Dalam uji t ini digunakan perumusan hipotesa sebagai berikut: H
: b
i
= b tidak ada pengaruh H
1
: b
i
b minimal terdapat satu pengaruh Dengan b
i
adalah koefisien variabel ke-i nilai parameter hipotesis, dan biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X
i
terhadap Y. Pengujian dilakukan melalui uji-t dengan membandingkan t
hitung
dengan t
tabel
. Hasil pengujian menunjukkan:
a. H
diterima apabila t
hitung
t
tabel
dengan tingkat kepercayaan sebesar α. Artinya tidak terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara
signifikan. b.
H ditolak apabila t
hitung
t
tabel
dengan tingkat kepercayaan sebesar α. Artinya terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara
signifikan.
2.4 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dinyatakan dengan R
2
untuk pengujian regresi linier berganda yang mencakup lebih dari dua variabel. Koefisien determinasi
digunakan untuk mengetahui proporsi keragaman total dalam variabel terikat Y yang dapat dijelaskan atau diterangkan oleh variabel - variabel bebas X yang ada
dalam model persamaan regresi linier berganda secara bersama - sama. Maka R
2
ditentukan oleh rumus: R
2
=
2.15
Universitas Sumatera Utara
Dengan: JK
reg
= jumlah kuadrat regresi ∑y
i 2
= ∑Y
i 2
–
2.5 Koefisien Korelasi
Analisis korelasi adalah alat statistik yang digunakan untuk mengetahui adanya derajat hubungan linier antara satu variabel dengan variabel yang lain. Dua
variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada satu variabel akan diikuti oleh perubahan variabel lain, baik dengan arah yang sama maupun dengan arah
yang berlawanan. Hubungan antar variabel dapat di kelompokkan menjadi 3 jenis hubungan sebagai berikut:
1. Korelasi Positif
Korelasi positif adalah korelasi dari dua variabel, yaitu apabila variabel yang satu X meningkat atau menurun maka variabel lainnya Y cenderung untuk
meningkat atau menurun pula.
Gambar 2.1. Korelasi positif 2.
Korelasi Negatif
Universitas Sumatera Utara
Korelasi negatif terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu X diikuti dengan perubahan variabel lain Y dengan arah yang berlawanan berbanding
terbalik begitu juga sebaliknya.
Gambar 2.2. Korelasi negatif 3.
Korelasi Nol Korelasi nol terjadi apabila kedua variabel X dan Y tidak menunjukkan
adanya hubungan.
Gambar 2.3. Korelasi nol
Besarnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dinyatakan dengan koefisien korelasi yang disimbolkan dengan „r‟.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mencari korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas atau r
y.1,2,...,k
dapat di cari dengan rumus: r
y.1,2,…,k
= 2.16
Sedangkan untuk mengetahui korelasi antarvariabel bebas dengan variabel bebas lainnya dapat di cari dengan rumus:
r
12
= 2.17
Nilai koefisien korelasi adalah - 1 ≤ r ≥ 1. Jika dua variabel berkorelasi
positif maka nilai koefisien korelasi akan mendekati +1 ; jika dua variabel berkorelasi negatif maka nilai koefisien korelasi akan mendekati -1 ; jika dua
variabel tidak berkorelasi maka koefisien korelasi akan mendekati 0.
Untuk lebih memudahkan mengetahui seberapa jauh derajat keerataan antarvariabel tersebut, berikut ini diberikan nilai - nilai dari Koefisien Korelasi
KK sebagai patokan. 1.
KK = 0, tidak ada korelasi. 2.
0 KK 0,20, korelasi sangat rendahlemah sekali. 3.
0,20 KK 0,40, korelasi rendahlemah tapi pasti. 4.
0,40 KK 0,70, korelasi yang cukup berarti. 5.
0,70 KK 0,90, korelasi yang tinggi, kuat. 6.
0,90 KK 1,00, korelasi sangat tinggi, kuat sekali, dapat diandalkan. 7.
KK = 1, berarti korelasi sempurna.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
SEJARAH DAN STRUKTUR BPS
3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik BPS