Definisi dan Dasar Hukum Pelaksanaan Pemungutan BPHTB

commit to user 33 3 Pajak Hiburan 4 Pajak Reklame 5 Pajak Penerangan Jalan 6 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 7 Pajak Parkir 8 Pajak Air Tanah 9 Pajak Sarang Burung Walet 10 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan 11 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

B. Tinjauan Umum BPHTB

1. Definisi dan Dasar Hukum

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 13 tahun 2010 yang dimaksud dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah danatau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah danatau bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Hak atas Tanah danatau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam undang- undang di bidang pertanahan dan bangunan. Sesuai dengan bunyi Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi sebagai berikut: “Bumi, dan air, dan kekayaan dan yang commit to user 34 terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Tanah sebagai bagian dari bumi yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, di samping memenuhi kebutuhan dasar untuk papan dan lahan usaha, juga merupakan alat investasi yang sangat menguntungkan. Di samping itu, bangunan juga memberi manfaat ekonomi bagi pemiliknya. Oleh karena itu, bagi mereka yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan, wajar menyerahkan sebagian dari nilai ekonomi yang diperolehnya kepada negara melalui pembayaran pajak, yang dalam hal ini adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB. Dasar hukum pemungutan BPHTB pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta adalah: a. Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. b. Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 13 tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2. Pelaksanaan Pemungutan BPHTB

Subjek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah danatau bangunan. Subyek pajak berkewajiban membayar pajak sebagai wajib pajak, sedangkan obyek BPHTB yaitu perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang meliputi: commit to user 35 a. Pemindahan Hak Pemindahan hak disebabkan oleh peristiwa hukum jual beli, tukar menukar, hibah, hibah wasiat, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, penunjukkan pembeli dalam lelang, pelaksanaan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha dan hadiah. b. Pemberian Hak Baru, meliputi: 1 Kelanjutan pelepasan hak. 2 Di luar pelepasan hak. Menurut ketentuan Pasal 4 empat Peraturan Daerah No. 13 tahun 2010, obyek pajak yang tidak dikenakan BPHTB adalah sebagai berikut: a. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasar asas timbal balik. b. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum. c. Perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri. d. Orang pribadi atau badan karena konversi hak dan perbuatan hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama. e. Karena wakaf. f. Untuk digunakan kepentingan ibadah. Prinsip-prinsip yang diatur dalam Undang-Undang BPHTB adalah: a. Pemenuhan kewajiban BPHTB adalah berdasarkar sistem Self Assessment. commit to user 36 b. Besarnya tarif ditetapkan sebesar 5 dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak. c. Adanya sanksi bagi Wajib Pajak maupun pejabat-pejabat umum yang melanggar ketentuan atau tidak melaksnakan kewajibannya menurut Undang-Undang yang berlaku. d. Hasil penerimaan BPHTB sebagian besar diserahkan kepada Pemerintah Daerah, untuk meningkatkan pendapatan daerah. e. Semua pungutan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan di luar ketentuan ini tidak diperkenankan. Berdasarkan prinsip di atas, pemenuhan kewajiban Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah menggunakan sistem Self Assesment yaitu sistem pemungutan di mana Wajib Pajak harus menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan jumlah pajak yang terutang. Aparat Pajak fiskus hanya bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak. Menurut ketentuan Pasal 6 enam Peraturan Daerah No. 13 tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan menyebutkan adanya: a. Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Obyek Pajak NPOP. b. Nilai Perolehan Obyek Pajak sebagaimana dimaksud ayat 1 dalam hal: 1 Jual-beli adalah harga transaksi. 2 Tukar-menukar adalah nilai pasar. commit to user 37 3 Hibah adalah nilai pasar. 4 Hibah wasiat adalah nilai pasar. 5 Waris adalah nilai pasar. 6 Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar. 7 Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar. 8 Penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum dalam risalah lelang. 9 Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar. 10 Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah nilai pasar. 11 Pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai pasar. 12 Penggabungan usaha adalah nilai pasar. 13 Peleburan usaha adalah nilai pasar. 14 Pemekaran usaha adalah nilai pasar. 15 Hadiah adalah nilai pasar. NPOP apabila tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP PBB, maka yang digunakan adalah NJOP PBB pada tahun terjadinya perolehan. Sesuai Peraturan Daerah No. 13 tahun 2010, tarif BPHTB merupakan tarif tunggal sebesar 5 lima persen. Penentuan tarif tunggal dimaksudkan untuk kesederhanaan dan kemudahan perhitungan. Khusus untuk tanah commit to user 38 danatau bangunan yang diperoleh dari waris atau hibah ditetapkan sebesar 2,5 dua setengah persen. Adapun Pasal 7 Undang-Undang No. 28 tahun 2009 mengatur mengenai besarnya Nilai Perolehan Obyek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp 60.000.000,00 enam puluh juta rupiah. Khusus untuk tanah danatau bangunan yang diperoleh dari waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami atau istri, Nilai Perolehan Obyek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah. Perhitungan BPHTB terutang: 5 x NPOP Kena Pajak NPOP Kena Pajak = NPOP – NPOPTKP commit to user 39

C. Pembahasan