Lalu masing-masing maserat diuapkan dengan alat rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental kemudian ekstrak dikeringkan dengan teknik
freeze dryer.
3.8 Pengujian Kemampuan Antioksidan Dengan Spektrofotometri Visibel 3.8.1 Prinsip Metode DPPH
Kemampuan sampel uji dalam meredam proses oksidasi DPPH 1,1- diphenyl-2-picryl-hydrazil sebagai radikal bebas dalam larutan metanol sehingga
terjadi perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning dengan dengan nilai IC
50
konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal bebas 50 digunakan sebagai parameter untuk menentukan aktivitas antioksidan sampel uji.
3.8.2 Pembuatan DPPH Timbang 19,7 mg DPPH kemudian dilarutkan dalam metanol hingga
volume 100 ml. Dipipet sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda.
3.8.3 Pembuatan Larutan Induk
Sebanyak 25 mg sampel uji ekstrak kental ditimbang, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dilarutkan dengan metanol lalu volumenya dicukupkan
dengan metanol sampai garis tanda.
3.8.4 Pengukuran Aktivitas Antioksidan Sampel Uji dan BHT
Larutan induk dipipet sebanyak 5 ml; 7,5 ml; dan 10 ml ke dalam labu ukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 200
µ
gml, 300
µ
gml dan 400
µ
gml. Ke dalam masing-masing labu ukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda.
Pengukuran dilakukan setelah didiamkan selama 60 menit.
Sebanyak 25 mg BHT ditimbang, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dilarutkan dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai
garis tanda. Dipipet sebanyak 0,5 ml ke dalam labu ukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 20
µ
gml. Ke dalam masing-masing labu ukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM lalu volumenya dicukupkan dengan
metanol sampai garis tanda. Pengukuran dilakukan setelah didiamkan selama 60 menit.
3.8.5 Penentuan Persen Peredaman
Penentuan aktivitas penangkap radikal bebas dari sampel uji menggunakan metode DPPH. Pengukuran dilakukan setelah didiamkan selama 60 menit. Nilai
serapan larutan DPPH sebelum dan sesudah penambahan ekstrak tersebut dihitung sebagai persen inhibisi inhibisi dengan rumus sebagai berikut:
inhibisi =
Akontrol Asampel
Akontrol −
X 100
Keterangan : A
kontrol
= Absorbansi tidak mengandung sampel A
sampel
= Absorbansi sampel
3.8.6 Penentuan Nilai IC
50
Perhitungan yang digunakan dalam penentuan aktivitas penangkap radikal adalah nilai IC
50
Inhibition Concentration 50, nilai tersebut menggambarkan besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat menangkap radikal bebas 50. Hasil
perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi ekstrak sebagai absis sumbu x dan nilai inhibisi antioksidan sebagai ordinatnya
sumbu y.
B A B IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia LIPI Bogor Jl. Raya Jakarta-Bogor menunjukkan bahwa sampel termasuk suku Cucurbitaceae spesies Sechium edule Sw.
Hasil pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap herba labu siam segar yaitu bentuk jantung, ujung meruncing, panjang 4-25 cm, lebar 3-20 cm, berwarna
hijau, tidak mempunyai bau dan rasa yang khas. Hasil pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap jaringan segar
penampang melintang daun labu siam terlihat kutikula, epidermis atas, hipodermis, palisade, bunga karang, epidermis bawah, berkas pengangkut dan
rambut penutup.
Tabel 4.1 Hasil karakterisasi simplisia herba labu siam
No Karakterisasi simplisia
Hasil 1
Kadar air 7,99
2 Kadar sari yang larut dalam air
24,99 3
Kadar sari yang larut dalam etanol 13,92
4 Kadar abu total
8,31 5
Kadar abu yang tidak larut dalam asam 1,05
Karakteristik dan skrining simplisia herba labu siam belum terdapat dalam
Materia Medika Indonesia. Persyaratan umum pada Materia Medika Indonesia
yaitu kadar air tidak lebih dari 10. Hasil penetapan kadar air memenuhi persyaratan pada Materia Medika Indonesia. Kadar sari yang larut dalam air
dilakukan untuk mengetahui senyawa polar yang terlarut dalam air misalnya flavonoid, tanin dan glikosida. Kadar sari yang larut dalam etanol untuk
mengetahui senyawa yang terlarut dalam etanol, misalnya triterpenoidsteroid dan lemak. Kadar abu total dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa anorganik
pada simplisia daun labu siam tersebut, sedangkan kadar abu yang tidak larut dalam asam dilakukan untuk mengetahui bahan-bahan yang tidak larut dalam
asam. Hasil skrining fitokimia terhadap herba labu siam diketahui bahwa herba
labu siam mengandung senyawa-senyawa kimia seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia herba labu siam
No Pemeriksaan Hasil
1 Alkaloida
+ 2
Flavonoida +
3 Tanin
+ 4
Saponin +
5 Glikosida
- 6
Antrakinon -
7 SteroidaTriterpenoida
-
Hasil skrining serbuk herba labu siam menunjukkan bahwa herba labu siam Sechium edule Sw mengandung senyawa kimia golongan flavonoida yang
secara umum telah diketahui dapat bertindak sebagai antioksidan yaitu sebagai penangkap radikal bebas karena gugus hidroksil yang dikandungnya dalam hal ini
disebut reduktor sehingga dapat mendonorkan hidrogen kepada radikal bebas Silalahi, 2006.
Pemeriksaan aktivitas anti radikal bebas DPPH secara spektrofotometer dilakukan dengan mereaksikan sampel dengan larutan pereaksi DPPH 0,5 mM.
Pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol herba labu siam dengan konsentrasi masing-masing 200 µgml, 300 µgml, 400 µgml
yang dibandingkan dengan BHT konsentrasi 20 µgml sebagai kontrol larutan pereaksi DPPH 0,5 mM tanpa penambahan sampel. Data hasil pengukuran
aktivitas antioksidan dengan menggunakan alat spektrofotometer uv-visibel pada panjang gelombang 516 nm dapat dilihat pada Lampiram 8 halaman 37-38.
Dari data tersebut menunjukkan adanya penurunan nilai absorbansi DPPH pada sampel uji dengan konsentrasi yang berbeda, penurunan absorbansi ini
menunjukan adanya aktivitas antioksidan dari ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol herba labu siam dan baku pembanding BHT. Penurunan nilai absorbansi
DPPH mempunyai arti bahwa telah terjadinya penangkapan radikal DPPH oleh ekstrak.
Hasil percobaan menunjukkan ekstrak n-heksan herba labu siam mempunyai nilai IC
50
sebesar 156,14 µgml, ekstrak etil asetat herba labu siam mempunyai nilai IC
50
sebesar 135,15 µ gml dan ekstrak etanol herba labu siam mempunyai nilai IC
50
sebesar 147,24 µ gml. BHT sebagai senyawa pembanding mempunyai nilai IC
50
sebesar 10,22 µ gml. Hasil perhitungan nilai IC
50
dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 42-45.
Nilai IC
50
yang diperoleh menunjukkan bahwa ketiga ekstrak memiliki aktivitas antioksidan terhadap DPPH sebagai radikal bebas. Aktivitas antioksidan
pada ekstrak herba labu siam ditentukan oleh senyawa-senyawa antioksidan yang kemungkinan disebabkan oleh senyawa flavonoid dan turunan polifenol yang
dikandungnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan