46
3. Lain-lain
Keterangan mengenai jumlah bidang, luas dan status tanah-tanah yang dimiliki oleh pemohon, termasuk bidang tanah yang dimohon dan keterangan lain yang
dianggap perlu. Permohonan tersebut ditujukan kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional
melalui Kepala Kantor Pertanahan meliputi letak tanah yang bersangkutan. Proses
lanjuntan yang
dilakukan Kepala
Kantor Pertanahan
adalah mengadakan pengukuran, pemetaan dan pemeriksaan tanah setempat. Setelah hal ini
dilakukan langkah selanjutnya adalah memeriksa apakah permohonan tersebut telah memiliki surat daftar, data yuridis dan data fisiknya secara lengkap atau belum dan
hal ini dituangkan ke dalam risalah pemeiksaan tanah. Jika ketidak lengkapan dalam persyaratan permohonan tersebut, kepala kantor akan meminta kepada pemohon
untuk melengkapinya agar dapat diproses lebih lanjut. Apabila permohonan tersebut dinyatakan lengkap, berkas pemohonan tersebut
dilimpahkan ke kantor wilayah badan pertanahan nasional untuk diterbitkan Surat keputusannya. Jika kewenangan untuk memberikan keputusan pemberian hak
miliknya ada pada Kepala Kantor Pertanahan, maka Kepala Kantor Pertanahan akan menerbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak Miliknya.
3. Kedudukan Sertipikat Tanah
Pasal 32 PP 241997 disebutkan bahwa :
Universitas Sumatera Utara
47
1Sertipikat merupakan tanda bukti hak yang berlaku, apabila data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah
hak yang bersangkutan. 2Dalam hal ada suatu bidang tanah sudah diterbitkan Sertipikat secara sah atas
nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa
mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat menuntut pelaksanaan atas hak tersebut apabila dalam 5 tahun sejak diterbitkannya Sertipikat telah
mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang hak Sertipikat dan kepala kantor pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan
gugatan ke pengadilan melakukan penguasaan atau penerbitan Sertipikat tersebut.”
Sedangkan dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA disebutkan bahwa: “pendaftaran tersebut dalam ayat 1 pasal ini meliputi pemberian surat-surat tanda
bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.” Jadi Sertipikat dimaksud berlaku sebagai alat bukti yang kuat, bukan suatu
alat bukti yang mutlak dalam arti bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang tercantum di dalamnya harus diterima sebagai
keterangan yang benar.
Universitas Sumatera Utara
48
Sebagai alat bukti yang kuat maka Sertipikat mempunyai manfaat sebagai berikut:
37
a. Menjamin kepastian hukum karena dapat melindungi pemilik Sertipikat terhadap gangguan pihak lain serta menghindarkan sengketa dengan pihak
lain. b. Mempermudah usaha memperoleh kredit dengan tanah berSertipikat sebagai
jaminan. c. Dengan adanya surat ukur dalam Sertipikat maka luas tanah sudah pasti,
sehingga untuk penetapan Pajak Bumi dan Bangunan PBB akan lebih adil.
4. Sertipikat Cacat Hukum
Sertipikat cacat Hukum adalah penerbitan Sertipikat yang keliru pada saat penerbitannya. Keliru pada saat penerbitannya dapat terjadi karena cacat hukum
administrasi dan cacat kepemilikan. Suatu Sertipikat Hak Atas Tanah dikatakan Cacat hukum administrasi apabila
melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 107 PMNAKBPN No.91999, sedangkan dikatakan cacat kepemilikan apabila Sertipikat yang diterbitkan tersebut
didasarkan kepada alas hakbukti kepemilikan yang tidak sah. Cacat kepemilikan ini terjadi apabila bukti-buktialas hak peralihan tanah tersebut diperoleh dengan cara
melawan hukum. Adapun bentuk -bentuk Sertipikat Cacat Hukum
1 Sertipikat Palsu Sertipikat disebut Sertipikat palsu, apabila :
38
37
Maria S.W. Sumarjono, Puspita Serangkum Aneka Masalah Hukum Agraria,: Andi
Offset, Yogyakarta, 1982. Hal. 26
38
Ali Achmad Chomzah, Op.Cit, Hal.136
Universitas Sumatera Utara
49
a. Data pembuatan Sertipikat adalah palsu atau dipalsukan; b. Tanda
tangan Kepala
Kantor Pertanahan
KabupatenKotamadya dipalsukan;
c. Blanko yang dipergunakan untuk membuat Sertipikatnya merupakan blanko yang palsu bukan blanko yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan
Nasional. Sebuah Sertipikat dinyatakan palsu atau tidak, dapat diketahui dari buku tanah
yang ada pada Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya setempat, yaitu bahwa data yang ada pada Sertipikat tidak sesuai dengan data yang ada pada buku tanah.
Meskipun jumlah Sertipikat palsu pada kenyataannya relatif tidak banyak, namun dengan adanya Sertipikat palsu dapat menimbulkan kerawanan-kerawanan tersendiri
dalam bidang pertanahan. Umumnya Sertipikat palsu ini dibuat terhadap tanah-tanah yang masih kosong
dan mempunyai nilai tanah yang cukup tinggi, serta terhadap tanah-tanah yang Sertipikatnya masih mempergunakan blanko Sertipikat lama.
39
Untuk memonitor setiap lembar Sertipikatyang telah beredar tidaklah mudah, sehingga masih saja adanya Sertipikatpalsu meskipun telah ada usaha-usaha
pencegahannya. Upaya untuk mencegah timbulnya Sertipikatpalsu ini telah dilakukan
dengan:
40
39
Ibid, Hal. 137
Universitas Sumatera Utara
50
1. Blanko Sertipikatdicetak sedemikian rupa dengan teknik pencetakkan mutakhir sehingga sulit dipalsukan dan ditunjang dengan pengelolaan yang
tertib. 2. Meningkatkan tertib administrasi pertanahan.
3. Upaya-upaya lain untuk mencegah dan mendeteksi Sertipikatpalsu. Apabila pada suatu ketika Kantor Pertanahan KabupatenKota mengetahui
adanya Sertipikat palsu, sementara pihak Badan Pertanahan Nasional tidak mempunyai wewenang untuk menyatakan bahwa Sertipikat yang dimaksud adalah
palsu, maka Sertipikat yang sebenarnya palsu tersebut, diteliti, kemudian distempel dengan kata-kata : “Sertipikat ini bukan produk Badan Pertanahan Nasional”, dan
perlu dilaporkan kepada pihak kepolisian setempat untuk diadakan penelitian lebih lanjut.
41
2 Sertipikat Asli Tapi Palsu Sertipikat Asli, tetapi Palsu, yaitu Sertipikat secara formal diterbitkan oleh
Kantor Pertanahan
KabupatenKotamadya setempat,
tetapi surat-surat
bukti kepemilikan ataupun surat-surat lain yang dipergunakan sebagai dasar pembuatan dan
penerbitan Sertipikat tersebut palsu.
42
Sertipikat semacam itu tentunya harus dibatalkan dan dinyatakan tidak berlaku serta ditarik dari peredaran setelah dibuktikan melalui proses di Pengadilan
40
Eddy Ruchiyat, Politik Pertanahan Sebelum Dan Sesudah Berlakunya UUPA UU No. 5 Tahun 1960, Alumni, Bandung, 1995, Hal. 185
41
Ali Achmad Chomzah, Op.Cit, Hal.138
42
Ibid, Op.Cit, Hal.138
Universitas Sumatera Utara
51
Negeri, bahwa surat keterangan yang merupakan dokumen yang mendasari penerbitan Sertipikat tersebut adalah palsu. Termasuk kategori Sertipikat asli tetapi
palsu, yaitu Sertipikat yang diterbitkan ternyata didasari atas bukti-bukti surat keterangan atau dokumen yang kurangtidak lengkap.
43
Upaya untuk mencegah terjadinya Sertipikat asli tetapi palsu ini, yaitu dengan meningkatkan kecepatan dan ketelitian aparat yang memproses pembuatan dan
penerbitan Sertipikat. 3 Sertipikat Ganda
Sertipikat Ganda adalah Sertipikat-Sertipikat yang menguraikan satu bidang tanah yang sama. Jadi dengan demikian satu bidang tanah diuraikan dengan 2 dua
Sertipikat atau lebih yang berlainan datanya. Hal semacam ini disebut pula “Sertipikat Tumpang Tindih overlapping”, baik tumpang tindih seluruh bidang
maupun tumpang tindih sebagian dari tanah tersebut.
44
Tidak Termasuk Dalam Kategori Sertipikat Ganda, yaitu :
45
a. Sertipikat yang diterbitkan sebagai Pengganti Sertipikat yang hilang; b. Sertipikat yang diterbitkan sebagai Pengganti Sertipikat yang rusak;
c. Sertipikat yang diterbitkan sebagai pengganti Sertipikat yang dibatalkan. Hal ini disebabkan karena Sertipikat-Sertipikat dimaksud di atas telah dinyatakan
dan tidak berlaku sebagai tanda bukti.
43
Eddy Ruhiyat, Op.Cit, Hal. 131
44
Ali Achmad Chomzah, Op.Cit, Hal. 139
45
Ibid, Hal. 139-140
Universitas Sumatera Utara
52
d. Sertipikat Hak Guna Bangunan di atas Hak Milik maupun di atas Hak Pengelolaan, karena menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku,
hal yang dimaksud memang dimungkinkan. Sertipikat ganda sering terjadi di wilayah-wilayah yang masih kosong, belum
dibangun dan di daerah perbatasan kota dimana untuk lokasi tersebut belum ada peta- peta pendaftaran tanahnya. Sertipikat ganda dapat terjadi karena beberapa hal sebagai
berikut : a. Pada waktu dilakukan pengukuran ataupun penelitian di lapangan, pemohon
dengan sengaja atau tidak sengaja menunjukkan letak tanah dan batas-batas yang salah;
b. Adanya surat bukti atau pengakuan hak dibelakang hari terbukti mengandung ketidakbenaran, kepalsuan atau sudah tidak berlaku lagi;
c. Untuk wilayah
yang bersangkutan
belum tersedia
Peta Pendaftaran
Tanahnya.
46
d. Kasus penerbitan lebih dari satu Sertipikat atas sebidang tanah dapat pula terjadi atas tanah warisan. Latar belakang kasus tersebut adalah sengketa harta
warisan yaitu oleh pemilik sebelum meninggalnya telah dijual kepada pihak lain tidak diketahui oleh anak-anaknya dan telah diterbitkan Sertipikat atas
nama pembeli, dan kemudian para ahli warisnya menyertifikatkan tanah yang
46
Loc.Cit, Hal. 140-141
Universitas Sumatera Utara
53
sama, sehingga mengakibatkan terjadi Sertipikat ganda, karena Sertipikat terdahulu ternyata belum dipetakan.
47
Upaya untuk mencegah timbulnya Sertipikat ganda yaitu melalui program Pengadaan Peta Pendaftaran Tanah yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional.
Namun demikian dalam melaksanakan pengadaan peta pendaftaran tanah ini memerlukan dana dan waktu, maka pengadaannya dilakukan secara bertahap melalui
pendekatan pengukuran desa demi desa, sebagai tercantum dalam ketentuan PP 101961 tanggal 23 Maret 1961 tentang Pendaftaran Tanah.
Berdasarkan apa yang diuraikan diatas bahwa dalam proses penerbitan Sertipikat didahului dengan pendaftaran tanah dan mengenai pendaftaran tanah ini
secara yuridis formal telah diatur dalam PP Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendafataran Tanah.
Berdasarkan aturan-aturan pendaftaran tanah tersebut sehingga dapat dikehui apa yang menjadi faktor-faktor terbitnya Sertipikat diatas tanah orang lain
diantaranya adalah faktor intern : 1. Tidak dilaksanakannya Undang-Undang Pokok Agraria dan peraturan
pelaksanaannya secara konsekuen dan bertanggungjawab disamping masih adanya orang yang berbuat untuk memperoleh keuntungan pribadi.
47
Eddy Ruchiyat, Op.Cit, Hal. 131
Universitas Sumatera Utara
54
2. Kurang berfungsinya aparat pengawas sehingga memberikan peluang kepada aparat
bawahannya untuk
bertindak menyeleweng
dalam arti
tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai sumpah jabatannya.
3. Ketidaktelitian pejabat Kantor Pertanahan dalam menerbitkan Sertipikat tanah yaitu dokumen-dokumen yang menjadi dasar bagi penerbitan Sertipikat tidak
diteliti dengan seksama yang mungkin saja dokumen-dokumen tersebut belum memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan oleh ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Selain dari pada faktor intern hal ini juga dipengaruhi oleh faktor ekstern
antara lain: 1. Masyarakat masih kurang mengetahui undang-undang dan peraturan tentang
pertanahan khususnya tentang prosedur pembuatan Sertipikat tanah. 2. Persediaan tanah tidak seimbang dengan jumlah peminat yang memerlukan
tanah. 3. Pembangunan mengakibatkan kebutuhan akan tanah semakin meningkat
sedangkan persediaan tanah sangat terbatas sehingga mendorong peralihan fungsi tanah dari tanah pertanian ke non pertanian, mengakibatkan harga
tanah melonjak. Menurut data-data yang diperoleh Penulis pada saat melakukan penelitian
pada Kantor Pertanahan Kota Medan, penerbitan Sertipikat Hak Milik No.1961 dan Hak Milik No.1896 Kelurahan Helvetia Timur telah sesuai dengan prosedur
Universitas Sumatera Utara
55
sebagaimana yang diamanahkan oleh Ketentuan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, karena pendaftaran Hak Milik tersebut dimulai
dengan permohonan yaitu mengisi formulir yang telah tersedia yang diajukan oleh pemohon kepada
Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan dan selanjutnya permohonan tersebut telah ditindak lanjuti dengan penelitian data fisik yaitu dengan
melakukan pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang dimohon. Bahwa pada saat pengukuran bidang tanah disaksikan oleh pegawai Kelurahan
dan pihak jiran tetangga yang bersebelahan dengan tanah tersebut. Kemudian hasil pengukuran data fisik bidang tanah Hak Milik No.1961 Kelurahan Helvetia Timur
dituangkan dalam Peta Bidang. Berdasarkan penelitan data fisik dan data yuridis yaitu memeriksa riwayat
pemilikan tanah melalui surat-suratbukti alas hak yang dilampirkan pada saat mengajukan permohonan yang dituangkan dalam Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah
”A”., pertimbangan dan penelitian Panitia ”A” terhadap tanah tersebut diterbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak hingga sampai kepada pendaftaran hak dengan
penerbitan Sertipikat Hak Milik tersebut. Dengan demikian secara yuridis formil Sertipikat Hak Milik No.1961 Kelurahan Helvetia Timur adalah sah dan berkekuatan
hukum sebagai tanda bukti hak.
Universitas Sumatera Utara
56
BAB III TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA HAK MILIK DIATAS
TANAH YANG DIKUASAI PIHAK LAIN
A. Pengertian Sengketa Hak Atas Tanah
Sengketa pertanahan dirumuskan dalam Pasal 1 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 1999 tentang Tata Cara
Penanganan Sengketa Pertanahan, selanjutnya disebut PMNAKBPN 11999, yaitu : “ perbedaan pendapat antara pihak yang berkepentingan mengenai keabsahan suatu
hak, pemberian hak atas tanah, pendaftaran hak atas tanah, termasuk peralihan dan penerbitan tanda bukti haknya serta pihak yang berkepentingan yang merasa
mempunyai hubungan hukum dan pihak lain yang berkepentingan terpengaruh oleh status hukum tanah tersebut.”
Menurut Sarjita, sengketa pertanahan adalah : “perselisihan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang merasa atau dirugikan pihak-pihak tersebut untuk
penggunaan dan penguasaan hak atas tanahnya, yang diselesaikan melalui musyawarah atau melalui pengadilan.”
48
Sifat permasalahan dari suatu sengketa ada beberapa macam :
49
1. Masalah yang menyangkut prioritas untuk dapat ditetapkan sebagai pemegang hak yang sah atas tanah yang berstatus hak atas tanah yang belum ada haknya.
48
Sarjita, Teknik dan Strategi Penyelesaian Sengketa Pertanahan, Tugujogja Pustaka,
Yogyakarta, 2005, Hal. 8
49
Rusmadi Murad, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah, Alumni, Bandung, 1991,
Hal. 23
56
Universitas Sumatera Utara
57
2. Bantahan terhadap sesuatu alas hakbukti perolehan yang digunakan sebagai dasar pemberian hak.
3. Kekeliruankesalahan pemberian hak yang disebabkan penerapan peraturan yang kurangtidak benar.
4. Sengketamasalah lain yang mengandung aspek-aspek sosial praktis bersifat strategis.
Jadi dilihat dari substansinya, maka sengketa pertanahan meliputi pokok persoalan yang berkaitan dengan :
1. Peruntukan danatau penggunaan serta penguasaan hak atas tanah; 2. Keabsahan suatu hak atas tanah;
3. Prosedur pemberian hak atas tanah; dan 4. Pendaftaran hak atas tanah termasuk peralihan dan penerbitan tanda bukti
haknya. Sedangkan tipologi masalah tentang pendaftaran hak, antara lain:
50
1. Sertipikat ganda; 2. Sertipikat palsu;
3. Konversi hak yang cacat hukum; 4. Peralihan hak yang cacat hukum dan cacat administrasi;
5. Permohonan pemblokiranskorsing.
50
Kanwil BPN Propinsi Sumatera Utara, Bahan Pembinaan Teknis Penyelesaian Masalah Pertanahan, Medan : Kanwil BPN Propinsi Sumatera Utara, 2005, Hal. 4
Universitas Sumatera Utara
58
Penyebab terjadinya
sertipikat yang
dipemasalahkan bersumber
dari ketidakjujuran pemohon dalam membeikan data teknis atau data yuridis. Fenomena
ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran hukum pemilik tanah dan terbatasnya akses bagi aparat untuk mendapatkan kebenaran materiil data dan keterangan yang
disampaikan pemohon pada saat pendaftaran tanah. Potensi lainnya yang menyebabkan timbulnya Sertipikat bermasalah juga
dapat disebabkan ketidak cermatan aparat dalam proses pendaftaran tanah baik karena ketidak cermatan aparat dalam proses pendaftaran tanah baik karena ketidak
akuratnya data dari pemohon maupun kurang lengkapknya pengambilan data teknis dilapang, serta keterbatasan akses dalam verifikasi bukti pemilikan. Selanjutnya
indikator ketidaktahuan pemilik tanah dan aparat mengenai kepastian letak lokasi dan batas-batas tanah dilapang, juga dapat menjadi penyebab timbulnya sengketa.
Sebagaimana telah diuraikan bahwa tujuan penerbitan hak milik atas tanah adalah dalam rangka memberikan tanda bukti hak kepemilikan tanah yang
berkepastian hukum . Namun mengingat sistem pendaftaran tanah yang digunakan adalah sistem negatif, dengan berdasarkan bukti-bukti pemilikan tanah tanpa
pengujian secara
materiil, maka
hak kepemilikannya
masih mengandung
ketidakpastian hukum, karena kebenaran datanya tidak dijamin sepenuhnya oleh pemerintah, sehingga dapat dipersoalkan oleh orang lain bahkan dipekarakan di
lembaga peradilan.
Universitas Sumatera Utara
59
Dengan demikian sertipikat hak milik atas tanah yang merupakan produk pendaftaran tanah akan mempunyai kepastian hukum setelah memperoleh putusan
hakim Pengadilan Tata Usaha Negara atau Peradilan Umum yang telah mempunyai kekuatan hukum dan menyatakan sertipikat diterbitkan secara sah.
B. Penyelesaian Sengketa Melalui Instansi Badan Pertanahan Nasional
Untuk menangani sengketa pertanahan, secara struktural menjadi tugas dan fungsi Sub Direktorat Penyelesaian Sengketa Hukum pada BPN, Seksi Penyelesaian
Masalah Pertanahan pada Kantor Wilayah BPN Propinsi dan Sub Seksi Penyelesaian Masalah Pertanahan pada Kantor Pertanahan KabupatenKota.
Selain itu berdasarkan PMNAKBPN No. 1 Tahun 1999, dibentuk Sekretariat Penanganan Sengketa Pertanahan pada Badan Pertanahan Nasional yang secara
fungsional bertugas untuk membantu penanganan sengketa pertanahan. Ketentuan tersebut berlaku mutatis-mutandis bagi Kantor Wilayah BPN Propinsi maupun
Kantor Pertanahan KabupatenKota.
51
Penyelesaian melalui Instansi Badan Pertanahan Nasional BPN, dilakukan melalui langkah-langkah :
a. Adanya pengaduan
Sengketa hak atas tanah timbul karena adanya pengaduan atau keberatan dari orangbadan hukum yang berisi kebenaran dan tuntutan terhadap suatu keputusan
51
Badan Pertanahan Nasional, Pengarahan Direktur Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah pada
Rapat Konsultasi
Teknis Para
Kepala Bidang
Hak-Hak Atas
Tanah Seluruh
Indonesia,Jakarta: 15 Juli 2003, Hal. 13
Universitas Sumatera Utara
60
Tata Usaha Negara di lingkungan Badan Pertanahan Nasional, dimana keputusan Pejabat tersebut dirasakan merugikan hak-hak mereka atas suatu bidang tanah
tertentu. Sengketa hak atas tanah meliputi beberapa macam antara lain mengenai status
tanah, siapa-siapa yang berhak, bantahan terhadap bukti-bukti perolehan yang menjadi dasar pemberian hak atau pendaftaran dalam buku tanah Dalam
pengaduan berisi hal-hal dan peristiwa yang menggambarkan bahwa pengadu adalah pihak yang berhak aas tanah yang dipersengketakan atau tanah konflik
dengan dilampiri bukti-bukti serta mohon penyelesaian dengan disertai harapan agar terhadap tanah tersebut dapat dicegah mutasinya sehingga tidak merugikan
pengadu. b.
Penelitian dan pengumpulan data Setelah berkas pengaduan diterima pejabat yang berwenang mengadakan
penelitian terhadap dataadministrasi maupun hasil di lapanganfisik mengenai penguasaannya sehingga dapat disimpulkan pengaduan tersebut beralasan atau
tidak untuk diproses lebih lanjut. c.
Pencegahan mutasi Mutasi tidak boleh dilakukan agar kepentingan orang atau badan hukum yang
berhak atas tanah yang disengketakan tersebut mendapat perlindungan hukum. Apabila
dipandang perlu
setelah Kepala
Kantor Pertanahan
setempat mengadakan penelitian dapat dilakukan pemblokiran atas tanah sengketa atau
Universitas Sumatera Utara
61
dilakukan pencegahanpenghentian sementara terhadap segala bentuk perubahan mutasi tanah sengketa.
d. Musyawarah
Penyelesaian melalui cara musyawarah merupakan langkah pendekatan terhadap para pihak yang bersengketa, seringkali menempatkan pihak instansiKantor
Pertanahan sebagai mediator dalam penyelesaian secara kekeluargaan ini, sehingga diperlukan sikap tidak memihak dan tidak melakukan tekanan-tekanan,
justru mengemukakan cara penyelesaiannya. e.
PencabutanPembatalan Surat Keputusan Tata Usaha Negara di bidang Pertanahan oleh Kepala BPN.
Penanganan dan Penyelesaian sengketa hak atas tanah di Kantor Pertanahan Kota Medan sebagai tempat penelitian penulis dilaksanakan oleh Seksi Sengketa
Konflik dan Perkara. Seksi ini dipimpin oleh seorang Kepala Seksi dan membawahi dua orang kasubsi yaitu Sub Seksi Perkara dan Sub Seksi Sengketa dan Konflik
yang masing-masing dipimpin oleh seorang Kasubsi serta membawahi beberapa orang staf.
Tata Cara penanganan dan penyelesaian sengketa di kantor Pertanahan Kota Medan dilaksanakan apabila terdapat keberatansanggahan terhadap sertipikat yang
diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan, maka Kepala Seksi beserta stafnya melakukan penelitian dan pemeriksaan atas alas hak penerbitan Sertipikat
yang disanggah yang dituangkan dalam bentuk Berita Acara. Apabila penelitian dan
Universitas Sumatera Utara
62
pemeriksaan data yuridis dirasa sudah cukup maka pihak yang melakukan sanggahan pengadu beserta pemegang Sertipikat Hak atas tanah diundang ke Kantor
Pertanahan Kota Medan untuk melakukan mediasi pada waktu dan tanggal yang telah ditentukan dan kepada para pihak yang bersengketa diwajibkan membawa bukti-bukti
surat kepemilikan atas tanah tersebut. Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan selaku Mediator akan bertindak netral dan tidak akan memihak kepada salah satu pihak
yang bersengketa. Mediasi merupakan pengendalian sengketa petanahan yang diulakukan
dengan cara membuat konsensus diantara dua pihak yang bersengketa untuk mencari pihak ketiga yang berkedudukan netral sebagai mediator dalam penyelesaian konflik.
