2.3.3 Karakeristik Limbah Cair Industri Tahu
Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut
dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemaklah yang jumlahnya paling besar Nurhasan dan
Pramudyanto, 1991, yang mencapai 40 - 60 protein, 25 – 50 karbohidrat, dan 10 lemak Sugiharto, 1994. Semakin lama jumlah dan jenis bahan organik ini
semakin banyak, dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme didalam air limbah tahu tersebut.
Berdasarkan hasil studi Balai Perindustrian Medan terhadap karakteristik air buangan industri tahu di Medan Bappeda Medan, 1993, diketahui bahwa limbah
cair industri tahu rata-rata mengandung BOD 4583 mgl; COD 7050 mgl, TSS 4743 mgl dan minyak atau lemak 26 mgl serta pH 6,1. Sementara menurut
Laporan EMDI Bapedal 1994 limbah cair industri tersebut rata-rata mengandung BOD, COD dan TSS berturut - turut sebesar 3250, 6520, dan 1500 mgl.
2.4 Padatan Total
Alerts dan Sri 1978 menjelaskan bahwa dalam air alam terdapat dua kelompok zat yaitu zat terlarut garam, molekul organis dan zat padat tersuspensi koloid.
Perbedaan pokok antara kedua kelompok ini ditentukan melalui ukuran-ukuran partikelnya. Analisis zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-
komponen air secara lengkap, serta untuk perencanaan serta pengawasan proses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam air buangan.
Jenis partikel koloid tersebut adalah penyebab kekeruhan dalam air efek Tyndall yang disebabkan oleh penyimpangan sinar nyata yang menembus suspensi tersebut.
Partikel-partikel koloid tersebut tidak terlihat secara visual sedangkan larutannya tanpa partikel koloid terdiri dari ion-ion dan molekul-molekul yang tidak pernah
keruh. Larutan menjadi keruh bila terjadi pengendapan yang merupakan keadaan kejenuhan dari suatu senyawa kimia. Partikel-partikel tersuspensi biasa, mempunyai
ukuran lebih besar dari partikel koloid dan dapat menghalangi sinar yang akan menembus suspensi.
Dalam analisa zat padat, pengertian zat padat total adalah semua zat-zat padat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sampel air dalam bejana tersebut
dikeringkan pada suhu tertentu. Zat padat total terdiri dari zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi yang dapat bersifat organik dan inorganik seperti dijelaskan dalam
skema berikut ini : Zat Padat Total
Total padatan terlarut TDS Total padatan tersuspensi TSS Zat padat terendap Zat padat teruapkan Zat padat teruapkan Zat padat terendap
anorganik organik organik anorganik
Total zat padat volatil Total zat padat terendap
Sumber : Alerts dan Sri 1978
Gambar 3 Skema pembagian zat padat
2.5 Kekeruhan Turbidity
Kekeruhan adalah sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan adsorbsi cahaya yang melaluinya. Uji kekeruhan adalah mengukur suatu sifat optik dari suatu
sampel air yaitu hasil penyebaran dan penyerapan cahaya oleh bahan-bahan pertikel yang terdapat dalam sampel. Jumlah dari kekeruhan yang terukur tergantung pada
berbagai macam variabel seperti : ukuran, bentuk dan indeks refraksi dari pertikel. Kekeruhan tidak mempunyai hubungan langsung terhadap berat berbagai bahan yang
terdapat pada suspensi karena bentuk dan indeks refraksi dari berbagai pertikel mempunyai efek terhadap penyebaran sinar dari suspensi Alerts dan Sri, 1978.
Ada tiga metode pengukuran kekeruhan, yaitu : 1.
Metode Neflometrik unit kekeruhan NTU dan FTU 2.
Metode Helliege Turbidimeter unit kekeruhan Silika 3.
Metode Visuil unit kekeruhan Jakson Kekeruhan dapat dihilangkan melalui penambahan sejenis bahan kimia dengan
sifat-sifat tertentu seperti : tawas, garam-garam Fe III atau suatu polielektrolit organik. Selain penambahan flokulan diperlukan pengadukan sampai flok-flok
terbentuk. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan akhirnya mengendap.
2.6 Chemical Oxygen Demand COD