2.2.2. Epidemiologi Tuberkulosis disertai Diabetes Melitus
Tuberkulosis dan diabetes melitus sama-sama diketahui sebagai penyakit yang menimbulkan beban global yang besar. Sekitar sepertiga penduduk dunia
terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan 10 diantaranya akan mengidap TB aktif sepanjang hidupnya. Pada saat yang sama, dunia juga menghadapi
peningkatan prevalensi diabetes bersama dengan penyakit tidak menular lainnya Skowronski et al., 2013. Meningkatnya prevalensi kedua penyakit tersebut
diikuti dengan meningkatnya kasus yang diakibatkan oleh asosiasi diantara keduanya. Diperkirakan 10 kasus infeksi TB di seluruh dunia berkaitan dengan
diabetes dan kondisi tersebut meningkatkan risiko terkena infeksi TB sebesar 2-3 kali serta risiko meninggal selama dalam pengobatan dibandingkan dengan tanpa
diabetes WHO, 2011. Sebagai negara dengan prevalensi TB tertinggi ke-3 di dunia WHO,2015
serta tertinggi ke-5 untuk prevalensi DM IDF, 2014, Indonesia menghadapi begitu banyak kasus TB yang dicetuskan maupun diperberat oleh keadaan
penyakit kronis pada pasien-pasien DM. Sebuah penelitian yang dilakukan di Indonesia menemukan riwayat DM tipe 2 pada 13,3 pasien TB. Penelitian
tersebut menyatakan adanya hubungan yang kuat antara TB dan DM di Indonesia Alisjahbana et al., 2006.
2.2.3. Pengaruh Diabetes Melitus terhadap Infeksi Tuberkulosis
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat mengarah pada berbagai komplikasi, diantaranya penyakit vaskular, neuropati, dan rentannya terkena
infeksi termasuk infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis melalui berbagai mekanisme. Mekanisme yang terlibat meliputi kondisi yang
memang secara langsung berkaitan dengan diabetes yaitu hiperglikemia dan insulinopenia seluler, juga kondisi yang secara tidak langsung disebabkan oleh
diabetes yaitu terganggunya fungsi makrofag dan limfosit yang menyebabkan menurunnya kemampuan tubuh dalam melawan organisme infektor Dooley et
al., 2009.
Universitas Sumatera Utara
Sel efektor yang terpenting untuk melawan tuberkulosis adalah fagosit makrofag alveolar dan monosit prekursornya dan limfosit. Diabetes diketahui
mempengaruhi kemotaksis, fagositosis, aktivasi, dan presentasi antigen oleh fagosit sebagai respon terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis. Pada pasien
diabetes, kemotaksis monosit juga terganggu, dan gangguan ini tidak dapat diperbaiki dengan insulin Dooley et al., 2009. Percobaan yang dilakukan pada
mencit menunjukkan hasil bahwa mencit yang telah dijadikan mencit diabetes kronis memiliki beban bakteri yang lebih tinggi dibandingkan kontrol yang
normoglikemia ketika diinfeksikan dengan Mycobacterium tuberculosis. Ekspresi sistem imun adaptif tertunda pada mencit dengan diabetes kronis, ditandai dengan
berkurangnya produksi IFN- γ pada fase awal infeksi di paru-paru dan sedikitnya
jumlah MTB antigen ESAT-6 responsive T-cell dibandingkan dengan mencit kontrol dalam satu bulan pertama infeksi Martens et al., 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI
OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian