-dokumen penting pada zaman itu. Sedangkan data Sekunder bentuknya seperti buku-buku bacaan, artikel-artikel, jurnal, dan hasil wawancara pada tokoh yang mempunyai kapasitas yang mumpuni di bidang Islam di Andalusia. 3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan teknik library research study kepustakaan. Yaitu dengan menelaah buku-buku, majalah, artikel-artikel yang memuat tentang Islam di Andalusia. Sedangkan untuk sumber lainnya, terutama untu sumber sekunder, penulis mendapatkannya lewat hasil penjelajahan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah. Selain itu, penulis juga mendapatkannya di Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora. Beberapa sumber liannya yang didapat, juga berasal dari pribadi, dan dari teman penulis. 4. Analisa Data Data-data yang sudah terkumpul kemudian masuk pada tahap analisa untuk mendapat sumber yang otentik dan otoritatif. Data tulisan diklasifikasi untuk menentukan waktu penulisan dan isi dari dokumen tersebut. Sedangkan, hasil wawancara akan ditranskrip dalam tulisan, kemudian diintegrasikan, diolah, dengan data-data yang telah ada. Selain proses analisis di atas, data-data tersebut akan masuk ke fase