Jamalul Abidin : Analisis Faktor Fundamental Keuangan Dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
2.1.2. Resiko sistematik
Resiko risk didefenisikan dalam kamus Webster sebagai suatu halangan, gangguan, ekposur terhadap kerugian atau kecelakaan. Jadi resiko diartikan sebagai
peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan Brigham,2004. Resiko sistematik systematic risk adalah bagian dari resiko sekuritas yang
tidak dapat dihilangkan dengan membentuk portofoliodidiversifikasi. Resiko sistematik ini dimilikimelekat pada semua perusahaan, karena disebabkan oleh faktor
makro ekonomi misalnya inflasi dan tingkat suku bunga. Sumber resiko dapat dibagi atas 2 dua kelompok yaitu resiko yang
sistematik yang merupakan resiko yang mempengaruhi semua banyak perusahaan dan resiko tidak sistematik yang merupakan resiko yang mempengaruhi atau
sekelompok kecil perusahaan. Resiko sistematik menurut Beaver, Kettle dan Scholes 1970 : “A, systematic component reflects common movement of a single
security’s return with the average return of all other securities in the market, the larger the value, the greater the riskiness of the security a of the implies an
averages riskiness” Defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa resiko sistematik suatu saham
merupakan indikator yang menunjukkan sensitivitas pergerakan return saham terhadap pergerakan return saham-saham lainnya di pasar. Adanya kaitan antara
saham individual dengan pasar membawa pemikiran bahwa besarnya resiko sistematik suatu saham seharusnya dapat diperkirakan dari aspek fundamental
perusahaan dengan karakteristik pasar. Jika aspek fundamental keuangan tersebut
Jamalul Abidin : Analisis Faktor Fundamental Keuangan Dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
diketahui maka akan sangat membantu investor dalam menganalisa kepekaan pergerakan return saham terhadap pergerakan saham. Faktor-faktor fundamental
keuangan merupakan data akuntansi berupa rasio-rasio yang dapat membantu investor untuk memprediksi resiko saham.
Parameter yang digunakan dalam mengukur resiko ini adalah beta. Pengertian beta menurut Jones 1996 adalah “Beta a measure of volatility, or relative
systematic risck”. Dimana pengertian volatilitas adalah sebagai fluktuasi dari return suatu sekuritas dalam suatu periode tertentu. Jika fluktuasi return sekuritas secara
statistik mengikuti fluktuasi return pasar, maka beta dari sekuritas tersebut bernilai 1. Misalnya apabila return pasar naik sebesar 5, maka investor akan mengharapkan
kenaikan return sekuritasnya sebesar 5 pula. Scott et. al. 2000 menyatakan bahwa “Beta a measure stock’s volatility
relative to an average stock”. Lain halnya dengan pendapat Brealey, et. al. 2001 yang mendefenisikan “Beta is a sensitivity of a stock’s return to the return on the
market portofolio”. Sedangkan menurut Ross et al. 2003 beta adalah “ The amount of systematic risk present a particular risky asset relative to that in an average risky
asset”. Dapat disimpulkan bahwa beta adalah pengukur volatilitas suatu resiko sistematik pada sekuritas. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan titik estimasi
yang menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar return sekuritas dan
return pasar. Mengetahui beta masing-masing sekuritas juga berguna untuk pertimbangan memasukkan sekuritas tersebut ke dalam portofolio yang akan dibentuk
Jamalul Abidin : Analisis Faktor Fundamental Keuangan Dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
Jogiyanto,2000. Beta yang dihitung berdasarkan data historis ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi beta masa mendatang. Bukti-bukti empiris
menunjukkan bahwa beta historis mampu menyediakan informasi tentang beta masa depan Elton dan Gruber,1994.
Bagian dari resiko sekuritas yang dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang well-diversified disebut dengan resiko yang dapat didiversifikasi
diversifiable risk atau resiko perusahaan company risk atau resiko spesifik spesifik risk atau resiko unik unique risk atau resiko yang tidak sistematik
unsystematik risk. Karena resiko ini unik untuk suatu perusahaan, yaitu hal yang buruk terjadi di suatu perusahaan dapat diimbangi dengan hal yang baik terjadi
diperusahaan lain, maka resiko ini dapat didiversifikasi di dalam portofolio. Contoh dari diversifiable risk adalah pemogokan buruh, tuntutan dari pihak lain, penelitian
yang berhasil atau tidak berhasil dan lain sebagainya. Pengukuran resiko sistematik diwakili oleh nilai beta, karena beta saham
merupakan indikator pengukuran resiko sistematik yang mencerminkan sensitivitas saham perusahaan terhadap indikator pasar.
Sedangkan bagian yang tidak bisa didiversifikasi disebut dengan dengan nondiversifible atau market risk atau disebut juga sistematic risk Lubis, 2008.
Resiko ini terjadi karena kejadian-kejadian di luar kegiatan perusahaan, seperti inflasi, resesi, dan lain sebagainya. Resiko total total risk merupakan penjumlahan
dari diversifiable dan nondiversdifiable risk sebagai berikut :
Jamalul Abidin : Analisis Faktor Fundamental Keuangan Dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
Resiko total = Resiko dapat di-diversifikasi + Resiko tidak dapat di-
diversifikasi =
Resiko perusahaan + resiko pasar =
Resiko tidak sistematik + resiko sistematik =
Resiko spesifik unik + resiko umum.
