Chemical Oxygen Demand COD Lokasi dan Waktu Penelitian Pengaruh kombinasi dosis koagulan partikel biji asam jawa dan alum

2.5 Kekeruhan Turbidity

Kekeruhan adalah sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan adsorbsi cahaya yang melaluinya. Uji kekeruhan adalah mengukur suatu sifat optik dari suatu sampel air yaitu hasil penyebaran dan penyerapan cahaya oleh bahan-bahan pertikel yang terdapat dalam sampel. Jumlah dari kekeruhan yang terukur tergantung pada berbagai macam variabel seperti : ukuran, bentuk dan indeks refraksi dari pertikel. Kekeruhan tidak mempunyai hubungan langsung terhadap berat berbagai bahan yang terdapat pada suspensi karena bentuk dan indeks refraksi dari berbagai pertikel mempunyai efek terhadap penyebaran sinar dari suspensi Alerts dan Sri, 1978. Ada tiga metode pengukuran kekeruhan, yaitu : 1. Metode Neflometrik unit kekeruhan NTU dan FTU 2. Metode Helliege Turbidimeter unit kekeruhan Silika 3. Metode Visuil unit kekeruhan Jakson Kekeruhan dapat dihilangkan melalui penambahan sejenis bahan kimia dengan sifat-sifat tertentu seperti : tawas, garam-garam Fe III atau suatu polielektrolit organik. Selain penambahan flokulan diperlukan pengadukan sampai flok-flok terbentuk. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan akhirnya mengendap.

2.6 Chemical Oxygen Demand COD

Kebutuhan oksigen kimiawi atau COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Dalam hai ini, bahan buangan organik akan dioksidasi oleh Kalium bikromat K 2 Cr 2 O 7 menjadi gas CO 2 dan H 2 O serta sejumlah ion krom. Kalium bikromat digunakan sebagai sumber oksigen oxidizing agent. Oksidasi terhadap bahan buangan organik akan mengikuti reaksi berikut : C a H b O c + Cr 2 O 7 2- + H + CO 2 + H 2 O + Cr 3+ katalis Reaksi tersebut perlu pemanasan dan juga penambahan katalis perak sulfat Ag 2 SO 4 untuk mempercepat reaksi. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organik sama dengan jumlah kalium bikromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti semakin banyak oksigen yang diperlukan semakin banyak juga kalium bikromat yang terpakai. III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian berlangsung selama 3 bulan yaitu dari bulan Mei sampai Juli 2008.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

3.2.1.1 Bahan baku

Bahan baku dalam percobaan ini adalah limbah cair industri tahu. Limbah cair diambil dari salah satu industri tahu yang ada di Medan dan dibawa ke laboratorium, Total Suspended Solid TSS, turbiditas, COD dan pH awal limbah cair industri tahu yang digunakan terlebih dahulu diukur.

3.2.1.2 Bahan koagulan

Bahan koagulan yang digunakan dalam percobaan ini adalah biji asam jawa Tamarindus indica yang diambil dari sekitar komplek USU dan sebagai pembanding digunakan alum aluminium sulfat. Untuk membuat koagulan biji asam jawa, buah asam yang sudah matang berwarna coklat dan kering secara alamiah di pohonnya diambil lalu bijinya di pisahkan dari daging buahnya. Biji dengan cangkangnya yang bersih lalu di blender hingga menjadi serbuk dan diayak dengan menggunakan ukuran partikel yang berbeda-beda lalu dikeringkan dalam oven panas pada suhu 105 o C selama 30 menit untuk menghomogenkan dan menurunkan kadar airnya hingga konstan. Serbuk biji asam jawa selanjutnya sudah siap digunakan sebagai koagulan.

3.2.1.3 Bahan kimia

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam sulfat pekat 15 dan natrium hidroksida teknis untuk menurunkan dan menaikkan pH limbah cair industri tahu.

3.2.2 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Peralatan Jar Test 2. pH meter digital 3. Turbidimeter 4. Neraca Analitik 5. Stop watch 6. Oven 7. Beaker glass 8. Gelas ukur 9. Erlenmeyer 10. Kertas saring Whatman 11. Blender 12. Ayakan mesh 50, 100 dan 140 13. Pipet volume 14. COD meter

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Prosedur penelitian pengaruh penyisihan turbiditas terhadap variasi pH

limbah cair industri tahu pada proses koagulasi flokulasi Prosedur penelitian pengaruh penyisihan turbiditas terhadap variasi pH limbah cair industri tahu pada proses koagulasi flokulasi adalah sebagai berikut : 1. Turbiditas turbidity, TSS, COD dan pH awal limbah cair industri tahu diukur sebagai kontrol 2. Sampel limbah cair industri tahu sebanyak 200 mL digunakan pada alat jar test. Derajat keasaman pH sampel diatur hingga 6 dengan menambahkan NaOH. Serbuk biji asam jawa ditambahkan dengan variasi 1000 mgL sampai 5000 mgL limbah cair industri tahu. Setelah setiap penambahan, sampel diaduk cepat 100 rpm selama 1 satu menit lalu diikuti dengan pengadukan lambat 40 rpm selama 3 tiga menit. 3. Dosis koagulan yang menghasilkan penyisihan turbiditas tertinggi pada langkah 2 digunakan. Beaker jar test diisi dengan sampel sebanyak 200 mL dan pH-nya diatur dengan menambahkan NaOH dan H 2 SO 4 untuk 4, 6, 8 dan 10. sampel kemudian diaduk cepat selama 3 menit proses koagulasi dan diikuti dengan pengadukan lambat selama 12 menit proses flokulasi lalu didiamkan mengendap selama 60 menit. Turbiditas supernatan dari masing- masing sampel diukur 4. Prosedur 2 hingga 4 diulangi untuk koagulan alum sebagai pembanding. Bagan alir penelitian selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini : koagulan Beaker Jar Test 200 ml, pH : 4, 6, 8 dan 10 Pengadukan 100 rpm, 3 menit dilanjutkan 40 rpm, 12 menit Limbah Cair Wadah TSS, COD, turbiditas pH awal Beaker Jar Test 200 ml, pH : 6 Pengadukan 100 rpm, 1 menit 40 rpm, 3 menit Pengendapan 60 menit Grafik Turbiditas –vs- pH pH optimum Turbiditas akhir Dosis optimum koagulan awal Gambar 4 Bagan alir penelitian pengaruh penyisihan turbiditas terhadap variasi pH limbah cair industri tahu pada proses koagulasi flokulasi 3.3.2 Prosedur penelitian pengaruh dosis koagulan terhadap turbiditas limbah cair industri tahu pada proses koagulasi flokulasi Prosedur penelitian pengaruh dosis koagulan terhadap turbiditas limbah cair industri tahu pada proses koagulasi flokulasi adalah sebagai berikut : 1. Beaker diisi lagi dengan sampel limbah cair industri tahu sebanyak 200 ml dan pH-nya diatur sesuai dengan pH yang menghasilkan turbiditas supernatan sampel optimum pada bagian 3.3.1 di atas. Kemudian koagulan ditambahkan ke dalam Beaker sebanyak masing-masing 1000 mgl hingga 5000 mgl limbah cair industri tahu. Sampel kemudian diaduk cepat selama 3 tiga menit dan diikuti dengan pengadukan lambat selama 12 dua belas menit lalu didiamkan dibiarkan mengendap selama 60 menit. Turbiditas supernatan dari masing-masing sampel diukur 2. Persen penyisihan turbiditas– vs – dosis koagulan diplot pada kertas grafik lalu dosis optimumnya dipilih. 3. Prosedur 1 dan 2 diulangi lagi untuk koagulan alum sebagai pembanding. Bagan alir penelitian selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini : Pengendapan 60 menit Koagulan biji asam mg : 1000, 2000, 3000, 4000 dan 5000 Grafik Turbiditas-vs- dosis koagulan Dosis optimum Limbah Cair Wadah TSS, COD, turbiditas pH awal Beaker Jar Test 200 mL, pH optimum Pengadukan 100 rpm, 3 menit 40 rpm, 12 menit Turbiditas, TSS dan COD akhir Gambar 5 Bagan alir penelitian pengaruh dosis koagulan terhadap turbiditas limbah cair industri tahu pada proses koagulasi flokulasi

