Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita
rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
7
2. Perbedaan Etika, Norma, dan Hukum
a. Etika dalam Perspektif Islam
Etika dalam pemikiran Islam dimasukkan dalam filsafat praktis al hikmah al amaliyah
– bersama politk dan ekonomi. Berbicara tentang : sebagaimana seharusnya. Etika vs Moral. Moral = nilai baik
dan buruk dari setiap perbuatan manusia – prakteknya = akhlaq,
Etika = ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk – ilmunya –
ilm al-akhlaq. Dalam disiplin filsafat, Etika sering dinamakan dengan Filsafat Moral.
8
b. Pengertian Etika Bisnis
Etika Bisnis sebagai seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip
moralitas. Dalam arti lain Etika Bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma dimana para pelaku bisnis harus komit padanya dalam
bertransaksi, berperilaku, dan berelasi guna mencapai “daratan” atau
7
http:id.wikipedia.orgwikiEtika.
8
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, cet.I, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h.31.
tujuan-tujuan bisnisnya dengan selamat. Selain itu, etika bisnis juga dapat berarti pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi
dan bisnis, yaitu refleksi tentang perbuatan baik, buruk, terpuji, tercela, benar, salah, wajar, tidak wajar, pantas, tidak pantas dari
perilaku seseorang dalam berbisnis atau bekerja.
9
c. Definisi Etika Bisnis dalam Islam
Secara sederhana mempelajari etika bisnis dalam Islam berarti mempelajari tentang mana yang baikburuk, benarsalah dalam dunia
bisnis berdasarkan kepada prinsip-prinsip moralitas. Moralitas disini, sebagaimana disinggung di atas berarti: aspek
baikburuk, terpujitercela, benarsalah, wajartidak wajar, pantastidak pantas dari perilaku manusia. Kemudian dalam kajian etika bisnis
Islam susunan adjective di atas ditambah dengan halal-haram degrees of lawful and lawful, menurut Husein Sahatah seperti dikutip oleh
Faisal Badroen, dkk, menyatakan bahwa sejumlah perilaku etis bisnis akhlaq al Islamiyah yang dibungkus dengan dhawabith syariah
batasan syariah atau general guideline menurut Rafik Isa Beekun.
10
d. Etika, Norma, dan Hukum
Karena kaidah hukum itu melindungi kepentingan manusia maka harus ditaati, harus dilaksanakan, dipertahankan, dan bukan
9
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, h.13.
10
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, h.62.
dilanggar. Tolak ukurnya ialah melanggar kaidah hukum atau tidak. Kesalahan orang diukur dengan kenyataan apakah ia melanggar kaidah
hukum atau tidak. Kalau melanggar kaidah hukum itu salah, kalau tidak melanggar kaidah hukum itu baik, yang melanggar itu yang
buruk. Telah dikemukakan bahwa asas hukum baik, yang melanggar itu yang buruk. Telah dikemukakan bahwa asas hukum itu didukung
oleh pikiran bahwa dimungkinkan memisahkan antara baik dan buruk, karena itulah kaidah hukum itu disebut juga kaidah etis.
11
Etik adalah usaha manusia untuk mencari norma baik dan buruk. Etik berasal dari kesadaran manusia merupakan petunjuk
tentang perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk. Etik juga merupakan penilaian ataupun kualifikasi terhadap perbuatan
seseorang. Bagaimanakah hubungan hukum dengan etik? Hukum dan etik merupakan dua sisi dari satu mata uang.
12
Hukum ditujukan kepada manusia sebagai makhluk sosial. Hukum ditujukan kepada manusia yang hidup dalam ikatan dengan
masyarakat yang terpengaruh oleh ikatan-ikatan sosial. Etik sebaliknya ditujukan kepada manusia sebagai individu, yang berarti bahwa hati
nuraninya lah yang diketuk.
13
11
Budi Untung, Hukum dan Etika Bisnis, Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2012, h.5.
12
Budi Untung, Hukum dan Etika Bisnis, h.5-6.
13
Budi Untung, Hukum dan Etika Bisnis, h.6.
Menurut Drs. Achmad Charris Zubaik seperti dikutip oleh Faisal Badroen, dkk, menyatakan bahwa
norma adalah „nilai yang menjadi milik bersama, tertanam dan disepakati semua pihak dalam
masyarakat‟ yang berangkat dari nilai baik, cantik atau berguna yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan kemudian menghadirkan ukuran
atau norma. Artinya norma bermula dari penilaian, nilai dan norma.
14
e. Prinsip Umum Etika Bisnis
Yang dimaksud dengan prinsip umum atau tiang pancang etika bisnis dalam tulisan ini ialah hal-hal atau tepatnya karakter bisnis yang
sangat menentukan sukses tidaknya sebuah bisnis, dan karakter ini suka atau tidak suka dan mau tidak mau, harus dimiliki oleh setiap
pebisnis apalagi pebisnis MuslimMuslimat yang menghendaki kesuksesan dalam berbisnis. Diantara tiang pancang etika bisnis yang
dimaksudkan ialah:
15
1 Iktikad baik
Iktikad artinya kepercayaan; keyakinan yang teguh kuat. Juga bisa diartikan dengan kemauan dan maksud. Dengan
demikian maka yang dimaksud dengan iktikad baik dalam tulisan ini ialah kemauan, maksud atau tepatnya keyakinan yang baik
14
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, h.6.
15
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, cet.I, Jakarta: Kholam Publishing, 2008, h.309-314.
untuk melakukan bisnis dan memenuhi hal-hal yang bertalian dengan berbisnis.
