2.1.4. Pemeriksaan Laboratorium
Drug Susceptibility
Testing DST
berperan penting
dalam mengidentifikasi dan mengobati pasien TB-MDR atau dengan risiko tinggi TB-
MDR WHO, 2014.
1. DST Fenotipik DST Konvensional Prinsip DST fenotipik ialah mengkultur bakteri bersama dengan OAT untuk
melihat adanya hambatan terhadap pertumbuhan bakteri. DST fenotipik dapat dilakukan secara langsung direct maupun tidak langsung indirect pada
medium padat ataupun cair. Pada metode langsung direct, satu set medium yang mengandung dan tidak mengandung OAT diinokulasikan secara langsung dengan
spesimen yang telah didekontaminasikan dan dijadikan konsentrat. Tes tidak langsung indirect membutuhkan pertumbuhan kultur murni dari spesimen, dilusi
dari isolat kemudian diinokulasikan ke medium yang mengandung dan tidak mengandung OAT. Tes tidak langsung indirect telah digunakan secara luas dan
saat ini digunakan sebagai standar referensi. 2. DST Genotipik
a. Xpert MTBRIF Xpert MTBRIF adalah pemeriksaan diagnostik molekuler menggunakan PCR
polymerase chain reaction untuk mengidentifikasi DNA Mycobacterium tuberculosis complex dan mutasi yang berkaitan dengan resistensi rifampisin
secara langsung dari spesimen sputum dalam waktu kurang dari 2 jam. Pemeriksaan ini memiliki tingkat sensitifitas dan spesifitas yang sama dengan
kultur pada medium padat dan telah direkomendasikan WHO sebagai tes diagnostik awal untuk pasien dengan risiko TB-MDR yang tinggi.
b. Line Probe Assay LPA LPA molekuler memungkinkan deteksi yang cepat terhadap resistensi
rifampisin dengan atau tanpa isoniazid. LPA merupakan pemeriksaan berteknologi tinggi yang dapat memeriksa 12 spesimen sekaligus dan dapat
menyelesaikan berbagai tes dalam satu hari.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Penatalaksanaan
a. Kelompok OAT untuk Pengobatan TB-MDR
Jenis obat yang digunakan dalam pengobatan TB-MDR terbagi dalam beberapa kelompok sebagai berikut PDPI, 2011.
Tabel 2.1. Kelompok OAT untuk Pengobatan TB-MDR
Kelompok 1 OAT lini 1. Etambutol E, Pirazinamid Z
Kelompok 2 Obat suntik. Kanamisin Km, Amikasin Am,
Kapreomisin Cm, Streptomisin S
Kelompok 3 Fluorokuinolon. Moksifloksasin Mfx, Levofloksasin
Lfx, Ofloksasin Ofx
Kelompok 4 Bakteriostatik OAT lini 2. Etionamid Eto, Protionamid
Pto, Siklosrin Cs, Terzidone Trd, PAS
Kelompok 5 Obat yang belum diketahui efektifitasnya. Klofazimine
Cfz, Linezoid Lzd, Amoksiclav Amxclv, Tiosetazone Thz, Imipenemcilastin Ipmcln, H dosis
tinggi, Klaritromisin Clr
PDPI, 2011
Universitas Sumatera Utara
b. Strategi Pengobatan
Strategi program pengobatan sebaiknya berdasarkan data uji kepekaan dan frekuensi penggunaan OAT di negara tersebut. Di bawah ini beberapa strategi
pengobatan TB-MDR PDPI, 2011. a. Pengobatan standar. Data drugs resistancy survey DRS dari populasi pasien
yang representatif digunakan sebagai dasar regimen pengobatan karena tidak tersedianya hasil uji kepekaan individual. Seluruh pasien akan mendapatkan
regimen pengobatan yang sama. Pasien yang dicurigai TB-MDR sebaiknya dikonfirmasi dengan uji kepekaan.
b. Pengobatan empiris. Setiap regimen pengobatan dibuat berdasarkan riwayat pengobatan TB pasien sebelumnya dan data hasil uji kepekaan populasi
representatif. Biasanya regimen empiris akan disesuaikan setelah ada hasil uji kepekaan individual.
c. Pengobatan individual. Regimen pengobatan berdasarkan riwayat pengobatan TB sebelumnya dan hasil uji kepekaan.
Regimen standar TB-MDR di Indonesia adalah: 6Z-E-Kn-Lfx-Eto-Cs18Z-E-Lfx-Eto-Cs
Z: Pirazinamid, E: Etambutol, Kn: Kanamisin, Lfx: Levofloksasin, Eto: Etionamid, Cs: Sikloserin
Etambutol tidak diberikan bila terbukti resisten.
2.1.6. Evaluasi Pengobatan dan Konversi Kultur Sputum