3.3.3 Prosedur penelitian kombinasi antara dosis koagulan biji asam jawa dan

alum terhadap turbiditas limbah cair industri tahu pada proses koagulasi flokulasi Prosedur penelitian kombinasi antara dosis koagulan biji asam jawa dan alum terhadap turbiditas limbah cair industri tahu pada proses koagulasi flokulasi, adalah sebagai berikut : 1. Beaker diisi lagi dengan sampel limbah cair sebanyak 200 mL dan pH-nya diatur sesuai dengan pH yang menghasilkan turbiditas supernatan sampel optimum pada bagian 3.3.1 di atas. Kemudian koagulan ditambahkan ke dalam Beaker dengan kombinasi antara dosis koagulan biji asam jawa dan alum masing-masing 1:4; 2:3; 3:2 dan 4:1 dari dosis koagulan biji asam jawa optimum pada langkah 2 bagian 3.3.2 di atas. sampel kemudian diaduk cepat selama 3 tiga menit dan diikuti dengan pengadukan lambat selama 12 dua belas menit lalu didiamkan dibiarkan mengendap selama 60 menit. Turbiditas supernatan dari masing-masing sampel diukur 2. Persen penyisihan turbiditas– vs – dosis koagulan diplot pada kertas grafik lalu dosis optimumnya dipilih. Bagan alir penelitian selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini : Pengendapan 60 menit Kombinasi biji asam jawa dan alum mg : 1:4, 2:3, 3:2 dan 4:1 Grafik Turbiditas-vs- dosis kombinasi koagulan Dosis kombinasi optimum Limbah Cair Wadah TSS, COD, turbiditas pH awal Beaker Jar Test 200 mL, pH optimum Pengadukan 100 rpm, 3 menit 40 rpm, 12 menit Turbiditas, TSS dan COD akhir Gambar 6 Bagan alir penelitian pengaruh kombinasi antara dosis koagulan biji asam jawa dan alum terhadap turbiditas limbah cair industri tahu pada proses koagulasi flokulasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penelitian Pendahuluan

4.1.1 Penentuan dosis optimum koagulan

Pada penelitian pendahuluan ini, ditentukan dosis optimum koagulan awal partikel biji asam jawa untuk limbah cair industri tahu. Limbah cair industri tahu terlebih dahulu diukur turbiditas, pH, TSS, dan COD awalnya, kemudian sampel limbah cair industri tahu sebanyak 200 ml dimasukkan ke dalam beaker glass 500 ml dan diatur pH awalnya menjadi 6 dengan penambahan NaOH. Pengaturan pH 6 ini dikarenakan penggunaan alum sebagai pembanding yang memiliki kemampuan optimal pada kisaran pH 6-7. Kemudian sampel diaduk dengan pengadukan cepat 100 rpm selama 1 menit dan pengadukan lambat 40 rpm selama 3 menit. Dosis koagulan partikel biji asam jawa dengan ukuran partikel ayakan tepung adalah 1000 mgL hingga 5000mgL limbah cair industri tahu. Dari pengamatan yang telah dilakukan, maka dosis optimum partikel biji asam jawa sebagai koagulan tercapai pada dosis 3000 mgL limbah cair industri tahu. Dengan proses yang sama dilakukan juga untuk penentuan dosis optimum koagulasi awal untuk koagulan alum. Dengan koagulan alum, pada dosis 1000 mgL sampel sudah menunjukkan hasil yang optimum. Penentuan dosis pada kondisi optimum dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini : Dari Gambar 7 dibawah ini terlihat bahwa kekeruhan awal limbah cair industri tahu dapat disisihkan sebesar 95,73 menggunakan alum dengan dosis 1000 mgL. Kekeruhan akan semakin meningkat seiring dengan penambahan dosis alum, hal ini disebabkan karena dosis alum yang terlalu banyak sehingga kemampuan untuk menjernihkan limbah cair industri tahu menjadi jenuh. Gambar 7 Grafik hubungan dosis koagulan alum dan partikel biji asam jawa terhadap penyisihan turbiditas pada pH 6 limbah cair industri tahu Bila menggunakan partikel biji asam jawa, penyisihan kekeruhan tertinggi pada dosis 3000 mgL sebesar 81,57. Pada dosis 1000 mgL, kemampuan biji asam dalam menjernihkan limbah cair industri tahu belum terlalu efektif sampai pada dosis 3000 mgL dan selanjutnya kekeruhan semakin meningkat dikarenakan larutan sudah semakin jenuh.

4.1.2 Penentuan pH optimum koagulasi

Setelah didapatkan dosis optimum koagulasi awal dengan pH 6 untuk masing masing koagulan partikel biji asam jawa dan alum selanjutnya dilakukan pengaturan pH limbah cair industri tahu menjadi 4, 6, 8 dan 10. Limbah cair industri tahu dengan turbiditas awal 586 NTU dan pH awal 4 Tabel 2 dimasukkan ke dalam beaker glass 500 ml sebanyak 200 ml kemudian diatur pH-nya dengan menambahkan NaOH untuk menaikkan pH dan H 2 SO 4 pekat 15 untuk menurunkan pH. Kemudian ditambahkan dosis optimum koagulasi awal, yaitu 1000 mgL limbah cair industri tahu untuk alum dan 3000 mgL limbah cair industri tahu untuk partikel biji asam jawa, dilakukan pengadukan cepat 100 rpm selama 3 menit dan pengadukan lambat 40 rpm selama 12 menit. Penyisihan turbiditas akhir sampel untuk penggunaan masing-masing koagulan pada pH yang berbeda ditunjukkan pada Gambar 8 dibawah ini. Gambar 8 Grafik hubungan pH sampel terhadap penyisihan turbiditas limbah cair industri tahu menggunakan koagulan alum dan biji asam jawa Pada Gambar 8, koagulan partikel biji asam jawa memiliki pH optimum limbah pada pH 4 dengan turbiditas tersisihkan sebesar 83,62, sedangkan koagulan alum memiliki pH optimum limbah pada pH 6 dengan turbiditas tersisihkan sebesar 95,73. Koagulan biji asam jawa bekerja efektif pada pH 4 mungkin disebabkan karena kandungan asam tertarat yang terdapat pada bijinya, sehingga ion H + pada asam tertarat tersebut berikatan dengan ion negatif pada partikel koloid limbah cair industri tahu membentuk suatu lapisan yang lama-kelamaan akan semakin membesar yang disebut flok. Hal ini berarti pengolahan limbah cair industri tahu menggunakan koagulan partikel biji asam jawa tidak memerlukan pengaturan pH untuk proses koagulasi-flokulasi, karena pada pH alami 4 proses koagulasi-flokulasi terjadi lebih optimal. Pada koagulan alum, pH optimumnya berada pada pH 6 dengan turbiditas akhir 25 NTU. Dengan menggunakan kedua pH tersebut, yaitu pH 4 dan 6 proses selanjutnya dapat dilakukan.

4.2 Pengaruh dosis koagulan partikel biji asam jawa dan alum terhadap

penyisihan turbiditas limbah cair industri tahu 4.2.1 pH 4 limbah cair industri tahu untuk beberapa ukuran partikel Pengaruh dosis koagulan partikel biji asam jawa dan alum terhadap penyisihan turbiditas pada pH 4 limbah cair industri tahu untuk beberapa ukuran partikel ditunjukkan pada Gambar 9 berikut ini : Gambar 9 Grafik hubungan dosis koagulan terhadap penyisihan turbiditas pada pH 4 limbah cair industi tahu Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa partikel biji asam jawa mampu menurunkan turbiditas limbah cair industri tahu pada berbagai ukuran partikel bahkan pada dosis tertentu penyisihan kekeruhannya lebih baik daripada menggunakan koagulan alum yaitu pada dosis 1000 mgL sampai 3000 mgL. Penyisihan turbiditas optimum diperoleh pada dosis koagulan partikel biji asam jawa 3000 mgL limbah cair menggunakan ukuran partikel 140 mesh pada pH 4 limbah cair industri tahu sebesar 87,88, bila dibandingkan dengan koagulan alum pada dosis dan pH yang sama hanya mampu menunjukkan penyisihan turbiditas sebesar 59,72. Pada partikel biji asam jawa berdasarkan data pengamatan menunjukkan kemampuan yang lebih besar terhadap penyisihan turbiditas limbah cair industri tahu pada pH 4 karena berdasarkan penelitian pendahuluan antara pH 4, 6, 8 dan 10 kinerja partikel biji asam jawa lebih optimal ditunjukkan pada pH 4. Koagulan alum memiliki pH optimum 6 sehingga pada kondisi pH 4 koagulan alum kurang mampu memberikan penyisihan turbiditas yang optimum karena pada pH 4,3 gugus utamanya berupa oligomer seperti Al 13 O 40 H 48 7+ atau gugus yang berhubungan yang mengandung sulfat, sedangkan pada pH 3 atau lebih kecil, gugus utamanya adalah suatu hidrat dari Al 3+ ,. Dengan pH antara 6 dan 9,5, gugus utamanya adalah AlOH 3 Mini-Encyclopedia of Papermaking Wet-End Chemistry,2008. Ukuran partikel sangat berpengaruh terhadap penyisihan turbiditas karena semakin kecil ukuran partikel, maka luas bidang kontak antara koagulan dengan limbah cair industri tahu akan semakin besar yang ditunjukkan dari data pengamatan yang telah dilakukan, dimana pada ukuran partikel ayakan tepung, partikel biji asam jawa kurang memberikan hasil yang signifikan dibandingkan dengan menggunakan ukuran partikel 140 mesh. Dosis koagulan sangat berpengaruh terhadap penyisihan turbiditas limbah cair industri tahu karena dengan memberikan dosis yang tepat maka penyisihan turbiditas sampel akan semakin signifikan. Pada percobaan, dosis optimum partikel biji asam jawa ditunjukkan pada 3000 mgL limbah cair industri tahu dengan penyisihan turbiditas terbesar adalah 87,88. Dosis koagulan partikel biji asam jawa ini tidak melebihi konsentrasi koagulan yang ditentukan menurut Wagner 2001 yaitu antara 0,5 persen dan kurang dari 1,0 persen, jika diasumsikan dalam persen berat per volum bv dimana 1 bv 1 gram koagulan dalam 100ml limbah. Menurut Wiley 1955 suatu koagulan dikatakan efektif, apabila mampu mengurangi nilai turbiditas sebesar 50 sehingga koagulan partikel biji asam jawa ini merupakan koagulan yang efektif untuk menurunkan turbiditas limbah cair industri tahu.