Dalam menyelesaikan sengketa melalui cara mediasi, kedua belah pihak sepakat mencari nasehat dari pihak ketiga. Penyelesaian sengketa melalui bentuk ini
dilakukan atas dasar kesepakatan kedua pihak yang bersengketa bahwa masalah mereka akan diselsaikan melalui bantuan seorang atau beberapa penasehat ahli
maupun melalui seorang mediator. Pihak ketiga yang memberikan bantuan ini bersifat netral tidak memihak serta independen, dalam artian tidak dapat
diintervensi oleh pihak lainnya. Apabila dalam musyawarah tersebut tercapai kesepakatan diata para pihak, maka dibuatkan perjanjian bersama untuk didaftarkan
di Pengadilan. Tetapi jika gagal, mediator menyampaikan anjuran tertulis kepada kedua belah pihak. Apabila anjuran tertulis yang diberikan oleh mediator tidak
Universitas Sumatera Utara
63
mendapat tanggapan atau ditolak pihak yang bersengketa maka dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan.
C. Penyelesaian Sengketa Melalui Peradilan
Penyelesaian ini dilakukan apabila usaha-usaha musyawarah tidak tercapai, demikian pula apabila penyelesaian secara sepihak dari Kepala BPN karena
mengadakan peninjauan kembali atas Keputusan Tata Usaha Negara yang telah dikeluarkannya
tidak dapat
diterima oleh
pihak yang
bersengketa, maka
penyelesaiannya harus melalui Pengadilan. Penyelesaian sengketa pertanahan melalui jalur pengadilan sering memakan
waktu yang lama. Lamanya berperkara ini banyak disebabkan karena kemungkinan berperkara sekurang-kurangnya 3 tiga sampai 4 empat tahap.
Pertama pada tingkat pengadilan negeri yang akan berlangsung relatif cepat sekarang ini, karena ada petunjuk Mahkamah Agung MA bawah sedapatnya harus
dibatasi berperkara sampai kurang lbih 6 enam bulan. Namun dalam praktek bisa berbulan-bulan, kadang-kadang setahun.
Kedua, pada tingkat pengadilan tinggi seperti halnya dalam pengadilan negeri, perkara sering berlangsung lama. Disamping itu pemeriksaan perkara melalui
pengadilan sering kali dihantui adanya anggapan
bahwa pengadilan lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri saja atau lebih dikenal dengan sebutan
mafia peradilan.
Universitas Sumatera Utara
64
Ketiga pada tingkat kasasi, sering terjadi keterlambatan dalam pemeriksaan. Hal ini disebabkan karena antrian pemeriksaan dalam acara kasasi yang lama sekali
disebabkan banyaknya perkara kasasi yang ditangani. Keempat, pada peninjauan kembali juga memakan waktu yang sangat lama
dalam pemeriksaannya Apabila Penggugat mengajukan gugatan Tata Usaha Negara karena
disebabkan usaha musyawarah melalui mediasi yang dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan tidak menemui titik temu, sehingga harus diselesaikan
melalui Lembaga Peradilan. Gugatan karena dianggap telah salah menerbitkan Sertipikat diatas tanah yang dikuasainya. Gugatan ditujukan kepada Pengadilan Tata
Usaha Negara dan Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan akan bertindak sebagai Tergugat.
Dalam praktek biasanya Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan selaku Tergugat akan memberikan kuasa hukum kepada Kepala Seksi Sengketa Konflik dan
Perkara, Kasubsi Perkara dan Kasubsi Sengketa dan Konflik serta Staf yang ditunjuk untuk mewakili Kepala Kantor dihadapan Pengadilan. Selama proses pemeriksaan di
Pengadilan Kuasa hukum Kepala Kantor akan mempertahankan Sertipikat yang diterbitkan dan untuk mendukungnya pihak Kuasa Hukum Kepala Kantor akan
menyarankan kepada Majelis Hakim untuk memanggilmenarik pemegang Sertipikat hak atas tanah yang menjadi objek sengketa agar ikut sebagai pihak didalam perkara,
sehingga pemegang hak dapat membela kepentingannya didepan Pengadilan. Kepala
Universitas Sumatera Utara
65
Kantor Pertanahan Kota Medan dan Pemegang Hak bersama-sama dan saling mendukung mempertahankan sertipikat objek sengketa sampai upaya hukum terakhir.
Sementara menunggu Putusan Pengadilan sampai adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap, dilarang bagi Pejabat Tata Usaha Negara Kepala Kantor
untuk mengadakan mutasi atas tanah yang bersangkutan. Hal tersebut untuk menghindari terjadi masalah dikemudian hari yang menimbulkkan kerugian bagi
pihak-pihak yang berpekara maupun pihak ketiga. Untuk itu Pejabat Tata Usaha Negara Kepala Kantor Pertanahan y harus menerapkan asas-asas umum
pemerintahan yang baik, yaitu untuk melindungi semua pihak yang berkepentingan sambil menunggu adanya putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap In
Kracht Van Gewijsde yang menyatakan sertipikat sah atau tidak berkekuatan hukum sebagai alat bukti hak.
Surat-surat tanda bukti hak yang diberikan berupa Sertipikathak atas tanah dikatakan sebagai alat pembuktian yang kuat, hal ini berarti bahwa keterangan-
keterangan yang tercantum di dalam Sertipikat mempunyai kekuatan hukum dan harus diterima sebagai keterangan yang benar oleh hakim selama tidak dapat
dibuktikan sebaliknya oleh pihak lain. Apabila pihak lain dapat membuktikan sebaliknya maka yang berwenang memutuskan alat pembuktian mana yang benar
adalah Pengadilan.
52
52
Maria Soemardjono, Op. Cit, 1982,Hal. 24
Universitas Sumatera Utara
66
Apabila Sertipikat Hak atas tanah yang digugat dinyatakan batal oleh Pengadilan Tata Usaha Negara, maka pihak Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan
akan melakukan upaya hukum banding dan jika ditingkat banding tetap membatalkan sertipikat tersebut maka Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan akan mengajukan
upaya hukum sampai ketingkat Kasasi dan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung.
Jika ternyata upaya hukum yang dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan tetap ditolak hingga upaya Peninjauan Kembali, maka Kepala kantor
Pertanahan Kota Medan atas pertintah putusan Pengadilan akan membatalkan sertipikat dan disertai permohonan yang diajukan oleh Penggugat.
Akan tetapi oleh karena sistem peradilan di Indonesia mengenal adanya 4 empat macam lingkungan peradilan dibawah Mahkamah Agung sabagai salah satu
puncak kekuasaan kehakiman yaitu Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara yang masing-masing berbeda dalam
yurisprudensi dan kompetensi wewenang, dapat mengakibatkan seringkali terjadi adanya perkara yang pokok sengketanya saling bersentuhan khususnya masalah
pertanahan dimana disatu sisi termasuk dalam yuridiksi peradilan umum perdata dan disisi lainnya termasuk dalam yuridiksi Peradilan Tata Usaha Negara, sekalipun
keduanya terdapat dalam satu perkara yang sama atau dua perkara yang saling berkaitan erat.
Universitas Sumatera Utara
67
Apabila sengketa tersebut diperiksa dan diadili secara terpisah dan diputus sendiri-sendiri oleh kedua macam peradilan tersebut, maka ada kemungkinan besar
bahwa dapat terjadi adanya dua putusan yang saling berbeda dan bertentangan walaupun dalam praktek ada banyak juga yang saling mendukung.
Terhadap putusan yang saling bertentangan akan mengakibatkan sulitnya melaksanakan isi putusan, misalnya jika putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
membatalkan sertipikat yang telah diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan, sementara dalam putusan Pengadilan Negeri mensahkan kepemilikan pemegang hak
atas Sertipikat tanah yang disengketakan. Hal ini tentunya akan membuat Pejabat Tata Usaha Negara Kepala Kantor Pertanahanmenjadi serba salah
untuk melaksanakan kedua isi putusan yang saling bertolak belakang.
1. Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah