IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penelitian Pendahuluan
4.1.1 Penentuan dosis optimum koagulan
Pada penelitian pendahuluan ini, ditentukan dosis optimum koagulan awal partikel biji asam jawa untuk limbah cair industri tahu. Limbah cair industri tahu
terlebih dahulu diukur turbiditas, pH, TSS, dan COD awalnya, kemudian sampel limbah cair industri tahu sebanyak 200 ml dimasukkan ke dalam beaker glass 500 ml
dan diatur pH awalnya menjadi 6 dengan penambahan NaOH. Pengaturan pH 6 ini dikarenakan penggunaan alum sebagai pembanding yang memiliki kemampuan
optimal pada kisaran pH 6-7. Kemudian sampel diaduk dengan pengadukan cepat 100 rpm selama 1 menit dan pengadukan lambat 40 rpm selama 3 menit. Dosis
koagulan partikel biji asam jawa dengan ukuran partikel ayakan tepung adalah 1000 mgL hingga 5000mgL limbah cair industri tahu. Dari pengamatan yang telah
dilakukan, maka dosis optimum partikel biji asam jawa sebagai koagulan tercapai pada dosis 3000 mgL limbah cair industri tahu. Dengan proses yang sama dilakukan
juga untuk penentuan dosis optimum koagulasi awal untuk koagulan alum. Dengan koagulan alum, pada dosis 1000 mgL sampel sudah menunjukkan hasil yang
optimum. Penentuan dosis pada kondisi optimum dapat dilihat pada Gambar 7
berikut ini :
Dari Gambar 7 dibawah ini terlihat bahwa kekeruhan awal limbah cair
industri tahu dapat disisihkan sebesar 95,73 menggunakan alum dengan dosis 1000 mgL. Kekeruhan akan semakin meningkat seiring dengan penambahan dosis alum,
hal ini disebabkan karena dosis alum yang terlalu banyak sehingga kemampuan untuk menjernihkan limbah cair industri tahu menjadi jenuh.
Gambar 7 Grafik hubungan dosis koagulan alum dan partikel biji asam jawa terhadap penyisihan turbiditas pada pH 6 limbah cair industri tahu
Bila menggunakan partikel biji asam jawa, penyisihan kekeruhan tertinggi pada dosis 3000 mgL sebesar 81,57. Pada dosis 1000 mgL, kemampuan biji asam
dalam menjernihkan limbah cair industri tahu belum terlalu efektif sampai pada dosis 3000 mgL dan selanjutnya kekeruhan semakin meningkat dikarenakan larutan sudah
semakin jenuh.
4.1.2 Penentuan pH optimum koagulasi