11
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi
3
, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta- fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.
4
Menetapkan landasan teori pada waktu diadakan penelitian ini tidak salah arah. Sebelumnya diambil rumusan Landasan teori seperti yang dikemukakan M.
Solly Lubis, yang menyebutkan: “Bahwa landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir
pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin
disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan”
5
Teori ini sendiri adalah serangkaian preposisi atau keterangan yang saling berhubungan dengan dan tersusun dalam sistem deduksi yang mengemukakan suatu
penjelasan atas suatu gejala. Adapun teori menurut Maria S.W. Sumardjono adalah:
3
J.J.J M. Wuisman, dengan penyunting M. Hisman. Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid. 1, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996. Hal. 203
4
Ibid, Hal. 216
5
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Mandar Madju, Bandung, 1994. Hal. 80
Universitas Sumatera Utara
12
“Seperangkat preposisi yang berisi konsep abstrak atau konsep yang sudah didefinidikan dan saling berhubungan antar variable sehingga menghasilkan
pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu variable dengan variable lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antar variable
tersebut”
6
AP. Parlindungan mengemukakan bahwa untuk mengatasi permasalahan agraria haruslah tetap berpijak pada teori tentang :
1. Pandangan mengenai political will; 2. Pandangan mengenai permasalahan planning political will;
3. Pandangan mengenai programming; 4. Pandangan mengenai pelaksanaan dan pelaksana;
5. Pandangan mengenai pengawasan; 6. Pandangan mengenai ketahanan nasional;
7
Fungsi teori
dalam penelitian
tesis ini
adalah untuk
memberikan arahanpetunjuk dan ramalan serta menjelaskan gejala yang diamati. Karena
penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum. Maksudnya adalah penelitian ini berusaha untuk memahami secara
yuridis mengenai kekuatan hukum Sertipikat hak milik diatas tanah yang dikuasai oleh orang lain, sebagai kaidah hukum atau sebagai isi kaidah hukum yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan.
6
Maria S.W. Sumarjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, Gramedia,Yogyakarta, 1989. Hal. 12
7
AP Parlindungan, Permohonan Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Menurut Pengaturan Yang Berkaitan, Makalah Seminar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara tanggal 19 Oktober
1996 Hal. 2 dalam buku Mhd.Yamin Lubis dan Abd.Rahim Lubis, Ibid. Hal. 182
Universitas Sumatera Utara
13
Teori yang digunakan dalam penulisan tesis adalah teori kepastian hukum bahwa sesuai dengan Pasal 19 UUPA tujuan pendaftaran tanah adalah untuk
memperoleh kepastian hukum, yang meliputi kepastian mengenai orangbadan hukum yang menjadi pemegang hak atas tanah yang disebut pula kepastian subyek hak atas
tanah dalam pendaftran tanah. Kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan.
Suatu Undang-undang dibuat untuk mengatur sesuatu, disamping untuk bertujuan menjamin keadilan bagi seluruh rakyat, juga untuk menjamin ketertiban
dan kepastian hukum. Kepastian hukum tercapai jika Undang-undang tersebut tidak hanya bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi malainkan juga ada
keharmonisan dengan Undang-undang yang lainnya. M.Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis dalam Buku Pendaftaran Tanah
menyebutkan bahwa pentingnya kepastian hukum dalam pendaftaran tanah untuk menjamin perlindungan hukum bagi masyarakat, artinya masih di anggap tidak ada
kepastian hukum dari adanya pendaftaran tanah di negara ini, sebab Sertipikat belum menjamin sepenuhnya hak atas tanah seseorang.
8
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor : 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, selanjutnya disebut PMNAKBPN 31997. Tujuan pendaftaran
tanah menurut Pasal 19 UUPA adalah kepastian hukum, yang meliputi :
8
Mhd.Yamin Lubis dan Abd.Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Mandar Maju, Bandung, 2008. Hal. 178
Universitas Sumatera Utara
14
1. Kepastian mengenai orangbadan hukum yang menjadi pemegang hak atas tanah yang disebut pula kepastian subyek hak atas tanah.
2. Kepastian letak, batas-batasnya, panjang dan lebar yang disebut dengan kepastian obyek hak atas tanah.
9
Diadakannya pendaftaran tanah akan membawa akibat hukum yaitu diberikannya surat tanda bukti hak atas tanah yang lazim disebut sebagai Sertipikat
tanah kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku
sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang
ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan Pasal 32 ayat 1 PP 241997.
Dalam penerbitan Sertipikat diperlukan suatu proses yang melibatkan pihak pemohon, para pemilik tanah yang bersebelahan, Pamong Desa maupun pihak
instansi yang terkait untuk memperoleh penjelasan dan surat-surat sebagai alas hak yang berhubungan dengan permohonan Sertipikat tersebut. Penjelasan baik lisan
maupun tertulis dari pihak terkait memiliki peluang untuk terjadinya pemalsuan, daluwarsa bahkan adakalanya tidak benar atau fiktif sehingga timbul Sertipikat cacat
hukum.
10
9
Irawan Soerodjo, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Di Indonesia, Arkola, Surabaya,2003, Hal. 78
10
Ali Achmad Chomzah, Op. Cit. Hal. 25
Universitas Sumatera Utara
15
Sekarang dalam praktek tidak jarang terjadi beredarnya Sertipikat palsu, Sertipikat asli tetapi palsu atau Sertipikat ganda di masyarakat sehingga pemegang
hak atas tanah perlu mencari informasi tentang kebenaran data fisik dan data yuridis yang tertera dalam Sertipikat tersebut di Kantor Pertanahan setempat
. Pada umumnya
masalah baru muncul dan diketahui terjadi penerbitan Sertipikat ganda, yaitu untuk sebidang tanah diterbitkan lebih dari satu Sertipikat yang letak tanahnya saling
tumpang tindih, ketika pemegang Sertipikat yang bersangkutan akan melakukan suatu perbuatan hukum atas bidang tanah yang dimaksud.
Secara garis besar tujuan pendaftaran tanah dinyatakan dalam Pasal 3 PP 241997, yaitu :
11
1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain
yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Untuk itu kepada pemegang haknya
diberikan Sertipikat sebagai tanda buktinya; 2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuansatuan rumah susun yang sudah terdaftar; 3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
11
Mhd. Yamin Lubis dan Abd Rahim Lubis, Op Cit. Hal. 169
Universitas Sumatera Utara
16
4. Tujuan pendaftaran tanah yang tercantum pada huruf a merupakan tujuan utama pendaftaran tanah yang diperintahkan oleh Pasal 19 UUPA.
Disamping itu terselenggaranya pendaftaran tanah juga dimaksudkan untuk tercapainya pusat informasi mengenai bidang-bidang tanah sehingga pihak-pihak
yang berkepentingan termasuk pemerintah dapat dengan mudah memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah
dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar. Dengan demikian terselenggaranya pendaftaran tanah yang baik merupakan
dasar dan perwujudan tertib administrasi di bidang pertanahan. Penjelasan Pasal 2 PP 241997 menentukan bahwa asas pendaftaran tanah yaitu :
12
1. Asas Sederhana, berarti ketentuan pokok dan prosedur dalam pelaksanaan pendaftaran tanah dapat dipahami oleh pihakpihak yang berkepentingan
terutama para pemegang hak atas tanah. 2. Asas Aman, berarti pendaftaran tanah diselenggarakan secara teliti dan cermat
sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.
3. Asas Terjangkau,
berarti keterjangkauan
bagi para
pihak untuk
memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah
harus bisa terjangkau oleh para pihak yang memerlukan.
12
A.P. Parlindungan, Op Cit. Hal. 76-77
Universitas Sumatera Utara
17
4. Asas Mutakhir, berarti kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan kesinambungan dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah. Data yang
tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir sehingga perlu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan yang terjadi di kemudian hari.
5. Asas Terbuka, berarti data pendaftaran tanah harus dipelihara secara terus menerus dan berkesinambungan sehingga data yang tersimpan di Kantor
Pertanahan harus selalu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan dan masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data yang benar setiap
saat.
2. Konsepsi