Manfaat Penelitian Political Motivations Tinjauan Penelitian Terdahulu

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Peneliti, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan wawasan mengenai pengaruh asimetri informasi, ukuran perusahaan, leverage dan return on asset dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating terhadap manajemen laba. 2. Perusahaan emiten, diharapkan dalam penyusunan laporan keuangan tetap sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mempertahankan relevansi nilai informasi laporan keuangan tersebut. 3. Investor, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada investor dan calon investor dalam memandang manajemen laba yang dilakukan perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan ekonomi yang tepat. 4. Akademisi dan peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan bahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis sehingga nantinya dapat tercapai kesempurnaan teori dan hasil penelitian. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teoritis 2.1.1. Teori Keagenan Agency Theory Teori keagenan menggambarkan suatu titik temu antara pemilik perusahaan principal dengan manajemen agent yang ada di dalam suatu perusahaan. Jensen dan Meckling 1976:308 menyatakan “ agency relationship as a contract under which one or more persons the principals engage another person the agent to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent . Sementara Scott 2012:340 mendefinisikan teori agensi “ Agency theory is a branch of game theory that studies the design of contract to motivate a rational agent to act on behalf of a principal when the agent’s interest would otherwise conflict with those of the principal”. Pemisahan dalam teori keagenan menandakan principal tidak lagi terlibat dalam pengelolaan perusahaan karena telah dialihkan kepada agent . Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Pihak principal hanya bertindak mempekerjakan agent untuk melakukan tugas demi kepentingan principal termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada agent dan juga mengawasi dengan memonitor kinerja perusahaan melalui laporan yang diberikan oleh agent . Dengan adanya pemisahan antara Universitas Sumatera Utara principal dan agent cenderung menimbulkan konflik keagenan yang didasarkan pada adanya perbedaan kepentingan. Pihak principal mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat sedangkan agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Sehingga perilaku oportunistik dari agent yaitu perilaku untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principal akan muncul. Perilaku oprtinistik didasari atas pengetahuan informasi yang lebih banyak seputar perusahaan dibandingkan principal sebagai dampak dari pengalihan pengelolan perusahaan kepada agent . Hal tersebut memberikan keluasan bagi agent untuk memilih dan menerapkan metoda akuntansi yang dapat memperlihatkan kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dari principal . Penguasaan informasi yang lebih banyak oleh agent sering disalahgunakan untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitasnya dengan menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal , terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent .Ketidakseimbangan penguasaan informasi yang diketahui antara principal dengan agent ini disebut asimetri informasi information asymmetry . Universitas Sumatera Utara 2.1.2. Manajemen Laba 2.1.2.1. Definisi Manajemen Laba Manajemen laba mengacu pada berbagai cara untuk mengutak-atik laba agar tampak hasil yang baik. Scott 2012:423 menerangkan manajemen laba “ The choice by a manager of accounting policies, or actions affecting earnings, so as to achieve some specific reported earnings objective”. Sementara Schipper 1989:92 “ Earnings management is disclosure management in the sense of a purposeful intervention in the external financial reporting process, with the extent of obtaining some private gain, as opposed to merely facilitating the neutral operation of the process ”. Manajemen laba akan membuat laba tidak sesuai dengan realitas ekonomi yang ada, sehingga kualitas laba yang dilaporkan menjadi rendah. Laba yang disajikan mungkin tidak mencerminkan realitas ekonomi, tetapi lebih karena keinginan manajemen untuk memperlihatkan sedemikian rupa sehingga kinerjanya dapat terlihat baik.. Menurut Belkaoui 2007:74 manajemen laba yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk mendapatkan tingkat laba yang diinginkan. Definisi lain dinyatakan oleh Sulistyanto 2008:6 bahwa manajemen laba sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam Universitas Sumatera Utara laporan keuangan dengan suatu tujuan untuk mengelabuhi stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh manajer mempunyai perilaku opportunistic dalam mengelola perusahaan dengan memanipulasi laba diperoleh selama periode berjalan.

