b Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah. Biasanya berisi obat untuk penyempitan pembuluh darah ke jantung
angina pectoris sehingga harus cepat terlarut agar segera memberi efek terapi. Diabsorpsi oleh selaput lendir mulut.
c Tablet Hisap
Tablet yang mengandung zat aktif dan zat penawar rasa atau bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal
pada selaput lendir mulut. 3
Tablet Kempa yang Digunakan melalui Lubang Tubuh a
Tablet Rektal Tablet kempa mengandung zat aktif yang akan digunakan secara
rektal dubur dengan tujuan penggunaan untuk kerja lokal atau sistemik.
b Tablet Vaginal
Tablet kempa yang berbentuk telur ovula yang dimasukkan ke dalam vagina dan terjadi disolusi dan pelepasan zat aktif di dalam
vagina. Biasanya mengandung antiseptik atau astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina atau mungkin juga untuk pemberian
steroid dalam pengobatan sistemik.
7.4 Komposisi Umum Sediaan Tablet Lachmann, 1989.
Secara umum, tablet memiliki komposisi sebagai berikut: 1.
Zat aktif Zat aktif dapat terdiri dari satu atau lebih komponen.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengisi
Pengisi adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang ditujukan untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan.
Contoh: laktosa, avicel, spray-dried lactose, sukrosa, dektrosa, manitol, starch 1500.
3. Pengikat
Pengikat bertanggung jawab untuk menjaga kekompakan dan daya tahan tablet. Bahan pengikat berperan dalam penyatuan bersama dari
partikel serbuk dalam sebuah butir granula. Contoh: amilum, starch 1500, gum, gelatin.
4. Lubrikan Pelicir
Fungsinya untuk menghilangkan gesekan atau friksi saat pengempaan dan penarikan tablet keluar cetakan. Semakin kecil ukuran granul, semakin
banyak lubrikan yang dibutuhkan. Lubrikan akan membentuk lapisan di sekitar granul, sehingga dapat mengurangi kerusakan setelah ditempa.
Contoh: carbowax, Mg-lauril sulfat, Mg-stearat, talk, sodium asetat, sodium lauril sulfat.
5. Glidant Bahan Pelicin
Digunakan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan antar partikel.
Contoh: talkum, corn starch, aerosil.
Universitas Sumatera Utara
6. Disintegrants Penghancur
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan. Dapat berfungsi
menarik air ke dalam tablet, mengembang, dan menyebabkan tablet pecah. Contoh: avicel, primogel, CMC, veegum.
7. Zat pewarna dan Pemanis
Gunanya adalah untuk menutupi warna tablet yang kurang baik, memudahkan identifikasi hasil produksi, dan membuat suatu produk
tampak lebih menarik. Contoh: zat warna FDC
7.5 Metode Pembuatan Tablet
Sediaan tablet dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan
sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar
kecilnya dosis, dan lain sebagainya. a.
Granulasi Basah Adalah memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi
partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini
biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat
Universitas Sumatera Utara
kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi. Contoh tablet dengan teknik granulasi basah yaitu tablet vitamin C asam askorbat.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: Ansel, 1989.
1 Penimbangan dan pencampuran.
Bahan aktif, pengisi dan bahan penghancur yang diperlukan dalam formulasi ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan, kemudian
dicampur dan diaduk dengan baik, biasanya menggunakan mesin pencampur serbuk atau mikser. Diantara pengisi yang digunakan adalah
laktosa, kaolin, manitol, amilum, dan kalsium fosfat. 2
Pembuatan granulasi basah. Mengubah serbuk menjadi granula dengan menambahkan cairan
pengikat atau perekat ke dalam campuran serbuk. Bahan pengikat yang dapat digunakan adalah 10-20 cairan berair yang dibuat dari tepung
jagung, 25-50 larutan glukosa, molase, macam-macam gom alam, derivat selulosa, gelatin dan povidon. Cairan pengikat yang ditambahkan
harus memberikan kelembaban yang cukup supaya serbuk dapat bercampurdengan meremas menggunakan tangan sampai secukupnya.
3 Penyaringan adonan lembab menjadi pelet atau granul.
Pada umumnya granulasi basah ditekan melalui ayakan no. 6 atau 8. Setelah semua bahan berubah menjadi granul, kemudian ditebarkan di atas
selembar kertas yang lebar dalam nampan yang dangkal dan dikeringkan.
Universitas Sumatera Utara
4 Pengeringan granul
Pada umumnya granul dikeringkan pada kabinet pengering dengan sistem sirkulasi udara dan pengendalian temperatur.
5 Penyaringan kering
Setelah dikeringkan, granul dilewatkan melalui ayakan dengan lubang lebih kecil. Biasa dipakai ayakan no 12 sampai 20.
6 Lubrikan atau pelincir
Setelah pengayakan kering, bahan pelincir kering ditambahkan ke dalam granul. Bahan pelincir yang umum digunakan antara lain talk,
magnesium stearat dan kalsium stearat. Manfaat dari pelincir adalah untuk mempercepat aliran granul dalam corong ke dalam rongga cetakan,
mencegah melekatnya granul pada punch dan cetakan, mengurangi gesekan antar tablet dan dinding cetakan pada saat pengeluaran tablet dari cetakan.
7 Pencetakan tablet
Granul dimasukkan ke dalam ruang cetakan dan dikempa oleh kedua gerakan punch atas dan bawah membentuk tablet.
b. Granulasi Kering
Proses ini disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang
selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula granul.
Dengan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif agar massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya
Universitas Sumatera Utara
untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau suhu tinggi Ansel, 1989.
Setelah penimbangan dan pencampuran bahan sama seperti pada metode granulasi basah, serbuk di ”slugged” atau dikompresi menjadi tablet yang lebar
dan datar atau pelet dengan diameter sekitar 1 inci. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan serbuk berceceran. Tablet kempaan ini
dihancurkan dengan tangan atau alat dan diayak, kemudian ditambahkan pelincir lalu di kempa menjadi tablet Ansel, 1989. Contoh tablet dengan teknik granulasi
kering antara lain tablet desogestrel, alendronat sodium, alupurinol, amitryprilin. c.
Kompresi Langsung Adalah pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif
dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun
hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk
kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktif tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif
tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air cairan tubuh. Secara umum sifat zat aktif yang cocok
untuk metode kempa langsung adalah alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam
massa tablet. Contoh tablet dengan teknik kempa langsung yaitu tablet asetaminofen.
Universitas Sumatera Utara
7.6 Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet