D. Kesehatan Bank
Industri perbankan yang sehat dan berada dalam kondisi stabil berperan mutlak dalam kegiatan atau pembangunan ekonomi dalam pengertian bahwa lembaga
keuangan tersebut terutama perbankan diyakini dapat memenuhi seluruh kewajibannya tanpa dukungan atau bantuan pihak luar eksternal. Suatu negara bisa
saja memiliki sistem perbankan yang kuat, dengan perekonomian yang lemah. Tetapi, tidak pernah dalam sejarah menunjukkan bahwa suatu negara dengan sistem
perbankan yang lemah menjadikan perekonomiannya kuat.
125
Pentingnya kesehatan lembaga keuangan, khususnya perbankan, dalam penciptaan sistem keuangan yang sehat mempunyai beberapa alasan, antara lain:
a Keunikan karakteristik perbankan yang rentan terhadap serbuan masyarakat
yang menarik dana secara besar-besaran bank runs
126
sehingga berpotensi merugikan deposan dan kreditur bank;
b Penyebaran kerugian di antara bank-bank sangat cepat melalui contagion
effect sehingga berpotensi menimbulkan system problem;
125
Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah…, Op.Cit.,hal. 22.
126
Runs adalah suatu kondisi dimana nasabah-nasabah yang menyimpan uangnya di suatu bank mulai tidak yakin akan kemampuan bank tersebut dalam membayar kewajibannya secara penuh
sehingga mereka menarik uangnya. Runs menjadi masalah karena ketika bank mengalami permintaan akan uang yang meningkat, mereka harus menyediakan dana dalam jumlah yang mencukupi.
Masalahnya menjadi lebih pelik sebab bank harus mengambil simpanan dananya yang ada di bank sentral atau bank lain. Jika belum mencukupi, hal tersebut harus dipenuhi dengan menjual asetnya dan
atau menjual utangnya yang tentunya dalam harga yang lebih rendah. Dalam keadaan normal, sebagian asset perbankan berbentuk piutang. Pada kondisi dimana bank menghadapi permintaan akan
kas dalam jumlah besar dan mendadak, maka kegoncangan pada suatu bank dapat memberikan efek domino pada bank lain melalui hubungan pinjaman antar bank atau lewat kenaikan suku bunga pasar
uang antar bank. kondisi ini yang akan menyebabkan insolvensi pada satu atau lebih atau bahkan semua sistem perbankan. HLB Hadori Rekan, Studi EkonomiBantuan Likuiditas Bank Indonesia,
Jakarta: Bank Indonesia, 2002, hal. 32-33.
Universitas Sumatera Utara
c Proses penyelesaian bank-bank bermasalah membutuhkan dana dalam jumlah
yang tidak sedikit; d
Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sebagai lembaga intermediasi akan menimbulkan tekanan-tekanan dalam sektor keuangan
financial distress; e
Ketidaksatabilan sektor keuangan akan berdampak pada kondisi makro ekonomi, khususnya dikaitkan dengan tidak efektifnya transmisi kebijakan
moneter.
127
Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas
128
, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan
usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
129
Penilaian kesehatan bank dilakukan oleh Bank Indonesia secara teratur dan diberitahukan kepada bank secara berkala.
Sistem penilaian tingkat kesehatan bank telah dimulai sekitar tahun 1970 dengan menggunakan kriteria yang dikembangkan dari asas-asas usaha bank dan perkreditan
yang sehat. Dalam periode ini kriteria penilaian tingkat kesehatan tidak hanya didasarkan atas kriteria tradisonal yaitu: aspek likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas,
127
Anwar Nasution, “Masalah-masalah Sistem Keuangan dan Perbankan Indonesia”, disampaikan pada “ Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII”, Denpasar: Badan Pembinaan
Hukum Nasional-Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, 14-18 Juli 2003, hlm.5.
128
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya.
129
Pasal 29 ayat 2 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan
Universitas Sumatera Utara
namun juga telah memasukkan unsur penilaian atas kemampuan modal untuk memikul risiko yang mungkin timbul dari kegiatan usahanya.
130
Faktor-faktor yang dapat menurunkan nilai tingkat kesehatan bank menjadi tidak sehat yaitu perselisihan intern, campur tangan pihak di luar manajemen bank,
window dressing
131
, praktik bank dalam bank, penghentian keikutsertaan kliring, praktik perbankan lain yang membahayakan kelangsungan bank.
Proses penyehatan dan penguatan perbankan telah ada dirumuskan dalam PAKFEB 1991. kebijakan tersebut mengadopsi ”Prudential Banking” prinsip
kehati-hatian dalam usaha perbankan, yang digunakan sebagai ”Best Practice Guide” di dunia perbankan internasional. Beberapa ketentuan yang penting adalah
syarat kecukupan modal minimum CAR, kewajiban penyisihan cadangan risiko, pengetatan klasifikasi likuiditas kredit kolektabilitas dan BMPK Batas Maksimum
Pemberian Kredit.
132
Struktur pasar keuangan financial markets yang sehat ditunjang oleh pelaku pasar yang sehat pula akan membentu berbagai langkah stabilitas ekonomi mencapai
sasarannya. Oleh karena itu dibutuhkan pelaku pasar keuangan yang mampu menangkap sinyal-sinyal indikatif yang diisyaratkan otoritas perbankan. Sejalan
dengan itu Bank Indonesia harus terus berupaya meningkatkan profesionalisme pelaku dalam sektor perbankan agar dapat menciptakan bankir yang tangguh dan
130
HLB Hadori Rekan, Studi Hukum Bantuan..., Op.Cit., hlm. 49.
