2.5 Kekeruhan Turbidity
Kekeruhan adalah sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan adsorbsi cahaya yang melaluinya. Uji kekeruhan adalah mengukur suatu sifat optik dari suatu
sampel air yaitu hasil penyebaran dan penyerapan cahaya oleh bahan-bahan pertikel yang terdapat dalam sampel. Jumlah dari kekeruhan yang terukur tergantung pada
berbagai macam variabel seperti : ukuran, bentuk dan indeks refraksi dari pertikel. Kekeruhan tidak mempunyai hubungan langsung terhadap berat berbagai bahan yang
terdapat pada suspensi karena bentuk dan indeks refraksi dari berbagai pertikel mempunyai efek terhadap penyebaran sinar dari suspensi Alerts dan Sri, 1978.
Ada tiga metode pengukuran kekeruhan, yaitu : 1.
Metode Neflometrik unit kekeruhan NTU dan FTU 2.
Metode Helliege Turbidimeter unit kekeruhan Silika 3.
Metode Visuil unit kekeruhan Jakson Kekeruhan dapat dihilangkan melalui penambahan sejenis bahan kimia dengan
sifat-sifat tertentu seperti : tawas, garam-garam Fe III atau suatu polielektrolit organik. Selain penambahan flokulan diperlukan pengadukan sampai flok-flok
terbentuk. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan akhirnya mengendap.
2.6 Chemical Oxygen Demand COD
Kebutuhan oksigen kimiawi atau COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi
kimia. Dalam hai ini, bahan buangan organik akan dioksidasi oleh Kalium bikromat K
2
Cr
2
O
7
menjadi gas CO
2
dan H
2
O serta sejumlah ion krom. Kalium bikromat digunakan sebagai sumber oksigen oxidizing agent. Oksidasi terhadap bahan
buangan organik akan mengikuti reaksi berikut : C
a
H
b
O
c
+ Cr
2
O
7 2-
+ H
+
CO
2
+ H
2
O + Cr
3+ katalis
Reaksi tersebut perlu pemanasan dan juga penambahan katalis perak sulfat Ag
2
SO
4
untuk mempercepat reaksi. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan
buangan organik sama dengan jumlah kalium bikromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti semakin banyak oksigen yang diperlukan semakin banyak juga
kalium bikromat yang terpakai.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian berlangsung
selama 3 bulan yaitu dari bulan Mei sampai Juli 2008.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
3.2.1.1 Bahan baku
Bahan baku dalam percobaan ini adalah limbah cair industri tahu. Limbah cair diambil dari salah satu industri tahu yang ada di Medan dan dibawa ke laboratorium,
Total Suspended Solid TSS, turbiditas, COD dan pH awal limbah cair industri tahu yang digunakan terlebih dahulu diukur.
3.2.1.2 Bahan koagulan
Bahan koagulan yang digunakan dalam percobaan ini adalah biji asam jawa Tamarindus indica yang diambil dari sekitar komplek USU dan sebagai
pembanding digunakan alum aluminium sulfat. Untuk membuat koagulan biji asam jawa, buah asam yang sudah matang
berwarna coklat dan kering secara alamiah di pohonnya diambil lalu bijinya di
pisahkan dari daging buahnya. Biji dengan cangkangnya yang bersih lalu di blender hingga menjadi serbuk dan diayak dengan menggunakan ukuran partikel yang
berbeda-beda lalu dikeringkan dalam oven panas pada suhu 105
o
C selama 30 menit untuk menghomogenkan dan menurunkan kadar airnya hingga konstan. Serbuk biji
asam jawa selanjutnya sudah siap digunakan sebagai koagulan.
3.2.1.3 Bahan kimia
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam sulfat pekat 15 dan natrium hidroksida teknis untuk menurunkan dan menaikkan pH
limbah cair industri tahu.
3.2.2 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1.
Peralatan Jar Test 2.
pH meter digital 3.
Turbidimeter 4.
Neraca Analitik 5.
Stop watch 6.
Oven 7.
Beaker glass 8.
Gelas ukur 9.
Erlenmeyer
10. Kertas saring Whatman
11. Blender
12. Ayakan mesh 50, 100 dan 140
13. Pipet volume
14. COD meter
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Prosedur penelitian pengaruh penyisihan turbiditas terhadap variasi pH
limbah cair industri tahu pada proses koagulasi flokulasi
Prosedur penelitian pengaruh penyisihan turbiditas terhadap variasi pH limbah cair industri tahu pada proses koagulasi flokulasi adalah sebagai berikut :
1. Turbiditas turbidity, TSS, COD dan pH awal limbah cair industri tahu
diukur sebagai kontrol 2.
Sampel limbah cair industri tahu sebanyak 200 mL digunakan pada alat jar test. Derajat keasaman pH sampel diatur hingga 6 dengan menambahkan
NaOH. Serbuk biji asam jawa ditambahkan dengan variasi 1000 mgL sampai 5000 mgL limbah cair industri tahu. Setelah setiap penambahan, sampel
diaduk cepat 100 rpm selama 1 satu menit lalu diikuti dengan pengadukan lambat 40 rpm selama 3 tiga menit.
3. Dosis koagulan yang menghasilkan penyisihan turbiditas tertinggi pada
langkah 2 digunakan. Beaker jar test diisi dengan sampel sebanyak 200 mL dan pH-nya diatur dengan menambahkan NaOH dan H
2
SO
4
untuk 4, 6, 8 dan
10. sampel kemudian diaduk cepat selama 3 menit proses koagulasi dan diikuti dengan pengadukan lambat selama 12 menit proses flokulasi lalu
didiamkan mengendap selama 60 menit. Turbiditas supernatan dari masing- masing sampel diukur
4. Prosedur 2 hingga 4 diulangi untuk koagulan alum sebagai pembanding.
Bagan alir penelitian selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini :
koagulan
Beaker Jar Test 200 ml, pH : 4, 6, 8 dan 10
Pengadukan 100 rpm, 3 menit dilanjutkan 40 rpm, 12 menit
Limbah Cair Wadah
TSS, COD, turbiditas pH awal
Beaker Jar Test 200 ml, pH : 6
Pengadukan 100 rpm, 1 menit
40 rpm, 3 menit
Pengendapan 60 menit
Grafik Turbiditas –vs- pH
pH optimum Turbiditas akhir
Dosis optimum koagulan awal
Gambar 4 Bagan alir penelitian pengaruh penyisihan turbiditas terhadap variasi pH limbah cair industri tahu pada proses koagulasi
flokulasi
3.3.2
Prosedur penelitian pengaruh dosis koagulan terhadap turbiditas limbah cair industri tahu pada proses koagulasi flokulasi
Prosedur penelitian pengaruh dosis koagulan terhadap turbiditas limbah cair industri tahu pada proses koagulasi flokulasi adalah sebagai berikut :
1. Beaker diisi lagi dengan sampel limbah cair industri tahu sebanyak 200 ml
dan pH-nya diatur sesuai dengan pH yang menghasilkan turbiditas supernatan sampel optimum pada bagian 3.3.1 di atas. Kemudian koagulan ditambahkan
ke dalam Beaker sebanyak masing-masing 1000 mgl hingga 5000 mgl limbah cair industri tahu. Sampel kemudian diaduk cepat selama 3 tiga
menit dan diikuti dengan pengadukan lambat selama 12 dua belas menit lalu didiamkan dibiarkan mengendap selama 60 menit. Turbiditas supernatan
dari masing-masing sampel diukur 2.
Persen penyisihan turbiditas– vs – dosis koagulan diplot pada kertas grafik lalu dosis optimumnya dipilih.
3. Prosedur 1 dan 2 diulangi lagi untuk koagulan alum sebagai pembanding.
Bagan alir penelitian selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini :
Pengendapan 60 menit
Koagulan biji asam mg : 1000, 2000, 3000, 4000
dan 5000
Grafik Turbiditas-vs- dosis koagulan
Dosis optimum Limbah Cair
Wadah TSS, COD, turbiditas pH awal
Beaker Jar Test 200 mL, pH optimum
Pengadukan 100 rpm, 3 menit
40 rpm, 12 menit
Turbiditas, TSS dan COD akhir
Gambar 5 Bagan alir penelitian pengaruh dosis koagulan terhadap turbiditas limbah cair industri tahu pada proses koagulasi flokulasi
3.3.3 Prosedur penelitian kombinasi antara dosis koagulan biji asam jawa dan
alum terhadap turbiditas limbah cair industri tahu pada proses koagulasi flokulasi
Prosedur penelitian kombinasi antara dosis koagulan biji asam jawa dan alum terhadap turbiditas limbah cair industri tahu pada proses koagulasi flokulasi, adalah
sebagai berikut : 1.
Beaker diisi lagi dengan sampel limbah cair sebanyak 200 mL dan pH-nya diatur sesuai dengan pH yang menghasilkan turbiditas supernatan sampel
optimum pada bagian 3.3.1 di atas. Kemudian koagulan ditambahkan ke dalam Beaker dengan kombinasi antara dosis koagulan biji asam jawa dan
alum masing-masing 1:4; 2:3; 3:2 dan 4:1 dari dosis koagulan biji asam jawa optimum pada langkah 2 bagian 3.3.2 di atas. sampel kemudian diaduk cepat
selama 3 tiga menit dan diikuti dengan pengadukan lambat selama 12 dua belas menit lalu didiamkan dibiarkan mengendap selama 60 menit.
Turbiditas supernatan dari masing-masing sampel diukur 2.
Persen penyisihan turbiditas– vs – dosis koagulan diplot pada kertas grafik lalu dosis optimumnya dipilih.
Bagan alir penelitian selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini :
Pengendapan 60 menit
Kombinasi biji asam jawa dan alum mg :
1:4, 2:3, 3:2 dan 4:1
Grafik Turbiditas-vs- dosis kombinasi koagulan
Dosis kombinasi optimum
Limbah Cair Wadah
TSS, COD, turbiditas pH awal
Beaker Jar Test 200 mL, pH optimum
Pengadukan 100 rpm, 3 menit
40 rpm, 12 menit
Turbiditas, TSS dan COD akhir
Gambar 6 Bagan alir penelitian pengaruh kombinasi antara dosis koagulan biji asam jawa dan alum terhadap turbiditas limbah cair industri tahu
pada proses koagulasi flokulasi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penelitian Pendahuluan
4.1.1 Penentuan dosis optimum koagulan
Pada penelitian pendahuluan ini, ditentukan dosis optimum koagulan awal partikel biji asam jawa untuk limbah cair industri tahu. Limbah cair industri tahu
terlebih dahulu diukur turbiditas, pH, TSS, dan COD awalnya, kemudian sampel limbah cair industri tahu sebanyak 200 ml dimasukkan ke dalam beaker glass 500 ml
dan diatur pH awalnya menjadi 6 dengan penambahan NaOH. Pengaturan pH 6 ini dikarenakan penggunaan alum sebagai pembanding yang memiliki kemampuan
optimal pada kisaran pH 6-7. Kemudian sampel diaduk dengan pengadukan cepat 100 rpm selama 1 menit dan pengadukan lambat 40 rpm selama 3 menit. Dosis
koagulan partikel biji asam jawa dengan ukuran partikel ayakan tepung adalah 1000 mgL hingga 5000mgL limbah cair industri tahu. Dari pengamatan yang telah
dilakukan, maka dosis optimum partikel biji asam jawa sebagai koagulan tercapai pada dosis 3000 mgL limbah cair industri tahu. Dengan proses yang sama dilakukan
juga untuk penentuan dosis optimum koagulasi awal untuk koagulan alum. Dengan koagulan alum, pada dosis 1000 mgL sampel sudah menunjukkan hasil yang
optimum. Penentuan dosis pada kondisi optimum dapat dilihat pada Gambar 7
berikut ini :
Dari Gambar 7 dibawah ini terlihat bahwa kekeruhan awal limbah cair
industri tahu dapat disisihkan sebesar 95,73 menggunakan alum dengan dosis 1000 mgL. Kekeruhan akan semakin meningkat seiring dengan penambahan dosis alum,
hal ini disebabkan karena dosis alum yang terlalu banyak sehingga kemampuan untuk menjernihkan limbah cair industri tahu menjadi jenuh.
Gambar 7 Grafik hubungan dosis koagulan alum dan partikel biji asam jawa terhadap penyisihan turbiditas pada pH 6 limbah cair industri tahu
Bila menggunakan partikel biji asam jawa, penyisihan kekeruhan tertinggi pada dosis 3000 mgL sebesar 81,57. Pada dosis 1000 mgL, kemampuan biji asam
dalam menjernihkan limbah cair industri tahu belum terlalu efektif sampai pada dosis 3000 mgL dan selanjutnya kekeruhan semakin meningkat dikarenakan larutan sudah
semakin jenuh.
4.1.2 Penentuan pH optimum koagulasi
Setelah didapatkan dosis optimum koagulasi awal dengan pH 6 untuk masing masing koagulan partikel biji asam jawa dan alum selanjutnya dilakukan pengaturan
pH limbah cair industri tahu menjadi 4, 6, 8 dan 10. Limbah cair industri tahu dengan
turbiditas awal 586 NTU dan pH awal 4 Tabel 2 dimasukkan ke dalam beaker glass
500 ml sebanyak 200 ml kemudian diatur pH-nya dengan menambahkan NaOH untuk menaikkan pH dan H
2
SO
4
pekat 15 untuk menurunkan pH. Kemudian ditambahkan dosis optimum koagulasi awal, yaitu 1000 mgL limbah cair industri
tahu untuk alum dan 3000 mgL limbah cair industri tahu untuk partikel biji asam jawa, dilakukan pengadukan cepat 100 rpm selama 3 menit dan pengadukan lambat
40 rpm selama 12 menit. Penyisihan turbiditas akhir sampel untuk penggunaan
masing-masing koagulan pada pH yang berbeda ditunjukkan pada Gambar 8
dibawah ini.
Gambar 8 Grafik hubungan pH sampel terhadap penyisihan turbiditas limbah cair industri tahu menggunakan koagulan alum dan biji asam jawa
Pada Gambar 8, koagulan partikel biji asam jawa memiliki pH optimum
limbah pada pH 4 dengan turbiditas tersisihkan sebesar 83,62, sedangkan koagulan alum memiliki pH optimum limbah pada pH 6 dengan turbiditas tersisihkan sebesar
95,73. Koagulan biji asam jawa bekerja efektif pada pH 4 mungkin disebabkan karena kandungan asam tertarat yang terdapat pada bijinya, sehingga ion H
+
pada asam tertarat tersebut berikatan dengan ion negatif pada partikel koloid limbah cair
industri tahu membentuk suatu lapisan yang lama-kelamaan akan semakin membesar yang disebut flok. Hal ini berarti pengolahan limbah cair industri tahu menggunakan
koagulan partikel biji asam jawa tidak memerlukan pengaturan pH untuk proses koagulasi-flokulasi, karena pada pH alami 4 proses koagulasi-flokulasi terjadi lebih
optimal. Pada koagulan alum, pH optimumnya berada pada pH 6 dengan turbiditas akhir 25 NTU. Dengan menggunakan kedua pH tersebut, yaitu pH 4 dan 6 proses
selanjutnya dapat dilakukan.