4.2.2 pH 6 limbah cair industri tahu untuk beberapa ukuran partikel

Pengaruh dosis koagulan partikel biji asam jawa dan alum terhadap penyisihan turbiditas pada pH 6 limbah cair industri tahu untuk beberapa ukuran partikel ditunjukkan pada Gambar 10 berikut ini : Gambar 10 Grafik hubungan dosis koagulan terhadap penyisihan turbiditas pada pH 6 limbah cair industi tahu Pada Gambar 10 diperoleh koagulan alum dengan dosis 1000 mgL limbah cair industri tahu menunjukkan penyisihan turbiditas yang optimum sebesar 95,73 sedangkan penyisihan turbiditas terbaik untuk koagulan partikel biji asam jawa diperoleh dengan dosis 3000 mgL limbah cair 140 mesh yaitu sebesar 81,40. Pada pH 6 limbah cair industri tahu ini merupakan pH optimum bagi koagulan alum, sehingga dosis yang dibutuhkan untuk proses koagulasi-flokulasi tidak terlalu besar yaitu 1000 mgL limbah cair industri tahu, sehingga apabila dosis tersebut semakin ditambah menjadi 2000 mgL limbah cair industri tahu akan mengakibatkan terjadinya pengotoran akibat dosis yang berlebihan dan larutan akan menjadi jenuh. Pada pH 6 limbah cair industri tahu ini, alum akan terdisosiasi melepaskan kation Al - 3+ yang akan menurunkan zeta potensial dari partikel. Selain gaya tolak-menolak antar partikel menjadi berkurang, akibatnya penambahan gaya mekanis seperti pengadukan akan mempermudah terjadinya tumbukan yang akan dilanjutkan dengan penggabungan partikel-partikel yang akan membentuk flok yang berukuran lebih besar. Selain itu, ukuran partikel yang semakin kecil membuat bidang kontak antara partikel koagulan dengan limbah cair akan semakin besar sehingga proses tumbukan antar partikel akan semakin besar, mengakibatkan terbentuk flok yang semakin besar juga. Sedangkan koagulan biji asam jawa dosis optimumnya 3000 mgL limbah cair industri tahu. Meskipun memiliki dosis optimum yang sama pada pH 4 limbah cair industri tahu, tetapi persentase penyisihan turbiditas semakin kecil karena koagulan partikel biji asam jawa tidak bekerja pada pH optimumnya yaitu pada pH 4 limbah cair industri tahu. Dengan bertambahnya dosis koagulan, akan menyebabkan larutan semakin jenuh sehingga koagulan yang tersisa akan mengotori larutan yang ada. Ukuran partikel 140 mesh merupakan ukuran yang paling ideal untuk proses koagulasi dalam penelitian ini karena memberikan hasil yang cukup signifikan dibandingkan dengan ukuran partikel lainnya karena luas kontak antara partikel koagulan biji asam jawa dengan limbah cair industri tahu semakin besar.

4.3 Pengaruh kombinasi dosis koagulan partikel biji asam jawa dan alum

terhadap penyisihan turbiditas limbah cair industri tahu Setelah menemukan dosis koagulan yang paling optimum untuk menyisihkan turbiditas limbah cair industri tahu, maka dilakukan kombinasi dosis koagulan antara koagulan partikel biji asam jawa ukuran partikel 140 mesh dengan koagulan alum menggunakan rasio kombinasi 1:4 ; 2:3 ; 3:2 dan 4:1 pada pH 4 dan 6 limbah cair industri tahu. Penyisihan turbiditas yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 11 berikut ini : Gambar 11 Grafik hubungan kombinasi dosis koagulan partikel biji asam jawa dengan alum terhadap penyisihan turbiditas pada pH 4 dan 6 limbah cair industri tahu Dari Gambar 11, diperoleh pada pH 4 limbah cair industri tahu, penyisihan turbiditas tertinggi ditunjukkan pada kombinasi partikel biji asam jawa dengan alum 2:3 yaitu sebesar 87,88. Hal ini disebabkan karena koagulan partikel biji asam jawa bekerja maksimal pada pH 4. Sedangkan penyisihan turbiditas terbaik pada rasio kombinasi dosis koagulan partikel biji asam jawa dan alum 1:4 dan 2:3 pada pH 6 limbah cair industri tahu masing-masing sebesar 91,64 dan 90,44. Penyisihan turbiditas tertinggi terdapat pada pH 6 limbah cair industri tahu karena partikel biji asam jawa ini lebih efektif jika dikombinasikan dengan koagulan alum dengan dosis koagulan alum yang lebih besar sehingga pH limbah cair industri tahu yang paling optimum mengikuti pH optimum koagulan alum yaitu pada pH 6. Jika dibandingkan dengan kinerja masing-masing koagulan sendiri-sendiri dari grafik pada Gambar 10 halaman 33, maka kombinasi kedua koagulan dengan kombinasi yang tepat akan memberikan tingkat penyisihan turbiditas yang lebih baik. Sebagai contoh, pada pH 6 limbah cair industri tahu koagulan partikel biji asam dengan dosis 1000 mgL hanya mampu menurunkan turbiditas sebesar 53,24, sedangkan alum dengan dosis 4000 mgL hanya mampu menurunkan tingkat turbiditas sebesar 51,88. Beda halnya apabila kedua koagulan ini dikombinasikan dengan kombinasi 1:4 pada pH 6 limbah cair industri tahu yang dapat menyisihkan turbiditas hingga 91,64.

4.4 Pengaruh dosis koagulan partikel biji asam jawa dan alum terhadap

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam Proses Penjernihan Limbah Cair Industri Tekstil

4 52 72

KEEFEKTIFAN KOAGULAN BIJI ASAM JAWA (Tamaryndus indica) DALAM MENURUNKAN KADAR TOTAL SUSPENDED SOLID Keefektifan Koagualan Biji Asam Jawa (Tamaryndus Indica) Dalam Menurunkan Kadar Total Suspended Solid Pada Limbah Cair Industri Batik.

0 2 19

SKRIPSI Keefektifan Penambahan Koagulan Biji Asam Jawa (Tamarindus Indica) Untuk Menurunkan Kadar Total Suspended Solid (Tss) Pada Limbah Cair Tahu.

0 1 17

PENDAHULUAN Keefektifan Penambahan Koagulan Biji Asam Jawa (Tamarindus Indica) Untuk Menurunkan Kadar Total Suspended Solid (Tss) Pada Limbah Cair Tahu.

0 1 7

KEEFEKTIFAN PENAMBAHAN KOAGULAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) UNTUK MENURUNKAN KADAR TOTAL Keefektifan Penambahan Koagulan Biji Asam Jawa (Tamarindus Indica) Untuk Menurunkan Kadar Total Suspended Solid (Tss) Pada Limbah Cair Tahu.

0 1 16

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI.

0 1 7

EFEKTIVITAS PENAMBAHAN SERBUK BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) DALAM MENURUNKAN TSS PADA LIMBAH CAIR TAHU DI KECAMATAN PONTIANAK UTARA

0 0 9

Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindusindica) Sebagai Koagulan Alternatif dalam Proses Menurunkan Kadar COD dan BOD dengan Studi Kasus pada Limbah Cair Industri Tempe

0 1 5

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU - POLSRI REPOSITORY

0 0 17