2.1.2.2. Motivasi Manejemen Laba

Terdapat berbagai motivasi yang dapat melatarbelakangi manajer dalam melakukan praktik manajemen laba. Scott 2012:426- 427 menemukan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba, yaitu: a. Bonus Purposes Managers compensation depends upon the net earnings. Managers would find opportunities in which they could manage net income in an attempt to maximize their bonuses under the firm’s compensation plans. b. Contractual motivation Covenants in a long-term lending contract exist to protect the lender from the potentially adverse actions of managers. Earnings management can serve as motivation to steer managers away from violating the terms of a debt contract known as covenant violation, since such a violation would be highly costly to the manager and could affect hisher ability to freely operate the firm. Earnings management gives a manager the flexibility to choose those accounting policies that avoid a close proximity to covenant violation.

c. Political Motivations

To the extent that firms are politically visible, that is, they are often in the public eye or subject to governmental scrutiny, firms will use earnings measurement to reduce reported net Universitas Sumatera Utara income. This will circumvent external bodies from forcing a politically visible firm to lower its profitability

d. Taxation Motivations

Due to the already stringent regulations on the calculation of taxable net income, firms have less flexibility in applying earnings management to income taxation. However, there is a tendency for firms to switch inventory methods to LIFO in the face of rising prices because under LIFO, reported net income will be lower and so will be the calculated taxes. This reflects positively in the securities market, as investors are more likely to invest in firms with lowered taxes when market prices rise. e. Changes of Chief Executive Officer CEO CEOs engage in behaviour that maximizes their utility. The following are consistent with the bonus plan hypothesis: a CEO of a poorly performing firm will use earnings management to avoid being fired; another will use it to maximize hisher income prior to retirement; and a new CEO will manage earnings so as to increase hisher future income potential. f. Initital Public Offering IPO Firms making initial public offerings IPOs do not have established market price. In order to best communicate firm’s earnings power to investor, the firm will likely use prospectuses. Manager will try to inflate future expected earnings so as to get high price from IPO. Sedangkan menurut Sulistyanto 2008:44 merumuskan tiga hipotesis teori akuntansi positif Positive Accounting Theory yang dapat dijadikan dasar pemahaman dalam tindakan manajemen laba adalah : a. Bonus Plan Hypothesis \ Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari periode mendatang ke peeriode berjalan. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. b. Debt Covenant Hypothesis Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang menangguhkan pelaporan laba pada periode mendatang ke periode sekarang. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang Universitas Sumatera Utara tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang. c. Political Cost Hypothesis Perusahaan yang besar maka memiliki biaya politik yang dimiliki, maka manajer akan memilih metode akuntansi yang dapat menurunkan laba. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menghindari regulasi atas keputusan pemerintah, misalkan menaikkan pajak penghasilan perusahaan.dan mengenakan peraturan antitrust .

2.1.2.3. Pola Manajemen Laba

Menurut Scott 2012:425, mengidentifikasikan adanya empat pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan pengelolaan atas laba sebagai berikut: a. Taking a Bath , This can take place during periods of reorganizations. If a firm must report a loss, management may feel it might as well report a large one. Consequently, it will write off asset, providefor expected future costs, and generally “clear the decks”. Because of accrual reversal, this enhances the probability of future reported profits . b. Income Minimization , This is similary to taking a bath, but less extreme. Such a pattern may be chosn by a politically visible firm during periods of high profitability. Policies the suggest income minimization include rapid writeoffs of capital assets and intangibles, and expensive of advertising and RD expenditures. Income tax considerations, such as for LIFO inventory in the United States, provide another set of motivations for this pattern, as does enhancement of arguments for relief from foreign competitions. c. Income Maximization , Managers may engage in a pattern of maximization of reported net income for bonus purposes, providing that this does not put them above the cap. Firms that are close to debt covenant violations may also maximize income. d. Income Smoothing , From a contracting perpective, risk-averse manager prefer a less variable bonus stream, other things equal. Consequently, Universitas Sumatera Utara managers may smooth reported earnigs over time so as to receive relatively constant compensation. Efficient compensation contracting may exploit this effect, and condone some income smoothing as a low cost way to attain the manager’s reservation utility.

2.1.2.4. Teknik Manajemen Laba

Menurut Setiawati dan Ainun 2000:429 bahwa ada tiga teknik yang dapat digunakan dalam melakukan praktik manajemen laba yaitu: a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi Cara ini dilakukan pihak manajemen dengan mempengaruhi laba melalui judgment perkiraan terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi dan lain-lain. b. Mengubah metoda akuntansi Manajer melakukan perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh : merubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda depresiasi angka tahun ke metoda depresiasi garis lurus. c. Menggeser periode biaya atau pendapatan. Manajemen melakukan rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepatmenunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepatmenunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepatmenunda pengiriman produk ke pelanggan dan mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.

2.1.3. Asimetri Informasi

Laporan keuangan dibuat sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak berkepentingan dengan laporan keuangan yaitu para pengguna eksternal pemegang saham, kreditor, Universitas Sumatera Utara pemerintah, masyarakat, dan juga berguna bagi pihak internal perusahaan itu sendiri seperti manajer, karyawan, serikat buruh dan lainnya. Para pengguna internal atau pihak manjemen sebagai pihak yang menjalankan kegiatan perusahaan mengetahui informasi ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi pada perusahaan. Sementara itu, pihak eksternal yang tidak berada di perusahaan secara langsung, tidak mengetahui informasi tersebut sehingga tingkat ketergantungan manajemen terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal. Jensen dan Meckling 1976:311 menyatakan bahwa “ if the two groups agents and principals are people who are seeking tomaximize utility, then there is good reason to believe that the agent will not always act in the best interest of the principal ” . Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utility -nya dan menciptakan kebijakan yang tanpa sepengetahuan pihak eksternal. Kendala mengenai ketidakseimbangan informasi ini yang akan menimbukan permasalahan antara agent dan principal yang disebut dengan asimetri informasi information asymmetry . Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana agent mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek dimasa yang akan datang dibandingkan dengan principal. Richardson 1998:24 “… that the level of earnings management increases as the level of information asymmetry increases ”. Asimetri informasi yang terjadi antara manajer dengan Universitas Sumatera Utara pemegang saham sebagai pengguna laporan keuangan menyebabkan pemegang saham tidak dapat mengamati seluruh kinerja dan prospek perusahaan secara sempurna. Dalam situasi dimana pemegang saham memiliki informasi yang lebih sedikit daripada manajer, maka manajer dapat memanfaatkan fleksibilitas yang dimilikinya tersebut untuk melakukan praktik manajemen laba dalam rangka memaksimalkan kemakmuran mereka. Menurut Scott 2012:21-22 “ We shall consider two major types of information asymmetry. Adverse selection is a type of information asymmetry whereby one or more parties to a business transaction, or potential transaction, have an information advantage over other parties. Moral hazard is a type of information asymmetry whereby one or more parties to a business transaction, or potential transaction, can observe their actions in fulfilment of the transactions but other parties cannot ”.

2.1.3.1 Teori

Bid-Ask Spread Jika seorang investor ingin membeli atau menjual suatu saham atau sekuritas lain di pasar modal, dia biasanya melakukan transaksi melalui brokerdealer yang memiliki spesialisasi dalam sekuritas. Brokerdealer inilah yang siap untuk menjual pada investor untuk harga ask jika investor ingin membeli suatu sekuritas. Jika investor sudah mempunyai suatu sekuritas dan ingin menjualnya, maka brokerdealer ini yang akan membeli sekuritas dengan harga bid . Perbedaan antara harga bid dan harga ask adalah spread . Penggunaan bid-ask spread sebagai proksi dari asimetri informasi menurut Komalasari 2001:73 dikarenakan dalam Universitas Sumatera Utara mekanisme pasar modal, pelaku pasar modal juga menghadapi masalah keagenan. Partisipan pasar saling berinteraksi di pasar modal guna mewujudkan tujuannya yaitu membeli atau menjual sekuritasnya, sehingga aktivitas yang mereka lakukan dipengaruhi oleh informasi yang diterima baik secara langsung laporan publik maupun tidak langsung insider trading . Namun dealer menghadapi suatu ketidakpastian mengenai informasi harga saham. Untuk mengurangi ketidakpastian tersebut dealer membutuhkan biaya untuk mendapatkannya informasi. Dealers atau market-makers memiliki daya pikir terbatas terhadap persepsi masa depan dan menghadapi potensi kerugian ketika berhadapan dengan informed traders . Hal inilah yang menimbulkan adverse selection yang mendorong dealers untuk menutupi kerugian dari pedagang terinformasi dengan meningkatkan spread -nya. Dealer selalu berusaha menentukan spread secara wajar dengan memperhatikan kejadian tertentu atau kondisi atau informasi apa saja yang memberikan sinyal mengenai surat berharga yang dimilikinya. Besarnya ketidakseimbangan informasi yang dihadapi dealer akan tercermin pada spread yang ditentukannya. Terdapat tiga komponen kos dalam menetapkan bid-ask spread menurut Krinsky dan Lee dalam Rahmawati, dkk, 2006:10 menyatakan bahwa : a. Kos pemrosesan pesanan order processing cost , terdiri dari biaya yang dibebankan oleh pedagang sekuritas efek atas Universitas Sumatera Utara kesiapannya mempertemukan pesanan pembelian dan penjualan, dan kompensasi untuk waktu yang diluangkan oleh pedagang sekuritas guna menyelesaikan transaksi. b. Kos penyimpanan persediaan inventory holding cost , yaitu kos yang ditanggung oleh pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham agar dapat diperdagangkan sesuai dengan permintaan. c. Adverse selection component , menggambarkan suatu upah reward yang diberikan kepada pedagang sekuritas untuk mengambil suatu risiko ketika berhadapan dengan investor yang memiliki informasi superior. Komponen ini terkait erat dengan arus informasi di pasar modal. Berkaitan dengan bid-ask spread , fokus perhatian akuntan adalah pada komponen adverse selection karena berhubungan dengan penyediaan informasi ke pasar modal. \

2.1.4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor indikator yang digunakan investor dalam menilai aset maupu kinerja perusahaan. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar large firm , perusahaan menengah medium-size dan perusahaan kecil small firm . Total asset merupakan salah satu ukuran umum untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh investor dalam melakukan investasi. Perbedaan ukuran perusahaan menimbulkan risiko usaha yang berbeda secara signifikan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil Pujiningsih, 2011:26 Perusahaan besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil dibanding dengan perusahaan kecil. Selain itu. Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan Universitas Sumatera Utara yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran lebih besar memiliki profitabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih bereaksi terhadap perubahan yang mendadak sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan manajemen laba. 2.1.5. Leverage Struktur keuangan perusahaan memiliki kaitan yang erat dengan informasi keuangan yang akan disampaikan kepada penyedia dana. Struktur ini juga mencakup leverage. Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya besar aktiva yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi nilai leverage maka risiko yang akan dihadapi investor akan semakin tinggi dan para investor akan meminta keuntungan yang semakin besar.selain itu dikhawatirkan perusahaan tidak dapat melunasi kewajiban tepat waktu dan hal ini yang menyebabkan suatu perusahaan dapat di likuidasi. Dengan Universitas Sumatera Utara demikian, tingkat leverage perusahaan menggambarkan resiko keuangan perusahaan. Kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal. Hutang yang dipergunakan secara efektif dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan. Tetapi bila dilakukan dengan dalih menarik perhatian para kreditur, maka justru akan memicu manajer untuk melakukan manajemen laba. Perusahaan yang memiliki hutang tinggi akan memilih kebijakan akuntansi dengan menggeser laba masa depan ke masa sekarang. Pernyataan ini juga dibuktikan oleh penelitian Herawati dan Baridwan 2007:32 yang memberikan bukti empiris tentang adanya tingkat manajemen laba yang lebih besar pada perusahaan yang terikat perjanjian hutang daripada perusahaan yang tidak terikat perjanjian hutang. 2.1.6. Return On Asset ROA ROA merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan hasil return atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan Kasmir, 2011:197. ROA dipengaruhi oleh profit margin dan perputaran total aktiva. Untuk menaikkan ROA, suatu perusahaan bisa memilih dengan menaikkan profit margin dan mempertahankan perputaran total aktiva. Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Semakin tinggi laba yang dihasilkan Universitas Sumatera Utara perusahaan akan mengakibatkan harga saham perusahaan juga akan meningkat sehingga semakin tinggi pula return saham yang diperoleh. Pada rasio ini, angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal dari kegiatan usaha pokok perusahaan. Rasio ini mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh laba secara keseluruhan. ROA berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba melalui pengoperasian aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan akitva. Jadi memungkinkan manajer melakukan manajemen laba untuk mendapatkan keadaan tersebut.

2.1.7. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajemen. Kepemilikan manajerial akan menyelaraskan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. “ If managers do not have a high level of shares in the firm, they may not act most likely in behalf of shareholders ” Jensen dan Meckling, 1976:314. Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajemen tidak hanya berfungsi sebagai pengelola perusahaan namun juga sebagai pemegang saham. Universitas Sumatera Utara Dengan adanya kepemilikan manajerial, pihak manajemen akan terdorong untuk meningkatkan kinerja serta mengambil keputusan yang tepat karena manajer akan ikut merasakan langsung manfaat maupun resiko yang terkait pengambilan keputusan tersebut sehingga dengan begitu praktek manajemen laba di perusahaan dapat berkurang. Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat Herawaty, 2008 : 28.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merujuk atas beberapa penelitan sebeelumnya yang memiki hasil penelitian yag berbeda. Peneletian oleh Restuwulan 2013 dalam Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba Penelitian pada Perusahaan di Sektor Industri Food dan Beverages yang Terdaftar Di BE menunjukkan asimetri informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadapa manajemen laba. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Tarigan 2011 menguji Pengaruh Asimetri Informasi, Corporate Goveernance dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Manajemen Laba Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa yaitu asimetri informasi berpengaruh terhadap praktik manajemen laba begitu juga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik manajemen laba Universitas Sumatera Utara Madli 2014 dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Asset dan Debt To Equity Ratio terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Properti dan real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” menunjukkan bahwa Uuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba sementara Return On Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Purwandari 2011 meneliti Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Profitabilitas dan Leverage terhadap Manejemen Laba Studi pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat pada BEI periode 2005-2009 yang menemukan hasil bahwa profitabilitas dengan memakai proksi ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba dan leverage tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Joa dan Pagulung 2011 dengan penelitiannya berjudul “ Corporate Governance, Ukuran perusahaan dan Leverage terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEI menunjukkan Kepemilikan Manjerial dan Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Sementara leverage berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil penelitian Restuwulan 2013 Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur sektor Food and Beverages yang terdaftar di BEI Variabel Independen : Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Variabel Dependen : Manajemen Laba Asimetri Informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Manajemen Laba sedangkan Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Manajemen Laba Tarigan 2011 Pengaruh Asimetri Informasi, Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Manajemen Laba Studi Pada Perusahaan Manufaktur terdaftar di BEI 2008-2010 Variabel Independen : Asimetri Informasi, Komposisi Dewan Komisaris, Keberadaan Komite Audit dan Ukuran Perusahaan Variabel Dependen: Manajemen Laba Asimetri Informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Manajemen Laba, Komposisi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap Manajemen Laba, Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Madli 2014 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Asset dan Debt To Equity Ratio terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen : Ukuran Perusahaan, Return On Assets, dan Debt To Equity Ratio Variabel Dependen: Manajemen Laba Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Manajemen Laba, Return On Asset dan Debt To Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba Universitas Sumatera Utara Lanjutan Review Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil penelitian Purwandari 2011 Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Profitabilitas dan Leverage terhadap Manejemen Laba Studi pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat pada BEI periode 2005- 2009 Variabel Independen : Komite Audit, Ukuran Dewan Direksi, Proporsi Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas dan Leverage Variabel Dependen : Manajemen Laba Komite audit, kepemilikan institusional dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan ukuran dewan direksi, proporsi komisaris independen dan leverage tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Jao dan Pagulung 2011 Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Variabel independen: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris, Komposisi Dewan Komisaris Independen Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage Variabel Dependen: Manajemen Laba Kepemilikan Manajerial, Komposisi Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap Manajemen Laba Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris dan Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap Manajemen Laba Universitas Sumatera Utara

2.3. Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Return On Assets dengan Komisaris Independen sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 64 130

Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Dengan Struktur Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderating Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indoensia

0 4 103

Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Return on Assets Terhadap Manajemen Laba dengan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderating pada Pertambangan Batubara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 7 97

PENDAHULUAN Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan Dan Free Cash Flow Terhadap Manajemen Laba Riil Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 10

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 1 14

PENDAHULUAN Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 1 7

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)

0 6 16

Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Return On Assets dengan Komisaris Independen sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 15

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MELALUI MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DI INDONESIA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 1 12

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

0 0 13