4.2 Pengaruh dosis koagulan partikel biji asam jawa dan alum terhadap
penyisihan turbiditas limbah cair industri tahu 4.2.1
pH 4 limbah cair industri tahu untuk beberapa ukuran partikel
Pengaruh dosis koagulan partikel biji asam jawa dan alum terhadap penyisihan turbiditas pada pH 4 limbah cair industri tahu untuk beberapa ukuran partikel
ditunjukkan pada Gambar 9 berikut ini :
Gambar 9 Grafik hubungan dosis koagulan terhadap penyisihan turbiditas pada pH 4 limbah cair industi tahu
Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa partikel biji asam jawa mampu
menurunkan turbiditas limbah cair industri tahu pada berbagai ukuran partikel bahkan pada dosis tertentu penyisihan kekeruhannya lebih baik daripada menggunakan
koagulan alum yaitu pada dosis 1000 mgL sampai 3000 mgL. Penyisihan turbiditas optimum diperoleh pada dosis koagulan partikel biji asam jawa 3000 mgL limbah
cair menggunakan ukuran partikel 140 mesh pada pH 4 limbah cair industri tahu
sebesar 87,88, bila dibandingkan dengan koagulan alum pada dosis dan pH yang sama hanya mampu menunjukkan penyisihan turbiditas sebesar 59,72. Pada
partikel biji asam jawa berdasarkan data pengamatan menunjukkan kemampuan yang lebih besar terhadap penyisihan turbiditas limbah cair industri tahu pada pH 4 karena
berdasarkan penelitian pendahuluan antara pH 4, 6, 8 dan 10 kinerja partikel biji asam jawa lebih optimal ditunjukkan pada pH 4. Koagulan alum memiliki pH optimum 6
sehingga pada kondisi pH 4 koagulan alum kurang mampu memberikan penyisihan turbiditas yang optimum karena pada pH 4,3 gugus utamanya berupa oligomer seperti
Al
13
O
40
H
48 7+
atau gugus yang berhubungan yang mengandung sulfat, sedangkan pada pH 3 atau lebih kecil, gugus utamanya adalah suatu hidrat dari Al
3+
,. Dengan pH antara 6 dan 9,5, gugus utamanya adalah AlOH
3
Mini-Encyclopedia of Papermaking Wet-End Chemistry,2008.
Ukuran partikel sangat berpengaruh terhadap penyisihan turbiditas karena semakin kecil ukuran partikel, maka luas bidang kontak antara koagulan dengan
limbah cair industri tahu akan semakin besar yang ditunjukkan dari data pengamatan yang telah dilakukan, dimana pada ukuran partikel ayakan tepung, partikel biji asam
jawa kurang memberikan hasil yang signifikan dibandingkan dengan menggunakan ukuran partikel 140 mesh.
Dosis koagulan sangat berpengaruh terhadap penyisihan turbiditas limbah cair industri tahu karena dengan memberikan dosis yang tepat maka penyisihan turbiditas
sampel akan semakin signifikan. Pada percobaan, dosis optimum partikel biji asam jawa ditunjukkan pada 3000 mgL limbah cair industri tahu dengan penyisihan
turbiditas terbesar adalah 87,88. Dosis koagulan partikel biji asam jawa ini tidak melebihi konsentrasi koagulan yang ditentukan menurut Wagner 2001 yaitu antara
0,5 persen dan kurang dari 1,0 persen, jika diasumsikan dalam persen berat per volum bv dimana 1 bv 1 gram koagulan dalam 100ml limbah. Menurut Wiley 1955
suatu koagulan dikatakan efektif, apabila mampu mengurangi nilai turbiditas sebesar 50 sehingga koagulan partikel biji asam jawa ini merupakan koagulan yang efektif
untuk menurunkan turbiditas limbah cair industri tahu.
4.2.2 pH 6 limbah cair industri tahu untuk beberapa ukuran partikel
Pengaruh dosis koagulan partikel biji asam jawa dan alum terhadap penyisihan turbiditas pada pH 6 limbah cair industri tahu untuk beberapa ukuran
partikel ditunjukkan pada Gambar 10 berikut ini :
Gambar 10 Grafik hubungan dosis koagulan terhadap penyisihan turbiditas pada pH 6 limbah cair industi tahu
Pada Gambar 10 diperoleh koagulan alum dengan dosis 1000 mgL limbah
cair industri tahu menunjukkan penyisihan turbiditas yang optimum sebesar 95,73 sedangkan penyisihan turbiditas terbaik untuk koagulan partikel biji asam jawa
diperoleh dengan dosis 3000 mgL limbah cair 140 mesh yaitu sebesar 81,40. Pada pH 6 limbah cair industri tahu ini merupakan pH optimum bagi koagulan alum,
sehingga dosis yang dibutuhkan untuk proses koagulasi-flokulasi tidak terlalu besar yaitu 1000 mgL limbah cair industri tahu, sehingga apabila dosis tersebut semakin
ditambah menjadi 2000 mgL limbah cair industri tahu akan mengakibatkan terjadinya pengotoran akibat dosis yang berlebihan dan larutan akan menjadi jenuh.
Pada pH 6 limbah cair industri tahu ini, alum akan terdisosiasi melepaskan kation Al
- 3+
yang akan menurunkan zeta potensial dari partikel. Selain gaya tolak-menolak antar partikel menjadi berkurang, akibatnya penambahan gaya mekanis seperti
pengadukan akan mempermudah terjadinya tumbukan yang akan dilanjutkan dengan penggabungan partikel-partikel yang akan membentuk flok yang berukuran lebih
besar. Selain itu, ukuran partikel yang semakin kecil membuat bidang kontak antara partikel koagulan dengan limbah cair akan semakin besar sehingga proses tumbukan
antar partikel akan semakin besar, mengakibatkan terbentuk flok yang semakin besar juga.
Sedangkan koagulan biji asam jawa dosis optimumnya 3000 mgL limbah cair industri tahu. Meskipun memiliki dosis optimum yang sama pada pH 4 limbah cair
industri tahu, tetapi persentase penyisihan turbiditas semakin kecil karena koagulan partikel biji asam jawa tidak bekerja pada pH optimumnya yaitu pada pH 4 limbah
cair industri tahu. Dengan bertambahnya dosis koagulan, akan menyebabkan larutan semakin jenuh sehingga koagulan yang tersisa akan mengotori larutan yang ada.
Ukuran partikel 140 mesh merupakan ukuran yang paling ideal untuk proses koagulasi dalam penelitian ini karena memberikan hasil yang cukup signifikan
dibandingkan dengan ukuran partikel lainnya karena luas kontak antara partikel koagulan biji asam jawa dengan limbah cair industri tahu semakin besar.
4.3 Pengaruh kombinasi dosis koagulan partikel biji asam jawa dan alum
terhadap penyisihan turbiditas limbah cair industri tahu
Setelah menemukan dosis koagulan yang paling optimum untuk menyisihkan turbiditas limbah cair industri tahu, maka dilakukan kombinasi dosis koagulan antara
koagulan partikel biji asam jawa ukuran partikel 140 mesh dengan koagulan alum menggunakan rasio kombinasi 1:4 ; 2:3 ; 3:2 dan 4:1 pada pH 4 dan 6 limbah cair
industri tahu. Penyisihan turbiditas yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 11
berikut ini :
Gambar 11 Grafik hubungan kombinasi dosis koagulan partikel biji asam jawa dengan alum terhadap penyisihan turbiditas pada pH 4 dan 6
limbah cair industri tahu
Dari Gambar 11, diperoleh pada pH 4 limbah cair industri tahu, penyisihan
turbiditas tertinggi ditunjukkan pada kombinasi partikel biji asam jawa dengan alum 2:3 yaitu sebesar 87,88. Hal ini disebabkan karena koagulan partikel biji asam jawa
bekerja maksimal pada pH 4. Sedangkan penyisihan turbiditas terbaik pada rasio
kombinasi dosis koagulan partikel biji asam jawa dan alum 1:4 dan 2:3 pada pH 6 limbah cair industri tahu masing-masing sebesar 91,64 dan 90,44. Penyisihan
turbiditas tertinggi terdapat pada pH 6 limbah cair industri tahu karena partikel biji asam jawa ini lebih efektif jika dikombinasikan dengan koagulan alum dengan dosis
koagulan alum yang lebih besar sehingga pH limbah cair industri tahu yang paling optimum mengikuti pH optimum koagulan alum yaitu pada pH 6.
Jika dibandingkan dengan kinerja masing-masing koagulan sendiri-sendiri dari
grafik pada Gambar 10 halaman 33, maka kombinasi kedua koagulan dengan
kombinasi yang tepat akan memberikan tingkat penyisihan turbiditas yang lebih baik. Sebagai contoh, pada pH 6 limbah cair industri tahu koagulan partikel biji asam
dengan dosis 1000 mgL hanya mampu menurunkan turbiditas sebesar 53,24, sedangkan alum dengan dosis 4000 mgL hanya mampu menurunkan tingkat
turbiditas sebesar 51,88. Beda halnya apabila kedua koagulan ini dikombinasikan dengan kombinasi 1:4 pada pH 6 limbah cair industri tahu yang dapat menyisihkan
turbiditas hingga 91,64.
4.4 Pengaruh dosis koagulan partikel biji asam jawa dan alum terhadap