Metode yang paling banyak digunakan untuk menentukan beta adalah cara penaksiran dengan menggunakan data historis untuk menghitung beta masa itu, yang
kemudian dipergunakan sebagai taksiran beta masa datang. Beta untuk tiap saham dapat dihitung dengan menggunakan persamaan regresi dari single indeks model.
Saham-saham dengan beta lebih besar dari satu 1 digolongkan sebagai saham-saham agresif aggressive stock karena saham melonjak lebih cepat dari pada
pasar dalam situasi boom bull market sebaliknya jatuh lebih tajam dari pada pasar pada situasi lesu bear market, saham-saham jenis ini lebih peka sehingga
mempunyai resiko yang tinggi. Saham-saham dengan beta kurang dari satu 1 digolongkan sebagai saham defensive devensive stock, keuntungan saham ini
berfluktuasi kurang dari kondisi pasar secara keseluruhan. Saham-saham dengan beta sama dengan satu, merupakan saham-saham netral karena pergerakan return saham
sejalan dengan market return. Estimasi besarnya resiko sistematik dihitung dengan menggunakan formula standar EltonGruber, 1994 sebagai berikut :
∑ ∑
= −
= −
−
⎥ ⎥
⎦ ⎤
⎢ ⎢
⎣ ⎡
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
− ⎥⎦
⎤ ⎢⎣
⎡ ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎝
⎛ −
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
− =
=
N t
mt mt
N t
mt mt
it it
m im
i
R R
R R
R R
1 2
1 2
σ σ
β 2.1.2.1
Jamalul Abidin : Analisis Faktor Fundamental Keuangan Dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
Keterangan :
i
β : Resiko sistematik untuk saham i
im
σ : Kovarian antara retrun saham
i
R dengan market return
m
R .
im 2
σ : Varian market return.
it
R
−
: Rata-rata
dari return on security
mt
R
−
: Rata-rata dari market return
Penggunaan konsep model indeks tunggal dalam menentukan nilai beta memerlukan nilai beta dari saham-saham yang akan dimasukkan ke dalam portofolio.
Cara lain adalah dengan menggunakan data historis untuk menghitung beta waktu lalu yang dipergunakan sebagai taksiran beta di masa yang akan datang. Secara
sistematik model indeks tunggal adalah sebagai berikut :
i m
i i
i
e R
R +
+ =
β α
2.1.2.2 Keterangan
:
i
R : Return saham i
m
R :
Return indeks pasar
i
α : Bagian return
saham i yang tidak dipengaruhi kinerja pasar
i
β : Ukuran kepekaan
return saham i terhadap perubahan return saham
i
e : Kesalahan
residual Persamaan tersebut hanyalah memecah tingkat keuntungan suatu saham
menjadi dua bagian, yaitu yang independent dari perubahan pasar dan yang dipengaruhi oleh pasar. Persamaan di atas juga merupakan persamaan regresi linier
sederhana yang dihitung dengan
i
R sebagai variabel dependent dan
m
R sebagai
variabel independent.
Jamalul Abidin : Analisis Faktor Fundamental Keuangan Dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
Penggunaan model indeks tunggal menghasilkan tingkat keuntungan yang diharapkan, deviasi standar tingkat keuntungan dan covariance antar saham sebagai
berikut : 1.
Tingkat keuntungan yang diharapkan,
m i
i i
R E
R E
β α +
= 2.1.2.3
2. Varian tingkat keuntungan,
2 2
2 2
ei m
i i
σ σ
β σ
+ =
2.1.2.4 3.
Covarian tingkat keuntungan saham i dan j,
2 m
j i
ei
σ β
β σ =
2.1.2.5 Model indeks tunggal menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang
diharapkan terdiri dari dua komponen yaitu
i
α dan bagian yang berhubungan dengan pasar yaitu
m i
R E
β . Demikian juga varian tingkat keuntungan terdiri dari dua
bagian. Yaitu resiko yang unik
2 ei
σ dan resiko yang berhubungan dengan pasar
2 2
m i
σ β
, sebaliknya covarian semata-mata tergantung pada resiko pasar. Salah satu alasan penggunaan model indeks tunggal adalah untuk mengurangi
jumlah variabel yang perlu ditaksir karena untuk portofolio model indeks tunggal mempunyai karakteristik yaitu bahwa beta portofolio
p
β merupakan rata-rata tertimbang dari beta saham-saham yang membentuk portofolio tersebut.
i i
p
X
β β
∑
=
2.1.2.6
Jamalul Abidin : Analisis Faktor Fundamental Keuangan Dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
Demikian juga alpha portofolio
p
α adalah,
i i
p
X
α α
∑
=
2.1.2.7 Untuk varian portofolio rumusnya adalah sebagai berikut :
2 2
2 2
2
ei i
m p
p
X σ
σ β
α
∑
+ =
2.1.2.8 Resiko yang tidak bisa dihilangkan kalau bentuk portofolio merupakan resiko
yang berkaitan dengan
p
β . Kalau resiko residual dianggap nol, maka resiko portofolio akan mendekati :
[ ]
∑
= =
=
i i
m m
p m
p p
X β
σ σ
β σ
β α
2 2
2.1.2.9
2.1.3. Harga saham