2 Kejujuran
Setiap akad transaksi dalam bisnis pasti dibangun oleh dua pihak atau malahan lebih. Akad itu sendiri terlahir atas
persetujuan-persetujuan yang disepakati para pihak, baik dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis.
Jujur adalah lurus hati; tidak berbohong misalnya dengan berkata apa adanya; tidak curang; tulus; ikhlas. Kejujuran adalah
sifat keadaan jujur; ketulusan hati; kelurusan hati; atau sifat yang suka akan kebenaran.
3 KesetiaanKepatuhan
Setia artinya berpegang teguh pada janji, pendirian dan sebagainya; patuh; taat. Kesetiaan maksudnya keteguhan hati,
ketaatan dalam persahabatan, perhambaan dan sebagainya; taat pada perintah, aturan dan sebagainya; berdisiplin; sedangkan
kepatuhan artinya sifat patuh; keadaan patuh; atau ketaatan. Kesetiaan dan kepatuhan dini menjadi sangat penting
dalam dunia bisnis. Lebih-lebih dunia bisnis Islami. Kesetiaan dipentingkan daripada di dunia barat sekarang ini. Kesetiaan itu
mencakup hubungan antara suatu perusahaan dengan para pelanggannya dan perusahan lain, serta hubungan antara majikan
dengan karyawannya – dan hal ini berlaku secara timbal balik.
Dalam hubungan dagang bisnis, kesetiaan timbal balik antara pelanggan dengan para pemasok supplier langganannya sangat
jelas. Di pasar eceran sekalipun para pelanggan tidak bisa berkeliling
mencari barang
shopping around
mereka mendatangi toko langganannya, dengan demikian lebih baik
untuk dapat mengenal pedagang langganannya itu. Suatu hal yang patut diingatkan disini ialah bahwa khusus
dalam hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, misalnya perjanjian yang mengharamkan yang halal atau
sebaliknya menghalalkan yang haram, etika bisnis Islam tidak membenarkan untuk melangsungkannya walaupun dengan dalih
kejujuran dan kepatuhan. f.
Prinsip Dasar Etika Islami Ajaran etika dalam Islam pada prinsipnya manusia dituntut
untuk berbuat baik pada dirinya sendiri, kepada manusia dan lingkungan alam di sekitarnya, dan kepada Tuhan selaku penciptaNya.
Terdapat lima prinsip yang mendasari etika Islam: 1
Unity Kesatuan Merupakan refleksi konsep tauhid yang memadukan
seluruh aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya menjadi keseluruhan yang homogen, konsisten dan
teratur. Adanya hubungan yang vertikal atau horizontal yaitu hubungan antarsesama manusia maupun manusia dengan
penciptanya.
16
2 Equilibrium Keseimbangan
Konsep ini hampir sama dengan konsep adil, berdimensi horizontal yang berhubungan dengan keseluruhan harmoni pada
alam semesta. Maka, keseimbangan, kebersamaan, kemoderatan merupakan prinsip etis yang harus diterapkan dalam aktivitas
maupun entitas bisnis. Praktik konsep ini dalam etika bisnis misalnya berlaku lurus dalam takaran atau timbangan.
17
Dalam beraktifitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil, tak terkecuali kepada pihak
yang tidak disukai. Pengertian adil diarahkan agar hak orang lain, hak lingkungan sosial, hak alam semesta dan hak Allah dan
Rasulnya berlaku sebagai stakeholder dari perilaku adil seseorang.
Semua hak-hak
tersebut harus
ditempatkan sebagaimana
mestinya sesuai
aturan syariah.
Tidak mengakomodir salah satu hak di atas, dapat menempatkan
16
A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah “Teori dan Praktik
The Celestial Management”, Jakarta: Salemba Empat, 2010, h. 34.
17
A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah “Teori dan Praktik
The Celestial Management”, h. 35.
seseorang tersebut kepada kedzaliman, karenanya orang yang adil akan lebih dekat kepada ketakwaan.
18
Allah berfirman
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu
jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa, dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
”. 3
Free Will Kebebasan Konsep ini berarti bebas memilih atau berkehendak sesuai
etika atau sebaliknya. Ayat Al Qur ‟an yang merupakan dasar dari
konsep ini adalah “Dan katakanlah Muhammad kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barang siapa yang menghendaki
beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa menghendaki
18
Faisal Badoren, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, h.78.
kafir biarlah ia kafir” QS.18:29. Jadi, saat seseorang menjadi muslim, ia harus menyerahkan kehendaknya kepada Allah.
19
4 Responsibility Tanggung Jawab
Adalah bentuk pertanggungjawaban kepada setiap tindakan. Menurut Sayid Quthb seperti dikutip oleh A. Riawan
Amin dan Tim PEBS FEUI, menyatakan bahwa prinsip pertanggungjawaban Islam adalah tanggung jawab yang
seimbang dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya, antara jiwa dan raga, antara orang dan keluarga, antara individu dan
masyarakat, serta antara masyarakat dengan masyarakat lainnya.
20
5 Benevolence Kebenaran
Kebenaran dalam konsep ini juga meliputi kebajikan dan kejujuran. Dalam bisnis, kebenaran dimaksudkan sebagai niat,
sikap, dan perilaku benar, yang meliputi proses transaksi, proses memperoleh komoditas, proses pengembangan produk, serta
proses pengolahan keuntungan kebajikan merupakan sikap ihsan, tindakan yang dapat memberi keuntungan terhadap orang lain.
21
19
A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah : Teori dan Praktik The Celestial Management”, h.35.
20
A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah : Teori dan Praktik The Celestial Management”, h.35.
21
A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah : Teori dan Praktik The Celestial Management”, h.36.
3. Perdagangan