3.4 Pembuatan Pereaksi
Pembuatan larutan pereaksi dilakukan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV dan Materia Medika Indonesia Jilid VI.
3.4.1 Pereaksi Bouchardat
Sebanyak 4 g kalium iodida P dilarutkan dalam air secukupnya, lalu ditambahkan 2 g iodium P kemudian ditambahkan air hingga 100 ml Ditjen
POM, 1995.
3.4.2 Pereaksi Mayer
Larutan raksa II klorida P 2,266 bv sebanyak 60 ml dicampur dengan 10 ml larutan kalium iodida P 50 bv, kemudian ditambahkan air secukupnya
hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.3 Pereaksi Dragendorff
Larutan bismut nitrat P 40 bv dalam asam nitrat P sebanyak 20 ml dicampur dengan 50 ml kalium iodida P 54,4 bv, didiamkan sampai memisah
sempurna. Lalu diambil lapisan jernihnya dan diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.4 Pereaksi Molish
Sebanyak 3 g α-naftol P, dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga diperoleh larutan 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.5 Larutan Asam Klorida 2 N
Larutan asam klorida pekat sebanyak 17 ml ditambahkan air suling sampai 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.6 Larutan Asam Sulfat 2 N
Larutan asam sulfat pekat sebanyak 9,8 ml ditambahkan air suling sampai 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.7 Larutan Asam Nitrat 0,5 N
Sebanyak 3,4 ml asam nitrat pekat diencerkan dengan air suling hingga volume 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.8 Larutan Timbal II Asetat 0,4 M
Sebanyak 15,17 g timbal II asetat P dilarutkan dalam air bebas karbon dioksida hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.9 Larutan Besi III Klorida 1 bv
Sebanyak 1 g besi III klorida dilarutkan dalam air secukupnya hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.10 Larutan Pereaksi Kloralhidrat
Sebanyak 50 g kristal kloralhidrat ditimbang lalu dilarutkan dalam 20 ml air suling Ditjen POM, 1995.
3.4.11 Larutan Pereaksi Lieberman-Burchad
Sebanyak 20 bagian asam asetat anhidrat dicampurkan dengan 1 bagian asam sulfat pekat. Larutan pereaksi ini harus dibuat baru Harborne, 1987.
3.4.12 Larutan DPPH 0,5 mM