131
Window dressing adalah penyajian laporan keuangan yang lebih baik daripada keadaan sesungguhnya. Kamus Keuangan,
http:www.perencanakeuangan.comfilesw1.html diakses tanggal
28 November 2009.
132
HLB Hadori Rekan, Studi Hukum Bantuan...,Op.Cit., hal. 41
Universitas Sumatera Utara
profesional. Melihat jumlah kantor bank yang semakin bertambah, Bank Indonesia jelas memiliki keterbatasan dalam melakukan pengawasan. Untuk itu Bank Indonesia
mengembangkan pola pembinaan dan pengawasan yang mengarah pada industri perbankan yang mampu mengatur sendiri dalam menerapkan pelaksanaan prinsip
kehati-hatian.
133
Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank , biasanya menggunakan berbagai alat ukur. Ukuran kinerja bank umum yang lebih komprehensif adalah
CAMEL, yang mencakup seluruh aspek yang penting dalam evaluasi kesehatankinerja bank umum, yaitu: C = Capital Adequacy tingkat kecukupan
modal, A = Assets Quality kualitas aktiva, M = Management Quality kualitas manajemen, E = Earnings kemampuan menghasilkan pendapatan, L = Liquidity
tingkat likuiditas.
134
Berikut ini aspek yang dinilai dalam analisis CAMEL, yaitu:
135
1. Aspek Permodalan Capital
Dalam aspek ini yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modalminimum bank. Penilaian tersebut
didasarkan kepada CAR Capital Adequacy Ratio yang telah ditetapkan Bank Indonesia.
2. Aspek Kualitas Aset Assets
133
Dahlan Siamat, Op.Cit., hal. 70.
134
Mandala Manurung dan Prathama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter Kajian Konstektual Indonesia,Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004, hal.
157.
135
Kasmir, Pemasaran Bank, Jakarta: Kencana, 2008, hal. 40-42.
Universitas Sumatera Utara
Dalam aspek ini upaya yang dilakukan adalah untuk menilai jenis-jenis asset yang dimiliki oleh bank. Penilaian asset harus sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif
terhadap aktiva produktif diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia.
3. Aspek Kualitas Manajemen Management
Dalam mengelola kegiatan bank sehari-hari juga dinilai kualitas manajemennya. Kualitas manajemen juga dilihat dari kualitas manusianya dalam
bekerja. Kualitas manajemen juga dilihat dari segi pendidikan dan pengalaman dari karyawannya dalam menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi. Dalam aspek ini
yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas.
4. Aspek Rentabilitas Earning
Merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur kemempuan bank dalam meningkatkan keuntungan. Kemampuan ini dilakukan dalam suatu periode.
Kegunaan aspek ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur
secara rentabilitas yang terus meningkat di atas standar yang telah ditetapkan. 5.
Aspek Likuiditas Liquidity
Universitas Sumatera Utara
Suatu bank dapat dikatakan likuid jika bank yang bersangkutan mampu membayar semua utangnya, terutama utang-utang jangka pendek yang ada di bank
antara lain adalah simpanan masyarakat seperti simpanan tabungan, deposito, dan giro. Dikatakan likuid apabila pada saat ditagih bank mampu membayar. Kemudian
bank juga harus dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Teknik analisa CAMEL yang digunakan untuk penilaian kinerja keuangan
bank mengacu pada ketentuan penilaian yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 302UPPBTgl.3041997 jo. SE No. 30UPPBTgl19031998.
136
Berdasarkan penjelasan Surat Edaran Bank Indonesia tersebut, penerapan analisis CAMEL dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
137
1. Melakukan review data laporan keuangan Neraca dan Laporan Rugi Laba
dengan sistem akuntansi yang berlaku maupun penjelasan lain yang mendukung;
2. Menghitung angka rasio masing-masing aspek CAMEL;
3. Menghitung nilai kotor masing-masing rasio;
4. Menghitung nilai bersih masing-masing rasio dengan jalan mengalikan nilai
kotor masing-masing dengan standar bobot masing-masing rasio; 5.
Menjumlahkan nilai bersih rasio CAMEL;
136
M. Faisal Abdullah, Manajemen Perbankan Teknik Analisis Kinerja Keuangan Bank, Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang, 2005, hal. 129-130
137
Universitas Kristen Petra, http:digilib.petra.ac.idjiunkpe2007-32403056-8776-
kebangkrutan.pdf diakses tanggal 28 November 2009.
Universitas Sumatera Utara
6. Membandingkan hasil penjumlahan keseluruhan rasio CAMEL dengan
standar Bank Indonesia. Asas
kehati-hatian Prudential Banking pada dasarnya merupakan suatu tolak
ukur pengendalian CAMEL. Dalam prinsip tersebut, hal-hal yang belakangan sering mengemuka seperti Capital Adequacy Ratio CAR, Cadangan RisikoProvisi, Batas
Maksimum Pemberian Kredit BMPK, termasuk cakupan asas kehati-hatian dalam usaha bank.
138
138
HLB Hadori Rekan, Studi Hukum Bantuan...,Op.Cit., hal. 49.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KEDUDUKAN PEMEGANG SAHAM PENGENDALI DALAM STRUKTUR