BAB III KEBIJAKAN KEPEMILIKAN TUNGGAL SINGLE PRESENCE POLICY
OLEH BANK INDONESIA
A. Pengertian Single Presence Policy Dan Ruang Lingkupnya
Sebelum membahas tentang Single Presence Policy atau yang disebut dengan Kebijakan Kepemilikan Tunggal, maka sebelumnya haruslah diketahui mengenai
kepemilikan bank. Kepemilikan bank merupakan salah satu upaya pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
97
Kepemilikan bank berkaitan dengan pihak yang menjadi pemilik dari suatu bank termasuk di dalamnya pemilikan
saham dari bank yang telah go public, juga persyaratan posisi seseorang atau badan hukum sebagai pemilik bank atau komposisi dari pihak asing dari sebuah bank, serta
mekanisme dan prosedur peralihannya. Hal ini berarti kepemilikan ini tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan pendirian bank itu sendiri. Pihak yang menjadi
pemilik awal dari sebuah bank pada dasarnya merupakan mereka yang mendirikan bank tersebut.
98
Pengaturan komposisi kepemilikan dari suatu bank pada mulanya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1992, khususnya pada Pasal 13 dan 14.
Ketentuan pasal tersebut mengatur hal-hal sebagai berikut:
99
97
Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 85.
98
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Op.Cit., hal. 228.
99
Ibid, hal. 229.
Universitas Sumatera Utara
a. Suatu badan hukum dapat memiliki saham bank umum sebanyak-banyaknya
sebesar modal sendiri bersih badan hukum yang bersangkutan. b.
Warga Negara Asing danatau badan hukum asing dapat membeli saham bank umum yang dijual melalui bursa efek di Indonesia sebanyak-banyaknya 49
dari saham yang dicatatkan pada bursa. c.
Khusus bagi Bank Umum Milik Negara, maksimum saham yang dapat dicatatkan pada bursa efek Indonesia adalah sebesar 49 dari modal disetor.
Dalam perkembangannya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1996, saham bank umum milik negara untuk dicatatkan dalam bursa efek tidak
dibatasi sehingga memungkinkan warga negara asing danatau badan hukum asing untuk membeli saham bank umum milik negara yang dijual pada bursa sampai
dengan 49 dari saham yang dicatatkan pada bursa. Single Presence Policy SPP merupakan kebijakan yang dikenal dengan
Pakto Paket Kebijakan Oktober 2006 ini mengingatkan pada Pakto sebelumnya di tahun 1988, yaitu dengan delapan belas tahun yang silam dimana perbankan nasional
mempromosikan konsep “liberalisasi”. SPP ini adalah kebijakan yang dikeluarkan sesudah Arsitektur Perbankan Indonesia API, yaitu Penguatan Struktur Perbankan
Nasional dan Peningkatan Fungsi Pengawasan. Kebijakan ini mengharuskan kepada semua pemilik bank khususnya pemegang saham pengendali PSP untuk
Universitas Sumatera Utara
mengkonsolidasikan kepemilikannya di bank-bank yang ada dalam satu grup usahanya dengan batas waktu hingga tahun 2010.
100
Kebijakan Kepemilikan
Tunggal atau SPP yang dikeluarkan Bank Indonesia
ini tentunya dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing perbankan nasional dalam mengelola bisnis mereka. SPP dibuat untuk mempercepat konsolidasi perbankan
dimana Bank Indonesia mewajibkan satu pemegang saham hanya memiliki satu bank. Jadi pengertian SPP ini sendiri berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor
816PBI2006 tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia merupakan suatu kondisi dimana suatu pihak hanya menjadi pemegang saham pengendali pada 1
satu bank. PSP itu sendiri mempunyai arti yang terdapat dalam pasal 1 ayat 3 Peraturan
Bank Indonesia Nomor 816PBI2006 yang bunyinya: “Pemegang saham pengendali adalah badan hukum danatau perorangan
danatau kelompok usaha yang: a.
Memiliki saham bank sebesar 25 dua puluh lima perseratus atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan bank dan mempunyai hak suara;
b. Memiliki saham bank kurang 25 dua puluh lima perseratus dari jumlah
saham yang dikeluarkan bank dan mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian bank baik secara langsung maupun
tidak langsung.”
Ketentuan mengenai SPP ini dikecualikan bagi:
101
100
Johannes Ibrahim, Penerapan Single Presence Policy dan Dampaknya Bagi Perbankan Nasional, Jakarta: Jurnal Hukum Bisnis Vol. 27. No. 2. Tahun 2008, hal. 5.
101
Pasal 2 ayat 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 816PBI2006 tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
1 Pemegang saham pengendali pada 2 dua bank yang masing-masing
melakukan kegiatan usaha dengan prinsip yang berbeda, yakni secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah.
2 Pemegang saham pengendali pada 2 dua bank yang salah satunya
merupakan bank campuran. 3
Bank Holding Company, yaitu badan hukum yang dibentuk dan atau dimiliki oleh pemegang saham pengendali untuk mengkonsolidasikan dan
mengendalikan secara langsung seluruh aktivitas bank-bank yang merupakan anak perusahaannya.
Penerapan Kebijakan Kepemilikan Tunggal disini, termasuk kewajiban penyesuaian struktur kepemilikan bagi saham pengendali yang lebih dari satu bank,
memberikan pengecualian bagi kantor cabang bank asing dan bank campuran, mengingat Indonesia terikat pada komitmen yang telah diberikan dalam Perjanjian
Putaran Uruguay pada forum World Trade Organization WTO untuk tetap menghargai kehadiran pihak asing dalam bentuk kantor cabang bank asing dan bank
campuran Joint Venture Bank.
102
Demikian juga pengecualian diberikan bagi PSP yang mengendalikan 2 dua bank yang masing-masing melakukan kegiatan usaha dengan prinsip yang berbeda,
yakni secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah, mengingat berdasarkan
102
Penjelasan Peraturan Bank Indonesia Nomor 816PBI2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
karakteristiknya, kedua jenis bank dimaksud lebih tepat melakukan kegiatan usaha sebagai badan usaha yang terpisah.
Perlu diketahui, sasaran dari Kebijakan Kepemilikan Tunggal atau SPP ini adalah:
103
1 Mempercepat konsolidasi perbankan sesuai program API.
2 Meningkatkan efektivitas pengawasan perbankan oleh Bank Indonesia.
3 Memudahkan pelaksanaan proses pemeliharaan Stabilitas Sistem Keuangan
SSK. Struktur Kepemilikan SPP ini dilakukan dalam jangka waktu paling lama
akhir Desember 2010. Berdasarkan permintaan PSP dan bank-bank yang dikendalikannya, Bank Indonesia dapat memberikan perpanjangan jangka waktu
penyesuaian struktur kepemilikan apabila menurut penilaian Bank Indonesia kompleksitas permasalahan yang tinggi yang dihadapi PSP dan atau bank-bank yang
dikendalikannya menyebabkan penyesuaian struktur kepemilikan tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang diberikan yaitu paling lama akhir Desember
2010 tersebut. Bank Indonesia di dalam upaya pelaksanaan SPP juga memberikan insentif
untuk mendorong terwujudnya konsolidasi perbankan, hal ini tertuang di dalam PBI No. 912PBI2007 tentang Perubahan Atas PBI No. 817PBI2006 tentang Insentif
Dalam Rangka Konsolidasi Perbankan. Adapun insentif yang diberikan berupa
103
Ryan Kiryanto, Konsolidasi Perbankan Nasional Menuju Best Practices, http:www.rahmansaleh.files.wordpress.com
, diakses tanggal 5 Oktober 2009.
Universitas Sumatera Utara
kemudahan dalam pemberian izin menjadi bank devisa, kelonggaran sementara atas kewajiban pemenuhan Giro Wajib Minimum GWM, perpanjangan jangka waktu
penyelesaian pelampauan Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK yang timbul sebagai akibat merger atau konsolidasi, kemudahan dalam pemberian izin pembukaan
kantor cabang bank, penggantian sebagai biaya konsultan pelaksaan due diligence, dan atau kelonggaran sementara atas pelaksanaan beberapa ketentuan dalam PBI
yang mengatur tentang Good Corporate Governance bagi Bank Umum.
104
B. Single Presence Policy Dalam Arsitektur Perbankan Indonesia