Kualitas Pelayanan Pengurusan sertifikat Hak Milik Atas Tanah (Studi pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan)

(1)

KUALITAS PELAYANAN PENGURUSAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH

(Studi pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Ilmu sosial dan Ilmu Politik

OLEH

MORINA ARIZONA SIGALINGGING 110903028

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Kualitas Pelayanan Pengurusan sertifikat Hak Milik Atas Tanah (Studi pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan)

Nama : Morina Arizona Sigalingging

Nim : 110903028

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Arlina, SH., M.Hum

Pelayanan merupakan sebuah hal yang tidak terlepas dari kehidupan negara, pemerintahan dan juga masyarakat. Pelayanan yang membuat pemerintah dan masyarakat menjadi saling bergantung dan berkaitan. Demikian halnya dengan pelayanan sertifikat hak milik atas tanah,pelayanan ini merupakan pelayanan yang juga sangat penting untuk kehidupan masyarakat, karena dengan pelayanan ini, masyarakat bisa mengurus sertifikat hak milik atas tanah mereka untuk mendapatkan hak penuh yang diakui sebagai pemilik tanah dan juga bisa membantu ekonomi masyarakat. Pelayanan yang diberikan hendaknya pelayanan yang berkualitas, dimana pelayanannya sesuai dengan prosedur dan dijalankan oleh para aktor pelayanan dengan sebaik mungkin, dan bisa diterima, dan dipahami oleh masyarakat.

Penelitian ini dilaksanakan di kantor Badan Pertanahan Kabupaten Humbang Hasundutan. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, diperoleh dari hasil wawancara dengan pegawai BPN Kabupaten Humbang Hasundutan, dan juga kepada masyarakat, selain itu data juga diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini digunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dan dalam penelitian ini, peneliti menganalisis data dengan mengkonfirmasi seluruh existing data sekunder dan data primer (wawancara dan observasi) dan menyajikannya dengan analisis kualitatif.

Dari penelitian yang penulis lakukan, dimana kualitas pelayanan pengurusan sertifikat hak milik atas tanah di BPN Kabupaten Humbang Hasundutan, sudah dilakukan dengan baik hanya saja masih terkendala dalam sosialisasi, karena masih susah untuk menjangkau semua masyarakat di Kabupaten Humbang Hasundutandan karena masih adanya ketidakseimbangan pegawai dan fasilitas lainnya.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kualitas Pelayanan Pengurusan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah (Studi Pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan)”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan bagi mahasiswa program S1 pada program studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat mengucapkan terims kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam penyusun skripsi ini hingga selesai, terutama kepada yang saya hormati:

1. Bapak Prof. Sublihar, Ph.D selaku Rektor Universitas Sumatera Utara 2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu


(4)

3. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Elita Dewi M.Sp selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara

5. Ibu Arlina SH., M.Hum selaku dosen Pembimbing skripsi penulis yang telah memberikan kritik dan saran bimbingan maupun arahan yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak/ Ibu dosen dan staff di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya jurusan ilmu administrasi negara yang telah banyak membantu penulis untuk dapat melaksanakan penulisan dalam skripsi ini. 7. Teristimewa kepada kedua Orang Tua penulis, Makden Sigalingging dan

Alm. Sentiara Sitohang yang selalu mendoakan, memberi motivasi dan pengorbanannya baik dari segi moril dan materil kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaian skripsi ini,

8. Buat saudara saudara penulis, Letzon, Lipson, Darson, Richmon, Romanna, Sarina, Lamtagon. Rosanna, Lasrobema, Naix dan juga Eda Rusmaida serta semua keluarga besar penulis, yang selalu memmberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada sahabat sahabat saya yang serasa dan sepenanggungan Manda, Santi, Sriangreany, Besryati. Begitu juga buat Sahabat kecil saya Paska, Jenny, Lia. Dan juga sahabat penulis yang lainnya Polin, Rifka, Belendina,


(5)

Ira, Lela, Mokoari, Darwis, Lilis, Debora yang selalu mau berbagi baik suka maupun duka, dan juga selalu memberikan dukungan terbaik versi masing masing kepada penulis.

10.Kepada sahabat sahabat DMK (Fanny, Lia, Fransiska, Rany, Meria, Yuniarti, Giovanny, Hosianna, Marisi, Susi, Obed, Sabam) yang selalu ada untuk berbagi baik suka maupun duka bersama penulis, selalu gila-gilaan bersama mereka, dan juga untuk dukungan terbaik dari mereka masing masing dalam penulisan skripsi ini.

11.Terima kasih kepada semua anggota kelompok II magang, Andre, Kansrida, Ranyta, Yuditha, Della, Yuniarti, Marisi, Hosianna, Sabam, Jimmy, Utomo, yang membeikan dukungannya masing masing pada penulis selama penyusunan skripsi ini.

12.Kepada teman teman kampus yang sudah duluan menjadi alumni, khususnya Nurholija hayati Siregar yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi dan tidak bosan bosannya selalu mengingatkan penulis untuk mengerjakan skripsi.

13.Terima kasih kepada semua teman teman Ilmu Administrasi negara, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang memberikan masukan untuk penyusunan skripsi ini

14. Kepada Bapak Kepala BPN yang mengizinkan penulis untuk penelitian dan juga kepada Bapak/Ibu Pegawai BPN Kabupaten Humbang Hasundutan yang membantu penulis untuk mendapatkan data data dan informasi tentang Sertifikat Hak Milik Atas Tanah.


(6)

15. Kepada informan informan penulis yang mau berbagi informasi dan banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita dan menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan. Dan penulis hanya bisa membalas semua kebaikan kalian semua lewat doa, agar hari ini hingga kelak kuasa-Nya selalu dilimpahkan kepada kita semua.

Medan, Juni 2015 Penulis

Morina Arizona Sigalingging


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Fokus Penelitian ... 8

I.3 Rumusan Masalah ... 9

I.4 Tujuan Penelitian ... 9

I.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II Kerangka Teori ... 11

II.1. Kuaitas pelayanan Publik ... 11

II.1.1 Pelayanan Publik ... 11

II.1.2 Kualitas Pelayanan ... 17

II.1.2.1 Pengertian kulaitas pelayanan ... 17

II.1.2.2 Prinsip prinsip Kualitas Pelayanan ... 20

II.2 Pengurusan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah ... 24

II.2.1 Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah ... 24

II.2.2 Sertifikat Hak Milik Atas Tanah ... 29


(8)

II.3 Defenisi Konsep ... 33

II.4 sistematika Penulisan... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

III.1 Bentuk Penelitian ... 36

III.2 Lokasi Penelitian ... 36

III.3 Informan Penelitian ... 36

III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 37

III.5 Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 40

IV.1 Gambaran umum wilayah ... 40

IV.1.1 Sejarah Wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan ... 40

IV.1.2 Luas Wilayah dan letak Geografis ... 45

IV.1.3 Demografi ... 46

IV.1.4 Administrasi Pemerintahan Kabupaten Humbang Hasundutan ... 49

IV.2 Gambaran Umum BPN RI ... 51

IV.2.1 Sejarah Kelembagaan Pertanahan ... 51

IV.2.2 Visi dan Misi Badan Pertanahan Nasional ... 51

IV.2.3 Lambang/Logo BPN RI ... 56

IV.3 Gambaran Umum BPN Kabupaten Humbang Hasundutan ... 58

IV.3.1 sejarah BPN Kabupaten Humbang Hasundutan ... 58

IV.3.2 Visi dan Misi BPN kabupaten Humbang Hasundutan ... 59


(9)

IV.5 Struktur Organisasi ... 63

IV.6 Tugas Pokok dan Fungsi BPN kabupaten Humbang Hasundutan ... 66

BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 68

V.1 Prosedur Pelayanan Sertifikat Hak Milik Atas tanah ... 69

V.2 Kualitas Pelayanan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah ... 73

V.3 Dimensi Tolak Ukur Kualitas Pelayanan ... 77

V.4 Kendala Dalam Pelayanan sertifikat Hak Milik Atas Tanah di BPN Kabupaten Humbang Hasundutan ... 89

V.5 Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Pelayanan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah ... 92

V.6 Analisis Data ... 93

BAB VI KESIMPULAN ... 97

VI.1 Kesimpulan ... 97

VI.2 Saran ... 99


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 KabupatenHumbang Hasundutan Berdasarkan Luas

Kecamatan ... 45

Tabel 4.2 Proyeksi Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten

Humbang Hasundutan Tahun 2011-2015 ... 48

Tabel 4.3 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Golongan ... 61

Tabel 4.6 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Unit Kerja ... 62

Tabel 5.1 Lokasi kegiatan Pelayanan sertifikat hak milik atas tanah

BPN Kabupaten Humbang Hasunudutan ... 76

Tabel 5.2 Fasilitas fasilitas di BPN Kabupaten Humbang Hasundutan ... 78

Tabel 5.3 Target Dan Realisasi Program Strategis Legalisasi

Aset Tahun 2014 ... 80

Tabel 5.4 Realisasi Kegiatan Rutin BPN Kabupaten Humbang

Hasundutan /Januari 2015 ... 84

Tabel 5.5 Realisasi Kegiatan Rutin BPN Kabupaten Humbang

Hasundutan /Januari 2015 ... 85


(11)

ABSTRAK

Kualitas Pelayanan Pengurusan sertifikat Hak Milik Atas Tanah (Studi pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan)

Nama : Morina Arizona Sigalingging

Nim : 110903028

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Arlina, SH., M.Hum

Pelayanan merupakan sebuah hal yang tidak terlepas dari kehidupan negara, pemerintahan dan juga masyarakat. Pelayanan yang membuat pemerintah dan masyarakat menjadi saling bergantung dan berkaitan. Demikian halnya dengan pelayanan sertifikat hak milik atas tanah,pelayanan ini merupakan pelayanan yang juga sangat penting untuk kehidupan masyarakat, karena dengan pelayanan ini, masyarakat bisa mengurus sertifikat hak milik atas tanah mereka untuk mendapatkan hak penuh yang diakui sebagai pemilik tanah dan juga bisa membantu ekonomi masyarakat. Pelayanan yang diberikan hendaknya pelayanan yang berkualitas, dimana pelayanannya sesuai dengan prosedur dan dijalankan oleh para aktor pelayanan dengan sebaik mungkin, dan bisa diterima, dan dipahami oleh masyarakat.

Penelitian ini dilaksanakan di kantor Badan Pertanahan Kabupaten Humbang Hasundutan. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, diperoleh dari hasil wawancara dengan pegawai BPN Kabupaten Humbang Hasundutan, dan juga kepada masyarakat, selain itu data juga diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini digunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dan dalam penelitian ini, peneliti menganalisis data dengan mengkonfirmasi seluruh existing data sekunder dan data primer (wawancara dan observasi) dan menyajikannya dengan analisis kualitatif.

Dari penelitian yang penulis lakukan, dimana kualitas pelayanan pengurusan sertifikat hak milik atas tanah di BPN Kabupaten Humbang Hasundutan, sudah dilakukan dengan baik hanya saja masih terkendala dalam sosialisasi, karena masih susah untuk menjangkau semua masyarakat di Kabupaten Humbang Hasundutandan karena masih adanya ketidakseimbangan pegawai dan fasilitas lainnya.


(12)

Humbang Hasundutan ... 8

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pemerintah menjadi pemegang peran penting dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.Sebagai aktor pelayanan, pemerintah harus mampu mempengaruhi pembentukan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan dan tentunya hal tersebut akan menentukan citra terhadap birokrasi pemerintah sebagai pemberi pelayanan. Dengan campur tangan pemerintah dan jajarannya pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat seharusnya dapat dipenuhi dengan baik. Dan apapun jenis pelayanan pemerintah yang diberikan dapat langsung mempengaruhi pembentukan sikap dan perilaku masyarakat baik positif dan negatif.

Dari respon masyarakat maka akan diketahui bagaimana kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Baik buruknya sebuah pelayanan akan ditentukan oleh pemerintah sendiri dan baik buruknya sebuah pelayanan akan dirasakan oleh masyarakat. Jika pelayanan pemerintah sesuai dengan harapan rakyat maka sikap dan perilaku masyarakat yang menerimanya akan positif dan menguntungkan bagi legitimasi kekuasaan dan proses pemerintahan. Namun apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan harapan rakyat maka sikap dan perilakau masyarakat akan bersifat negatif. Karena kesesuaian antara expected


(13)

Banyak pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat dari pemerintah seperti halnya dalam pengurusan surat surat baik itu surat nikah, kartu tanda penduduk, kartu keluarga. Salah satu pelayanan yang saat ini juga sangat penting adalah tentang pelayanan sertifikat tanah, yang dimana tanah menjadi satu unsur yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Tanah menjadi pemegang peran penting dalam kehidupan kita karena tanah menjadi tempat tinggal kita masing-masing dan diatas tanah juga kita mencari nafkah untuk kehidupan kita. Bisa dikatakan tanah dan manusia manjadi hubungan yang abadi karena sejak kita lahir dan sampai akhir hayat kita akan berhubungan dengan tanah.

Demikian halnya dengan pembangunan, kita tahu dimana pembangunan akan terus meningkat setiap tahunnya dan pembangunan tersebut tidak akan lepas dari yang namanya tanah, karena tanah menjadi sarana dasarnya. Seperti yang tertulis dalam pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar tahun 1945 yang berbunyi bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Tanah yang termasuk didalamnya sangat penting untuk dapat didayagunakan untuk kebutuhan masyarakat. Dengan sedemikian pentingnya tanah untuk kehidupan kita semua maka penting juga adanya suatu pengaturan yang jelas dan kepastian hukum atas tanah melalui pendaftaran tanah kepada instansi yang berwewenang. Pendaftaran tanah berfungsi untuk mengetahui hak apa yang melekat pada tanah tersebut. Sekalipun Pendaftaran tanah bukan tradisi berdasarkan konstruksi hukum adat, namun untuk memenuhi tuntutan pembagunan dan kebutuhan masyarakat akan


(14)

pentingnya jaminan kepastian hukum akan tanahnya, maka pendaftaran tanah dapat dipastikan menjadi suatu hal yang harus digiatkan1

Dalam hal pelayanan pengurusan sertifikat hak milik atas tanah hanya dilakukan di Kantor Pertanahan, dan Kantor Pertanahan juga yang berwenang mengeluarkan sertifikat hak milik atas tanah. Dengan hanya Kantor Pertanahan yang berhak mengeluarkan sertifikat tanah seharusnya pelayanannya dapat lebih dimaksimalkan dan ditingkatkan, karena masyarakat akan lebih sering berurusan . Salah satu hak atas tanah adalah hak milik atas tanah. Hak milik atas tanah merupakan hak yang terpenuh dan paling kuat serta dapat bersifat turun temurun atau dapat diwariskan dan dapat dialihkan. Pengurusan sertifikat hak milik atas tanah merupakan pelayanan publik yang dilakukan instansi pemerintah.

Seiring berjalannnya waktu pelayanan pengurusan sertifikat hak milik atas tanah menuntut akan pelayanan yang berkualitas yang sesuai dengan harapan rakyat sehingga masyarakat akan merasa puas dan nyaman atas pelayanan yang diterimanya. Tuntutan akan kualitas pelayanan pada setiap birokrasi pemerintah hendaknya diikuti dengan kemauan birokrasi pemerintah untuk bertranformasi pada birokrasi yang berorientasi pada kualitas. Kualitas pelayanan birokrasi pemerintah merupakan interaksi dari sisitem pelayanan (prosedur, waktu, biaya pelayanan), sumber daya manusia pemebri layanan (kemampuan pegawai) dan masyarakat sebagai pengguna layanan.

1

Lubis, yamin, SH.,MS.,CN dan rahim lubis, SH.,M.Kn. 2008. Hukum pendaftaran tanah. Bandung. CV Mandar Maju, hal :99


(15)

dengan Kantor Pertanahan tersebut ketika mereka ingin mendaftarkan dan mengurus sertifikat hak milik atas tanah mereka. Namun Kondisi diatas malah membuat instansi tersebut bertindak semena mena karena tidak adanya persaingan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dan malah semakin banyak kasus yang terjadi pada masyarakat yang besangkutan dengan masalah tanah. Salah satu masalah yang dihadapi dengan pengurusan sertifikat tanah adalah ketidakterbukaan dan pertanggungjawaban yang tidak jelas, misalnya dengan biaya-biaya yang dikenakan untuk pengurusan dan tidak dijelaskan mengenai biaya-biaya tersebut.

Kantor Pertanahan Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan Kantor Pertanahan yang menangani pengurusan sertifikat hak milik atas tanah di Kabupaten Humbang Hasundutan. Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan Kabupaten yang dimekarkan pada tahun 2003, dari Kabupaten Tapanuli utara. Adapun Kantor Pertanahan Kabupaten Humbang Hasundutan didirikan pada tahun 2005. Sejak berdirinya Kantor Pertanahan di Humbang Hasundutan Juni 2005, berbagai kegiatan sudah dilaksanakan termasuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan petunjuk-petunjuk dan penyuluhan hukum pertanahan yang dibutuhkan masyarakat luas. Tahun 2005 Kantor Pertanahan Humbang Hasundutan sudah mengurus sertifikat tanah sebanyak 159 bidang terdiri dari 101 bidang prona APBN dan 58 bidang rutin. Tahun 2006 sebanyak 27 bidang sedang dalam proses pengukuran. Selain itu, Kantor Pertanahan Humbang Hasundutan sudah mengusulkan kepada Pemkab Humbang Hasundutan untuk memprogramkan kegiatan pembuatan Rencana Umum Tata


(16)

Ruang Wilayah Kecamatan (RUTRWK) yang mengacu pada UU nomor 24 tahun 1992 tentang penataan ruang.

Kantor Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan yang merupakan kantor yang mengurusi sertifikat hak milik atas tanah di 10 kecamatan yang ada didalam Kabupaten tersebut. Doloksanggul menjadi kecamatan dimana kantor pertanahan ini didirikan. Doloksanggul merupakan merupakan ibukota dari Kabupaten Humbang Hasundutan. Doloksanggul bisa juga dikatakan dalam tahap pembangunan, sebagai ibukota Kabupaten diharapakan pelayanannya dapat terus ditingkatkan dan dimaksimalkan karena Doloksanggul menjadi pusat kota di Kabupaten Humbang Hasundutan. Seiring dengan perkembangan pembangunan, setiap tahunnya pembangunan di Doloksanggul juga semakin meningkat, baik itu pembangunan untuk umum, juga untuk pembangunan kepentingan pribadi misalnya semakin banyak bangunan dan rumah-rumah baru yang didirikan. Untuk pembangunan tersebut tentu semakin banyak juga terjadi mengenai jual beli tanah, dan tentu hal ini tidak terlepas dari pengurusan sertifikat hak milik atas tanah, untuk menentukan siapa pemilik sah atas tanah tersebut. Selain itu, masih sering terjadi sengketa-sengketa tanah karena belum ada sertifikat hak milik atas tanah tersebut. Sehingga masalah menjadi sering muncul dibeberapa desa di Doloksanggul sampai menggunakan kekerasan untuk memperebutkannya. Seperti yang tercantum dalam sebuah media dibawah ini yakni

“Sejak Doloksanggul dijadikan sebagai ibukota Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) tahun 2003, harga tanah dan aktivitas jual beli tanah naik secara drastis. Pembangunan gedung-gedung pemerintahan juga mempengaruhi nilai atau harga tanah


(17)

sehingga kepastian hak dan status kepemilikan tanah menjadi faktor penting. Hal itu dikatakannya dalam acara peresmian pembentukan Kantor Pertanahan Kabupaten Humbahas di Jalan Siliwangi Doloksanggul, belum lama ini.Kata bupati, peresmian Kantor Pertanian sangat menguntungkan bagi masyarakat dan pemerintahan yang nantinya kepemilikan tanah menjadi tertib hukum tanah, tertib administrasi tanah, tertib penggunaan dan tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup. Bupati juga mengakui, sejak berdirinya Kabupaten Humbahas telah terjadi beberapa permasalahan tanah terutama yang berkaitan dengan perbatasan wilayah seperti yang terjadi di Kecamatan Baktiraja Humbahas dengan Desa Janji Raja Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir. Kemudian di Desa Hutajulu Kecamatan Pollung Humbahas dengan Kecamatan Harian Boho Samosir. Bahkan juga terjadi permasalahan seperti persoalan bangunan yang tidak didukung dengan alas hak yang kuat yaitu sertifikat tanah.Mengingat Humbahas yang penduduknya mayoritas suku Batak, masalah tanah berkaitan dengan adat dan budaya sehingga sangat sedikit tanah masyarakat yang memiliki sertifikat termasuk alas hak kepemilikan. Kebanyakan tanah diperoleh secara adat “Dalihan Natolu” sehingga status tanah masyarakat belum didukung sertifikat. Dengan diresmikannya Kantor Pertanahan, bupati berharap supaya pimpinan dan segenap aparat Kantor Pertanahan dapat bekerjasama dengan semua unit kerja di lingkungan Pemkab Humbahas. Segenap aparat Kantor Pertanahan dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat sehingga dapat menjadi sumber data yang jelas mengenai pertanahan secara baik dan benar2

Demikian yang telah disampaikan Bupati Humbang Hasundutan dalam media tersebut, dan jika pelayanan sertifikat hak milik atas tanah bisa dilaksanakan dengan baik maka kepemilikan atas sertifikat hak milik atas tanah dapat lebih disosialisasikan kepada masyarakat dengan baik dan cepat, agar semua tanah yang dimiliki oleh masyarakat memiliki sertifikat hak milik atas tanah. Kita

.

2

http://www.silaban.net/2006/05/22/bupati-sejak-doloksanggul-ibukota-humbahas-akitivas-jual-beli-tanah-naik-drastis/ diakses pada 17/11/2014


(18)

ketahui bahwa dalam mengurus sertifikat hak milik atas tanah dilakukan di Badan Pertanahan Nasional, dan dengan situasi dengan demikian Kantor Pertanahan Kabupaten Humbang Hasundutan harus mampu memberikan pelayanan yang baik dan seperti yang diharapkan oleh masyarakat, agar masyarakat aktif dan tidak menunda nunda untuk mendaftarkan tanahnya karena selain untuk legalitas atas kepemilikan tanah, dengan adanya sertifikat hak milik atas tanah tersebut juga akan mengurangi sengketa-sengketa tanah yang sering terjadi di tengah masyarakat, selain itu dengan adanya sertifikat hak milik atas tanah tersebut dapat membantu untuk mendapatkan modal untuk usaha-usaha masyarakat. Sedemikian pentingnya kepemilikan sertifikat hak milik atas tanah, dan harapan harapan yang baik dibalik kepemilikan sertifikat hak atas tanah, namun masih terjadi penyelewengan dalam pelaksanaan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat, seperti yang tercantum dalam media dibawah ini.

“(Dolok Sanggul, Global Post) Dugaan pungutan liar (pungli) masih terjadi pada pengurusan sertifikat tanah melalui Prona (Proyek Nasional) Badan Pertanahan Nasional (BPN), meskipun program itu seharusnya meringankan beban masyarakat. Namun, hingga saat ini belum ada konsekuensi hukum kepada yang oknum BPN yang terlibat dalam pungli tersebut. Proyek nasional (Prona) yang dikatakan gratis dan diarahkan khususnya pada masyarakat yang kurang mampu. Pada praktiknya berbeda dari apa yang ditetapkan. W Silaban—salah satu warga, mengatakan bahwa ada pungutan yang dilakukan oleh oknum BPN UPT Doloksanggul yang bekerjasama dengan kepala desa kepada masyarakat. Pungutan tersebut berkisar Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta. Pihak BPN


(19)

UPT Doloksanggul melakukan ajang bisnis dengan memanfaatkan Prona, yang kemudian dibagi kepada mereka yang memberikan keuntungan3”.

Dengan melihat situasi yang terjadi diatas, Kantor Pertanahan harus memperbaiki pelayanan sertifikat hak milik atas tanah kepada masyarakat, dan sangat diharapkan pelayanan yang diberikan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan agar penyelewengan penyelewengan tidak terjadi lagi. Dan juga sangat penting adanya sanksi yang diberikan kepada pegawai pegawai yang menyeleweng dan yang tidak mencerminkan dirinya sebagai aparatur pemerintah yang bertugas melayani masyarakat dalam urusan pemerintahan termasuk dalam pengurusan sertifikat hak milik atas tanah.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ kualitas pelayanan pengurusan sertifikat hak milik atas tanah (Studi pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan)”.

I.2 Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus penelitian yang akan saya angkat dalam penelitian ini yakni mengenai kualitas pelayanan dalam pengurusan sertifikat hak milik atas tanah di BPN Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

17/11/2014


(20)

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah Bagaimana Kualias Pelayanan Pengurusan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah ( studi pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan)?

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan pengurusan sertifikat hak milik atas tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Humbang Hasundutan 2. Untuk mengetahui kendala-kendala atau masalah dalam pengurusan

sertifikat hak milik atas tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Humbang Hasundutan

3. Untuk mengetahui apa upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan pelayanan pengurusan sertifikat hak milik atas tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Humbang Hasundutan

I.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapakan dalam penelitian ini adalah

1. Secara subyektif, penelitian ini bermanfaat untuk melatih, meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologi penulis dalam menyusun suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.


(21)

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi terkait dan masyarakat khususnya ditempat penelitian ini dilaksanakan agar dapat terus melaksanakan kewajibannya.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan departemen ilmu administrasi negara dan bagi kalangan penulis lain yang ingin meneliti hal yang sama.


(22)

BAB II

KERANGKA TEORI

Dalam penelitian ini diperlukan adanya kumpulan teori-teori yang akan menjadi landasan teoritis dan menjadi pedoman dalam melaksanakan penelitian. Setelah masalah penelitian dirumuskan maka langkah selanjutaya adalah mencari teori teori, konsepkonsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk melaksanakan penelitian4

A. Defenisi Pelayanan Publik

.

II.1 Kualitas Pelayanan Publik

II.1.1 Pelayanan Publik

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrem dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat. Menurut Kotler dalam Sampara Lukman pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Selanjutnya sampara berpendapat, pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi secara langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai hal, cara atau

4


(23)

hasil pekerjaan melayani. Sementara itu kata publik berasal dari bahasa inggris public yang berarti umum, masyarakat, negara.

Sementara itu Inu Kencana mendefenisikan publik merupakan sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai norma yang ada. Oleh karena itu pelayanan publik dapat didefenisikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk fisik. Dan defenisi lain dari pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara terhadap masyarakatnya guna memmenuhi kebutuhan dari masyarakat itu sendiri dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat5

B. Prinsip Prinsip Pelayanan Publik

.

Dalam memberikan pelayanan, pihak-pihak pelayanan harus memperhatikan prinsip-prinsip yang terkandung dalam pelayanan itu sendiri. Prinsip-prinsip dalam pelayanan publik menurut keputusan menteri pendayagunaan aparatur pemerintah negara nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 adalah sebagai berikut:

5Juniarso ridwan dan achmad sodik sudrajat.2010. Hukum administrasi negara


(24)

1. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan

a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik

b. Unit kerja yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memmberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/ sengketa dalam pelayanan publik.

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran 3. Kepastian waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalamm kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah. 5. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.

6. Tanggung jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggara pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan dalam pelayanan publik.


(25)

7. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika.

8. Kemudahan akses

Tempat atau lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.

9. Kedisplinan, kesopanan dan keramahan

Pemeberi pelayanan harus bersikap diplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan yang ikhlas.

10.Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan sepetiparkir, toilet, tempat ibadah dan lain lain.

C. Standar Pelayanan

Setiap penyelenggara pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan. Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. dan dipublikasikan


(26)

sebagia jaminan adanya kepastian bagi penerima layanan dalam undang undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik pasal 1 ayat (7). Standar pelayanan merupakan ukuan yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan yang wajib ditaati oleh pemberi dan penerima layanan. Setiap orang hendaknya memandang masyarakat sebagai mitra kerja yang dapat dilihat dan dihargai sebagai penentu berhasilnya oganisasi dalam melaksanakan kewajiban. Adapun komponen standar pelayanan publik untuk menghasilkan pelayanan yang berkualitas yang tercantum dalam pasal 21 antara lain:

a. Dasar hukum

Peraturan perundang undangan yang mejadi dasar. b. Persyaratan

Syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suartu jenis pelayanan baik persyaratan teknis maupun admistratif.

c. Sistem, mekanisme, dan prosedur

Tata cara pelayanan yangh dibekukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.

d. Jangka waktu penyelesaian

Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan datri setiap pelayanan.

e. Biaya/ tarif

Ongkos yang dikenakan kepeda penerima layanan dalam mengurus dan atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara penyelenggara dan masyarakat.


(27)

f. Produk pelayanan

Hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

g. Sarana,prasarana atau fasilitas

Peralatandan fasilitas yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan termasuk peralatan dan fasilitas pelayanan bagi kelompok rentan.

h. Kompetensi pelaksana

Kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksana meliputi pengetahuan keahlian, keterampilan dan pengalaman.

i. Pengawasan internal

Pengendalian yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja atau atasan langsung pelaksana.

j. Penanganan pengaduan, saran, dan masukan

Tata cara pelaksanaan pengamanan pengaduan dan tindak lanjut. k. Jumlah pelaksana

Tersedianya pelaksanaan sesuai dengan beban kerjanya.

l. Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan.

m. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko keraguraguan. n. Evaluasi kinerja pelaksana

Penilaian untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar pelayanan.


(28)

Dalam undang undang tersebut dinyatakan dalam menyusun dan menetapkan standar pelayanan, penyelenggara wajib mengikut sertakan masyarakat dan pihak terkait. masyarakat adalah seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok, badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

II.1.2 Kualitas Pelayanan

II.1.2.1 Pengertian Kualitas Pelayanan

Sebuah barang yang dproduksi tentu tidak akan berharga dan bermanfaat jika tidak berkualitas maka dengan adanya kualitas sebuah barang tertentu dapat dipasarkan dan juga dikonsumsi oleh para konsumen. Demikian halya dengan pelayanan yang ditujukan kepada masayarakat tentu harus layanan yang berkualitas agar dapat diterima dan dinikmati oleh masyarakat karena layanan itulah yang sebenarnya yang diharapakan oleh semua masayarakat dari para pemerintah dan aparatur pemerintah.

Kualitas merupakan suatu kondisi diamis yang berhubungan dengan produk jasa,manusia, proses dan lingjkungan yang memnuhi atau melebihi harapan (goetsch dan davis, 1994:4). Kualitas mengandung elemen elemen yang meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, yang mencakup


(29)

produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan, serta merupakan kondisi yang selalu berubah6. Terdapat lima sumber kualitas yang dijumpai7

1. Program, kebijakan dan sikap yang m,elibatkanb komitmen dari manajemen puncak.

yaitu:

2. Sistem informasi yang menenkannkan ketepatan, baik pada waktu maupun detail

3. Desain produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif produk sebelum dilepas ke pasar

4. Kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang terpelihra dengan baik, pekerja yang terlatih dengan baik, penemuan penyimpangan secara cepat

5. Manajemen vendor yang menekankan kualitas sebagai sasaran utama

Sangat sulit untuk menilai kualitas suatu pelayanan tanpa memepertimbangkan peran masyarakat sebagai penerima layanan. Evaluasi yang berasal dari pengguna layaan merupakan elelmen pertaama dalam analisis kualitas pelayanan publik. Elemen kedua dalam analisis adalah kemudahan suatu pelayanan untuk dikenali baik sebelum,dalam proses, atau setelah pelayanan itu diberikan. Adapun dasar untuk menilai suatu kualitas pelayanan selalu berubah dan berbeda. Apa yang dianggap sebagai suatu pelayanan yang berkualitas saat ini

6

Tangkilisan, hessel nogi. 2005. Manajemen publik. Jakarta. PT Grasindo, hal 209

7

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 1995. Total quality managemet. Yogyakarta: Andi Offset, hal 34


(30)

bukan tidak mungkin akan dianggap sebagi suatu yang tidak berkualitas pada saat yang lain. Dan untuk mencapai kepuasan dituntut sebuah pelayanan yang prima tercermin dari8

1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

:

2. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apa pun khususnya suku, agama, ras, golongan, status sosial dan lain-lain.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang

mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

II.1.2.2 Prinsip Prinsip Kualitas Pelayanan

8

Sinambela, lijan poltak, 2006. Reformasi pelayanan publik,toeri, kebijakan dan implementasi. Jakarta. PT bumi aksara, hal 13


(31)

Dalam rangka mewujudkan dan mencapai kepuasan layanan kepada masyarakat maka beberapa prinsip kualitas layanan yang harus dijalankan untuk mencipatakan kualitas layanan yang diharapkan yang diantaranya:

1. Kepemimpinan

Strategi kualitas perusahaan harus merupakan inisiatif dan komitmen dari manajemenn puncak. Manajemen puncak harus memimpin perusahaan untuk meningkatkan kinerja kualitasnya. Tanpa adanya kepemimpinan dari manajemen puncak, maka usaha untukmeningkatkan kualitas hanya berdampak kecil terhadap perusahaan.

2. Pendidikan

Semua personil perusahaan dari manajer puncak sampai karyawan operasional harus memperoleh pendidikan mengenai kualitas. Aspek- aspek yang perlu mendapatkan penekanan dalam pendidikan tersebut meliputi konsep kualitas sebagai alat dan teknik implementasi kualitas dan peranan eksekutif dalam implementasi strategi kualitas.

3. Perencanan strategik

Proses perencanaan strategik harus mencakup pengukuran dan tujuan kualitas yang dipergunakan dalam mengarahkan perusahaan untuk mencapai visinya.


(32)

Proses review merupakan satu satunya alat yang paling efektif bagi manajemen untuk mengubah perilaku organisasional. Proses ini merupakan suatu mekanisme yang menjamin adanya perhatian yang konstan dan terus menerus untuk mencapai tujuan kualitas.

5. Komunikasi

Implementasi strategi kualitas dalam organisasi dipengaruhi oleh proses komunikasi dalam perusahaan. Komunikasi harus dilakukan dengan karyawan, pelanggan dan stakeholder perusahaan lainnya seperti pemasok, pemegang saham, pemerintah dan masyarakat.

6. Total human reward (penghargaan dan pengakuan)

Penghargaan dan pengakuan merupakan aspek yang penting dalam implementasi strategi kualitas. Setiap karyawan yang berprestasi baik perlu diberi penghargaan dan prestasinya tersebut diakui. Dengan demikian dapat meningkatkan motivasi, moral kerja, rasa bangga dan rasa kepemilikan setiap orang dalam organisasi, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi besar bagi perusahaan dan bagi pelanggan yang dilayani.

Pihak pelayan publik dalam memberikan layanan publik setidaknya harus mengetahui kebutuhan yang dilayani, menerapkan persyaratan manajemen untuk mendukung penampilan dan memantau dan mengukur kinerja. Sebagai perwujudan agar kualitas pelayanan publik menjadi baik, maka dalam memberikan layanan publik harus mudah dalam pengurusan bagi yang berkepentingan (prosedurnya sederhana), mendapat pelayanan yang wajar,


(33)

mendapat pelayanan yang sama tanpa pilih kasih dan mendapat perlakuan jujur dan terus terang (transparansi).

Menurut Zethaml (dalam Widodo, 2001) mengemukakan tolok ukur kualitas pelayanan publik dapat dilihat dari sepuluh dimensi yaitu

1. Tangible, terdiri atas fasilitas fisik, peralatan, personil dan komunikasi . 2. Reliable terdiri kemampuan unit dalam menciptakan pelayanan yang

dijanjikan tepat.

3. Responsiveness, kemauan untuk membantu konsumen bertanggung jawab terhadap mutu layanan yang diberikan

4. Competence, tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan ketrampilan yang baik oleh aparatur dalam memberikan layanan

5. Courtesey, sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap keinginan konsumen serta melakukan kontak hubungan pribadi

6. Credibility, sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik kepercayaan masyarakat

7. Security, jasa pelayanan yang diberikan harus dijamin bebas dari berbagai bahaya dan resiko

8. Access, terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan pendekatan 9. Communication, kemauan pemberi layanan untuk mendengarkan suara,

keinginan atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu menyampaikan informasi baru kepada masyarakat

10.Understanding the customer, melakukan segala usaha untuk mengetahui kebutuhan pelanggan.


(34)

Namun dalam perkembangannya selanjutnya pasuraman et al sampai pada kesimpulan bahwa kesepuluh dimensi kualitas pelayanan diatas dirangkum menjadi lima dimensi poko yang terdiri dari reliability, responsiveness, assurance (yang dimana mencakup competence, courtesy, credibility, dan security), empathy ( yang dimana mencakup acces, communication dan understanding the costumer) serta tangible. Adapun penjelasan dari kelima dimensi tersebut yakni

1. Tangibles (bukti fisik) meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi serta kendaraan operasional. Dengaan demikian bukti langsung/ wujud merupakan satu indikator yang paling konkrit. Wujudnya berupa segala fasilitas yang secara nyata atau terlihat.

2. reliability (kepercayaan) merupakan kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.

3. Responsiveness ( daya tangggap) merupakan sikap tanggap para pegawai dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan dapat menyelesaikan dengan cepat.

4. Assurence (jaminan) meliputi mengenai pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki pegawai, bebas dari bahaya, resiko dan keragu raguan.

5. Empathy merupakan kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, kebutuhan pelanggan.


(35)

II.2 Pengurusan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah

II.2.1 Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah

Pendaftaran tanah merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh negara atau pemerintah secara terus menerus dan teratur berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada diwilayah wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan, termasuk penerbitan tanda buktinya dan pemeliharaanya9

Hak milik menurut pasal 20 ayat 1 Undang-Undang Pokok Agararia adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan mjenhgingat ketentuan dalam pasal 6. Dalam menggunkan hak milik atas tanh harus memperhatikan fungsi sosial atas tanah yaitu dakam menggunakan tanah tidak boleh menimbulkan kerugian bagi orang lain, penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaan dan sifat haknya, adanya keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum dan tanah harus dipelihara dengan baik agar bertambah kesuburannya dan mencegah kerusakan. Untuk mendapatkan hak yang diakui atas sebuah tanah maka perlu dilakukan pendaftaran atas tanah yang telah dimiliki untuk mendapatkan sertifikat hak miilik atas tanah yang menjadi tanda bukti kepemilikan. Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta

.

9


(36)

pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1997 yang dimana pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan azas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka yang dimana.

1. Azas sederhana dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan terutama para pemegang hak atas tanah.

2. Azas aman dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum.

3. Azas terjangkau dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak yang memerlu-kan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka penyelenggaran pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh para pihak yang memerlukan.

4. Azas mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksana-annya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya.Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu


(37)

perlu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi dikemudian hari.

5. Azas terbuka dimaksudkan agar masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data yang benar setiap saat.

Selain asas-asas yang ada dalam pendaftaran tanah ada tujuan dilaksanakannya pendaftaran tanah tersebut. Adapun tujuan dilakukannya pendaftaran tanah adalah,

1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Khusus untuk memberikan jaminan kepastian hukum, meliputi

a) Kepastian mengenai subyek hukum hak atas tanah (orang atau badan hukum)

b) Kepastian mengenai letak, batas, ukuran/luas tanah atau disebut kepastian mengenai obyek hak.

c) Kepastian hak atas tanah, yakni jenis/macam hak atas tanah yang menjadi landasan hukum antara tanah dengan orang atau badan hukum.

2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar.


(38)

3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

Pendaftaran tanah yang dilakukan oleh masyarakat sebagai pemilik tanah sangat penting dan berguna, baik untuk sipemilik tanah maupun juga kepada pemerintah. Jadi bisa dikatakan pendaftaran tanah mempunyai kegunaan ganda, artinya di samping berguna bagi pemegang hak, juga berguna bagi pemerintah.

1. Kegunaan bagi pemegang hak, yakni

a) Dengan diperolehnya sertifikat hak atas tanah dapat memberikan rasa aman karena kepastian hukum hak atas tanah b) Apabila terjadi peralihan hak atas tanah dapat dengan mudah

dilaksanakan

c) Dengan adanya sertifikat, lazimnya taksiran harga tanah relatif lebih tinggi dari pada tanah yang belum bersertifikat

d) Sertifikat dapat dipakai sebagai jaminan kredit

e) Penetapam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tidak akan keliru.

2. Kegunaan bagi pemerintah, yakni

a) Dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah berarti akan menciptakan terselenggarakannya tertib administrasi di bidang pertanahan, sebab dengan terwujudnya tertib administrasi pertanahan akan memperlancar setiap kegiatan yang menyangkut tanah dalam pembangunan di Indonesia


(39)

b) Dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah, merupakan salah satu cara untuk mengatasi setiap keresahan yang menyangkut tanah sebagai sumbernya, seperti pendudukan tanah secara liar, sengketa tanda batas dan lain sebagainya. Adapun pelaksanaan pendaftaran meliputi kegiatan tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah

1. Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi : a) Pengumpulan dan pengolahan data fisik

b) Pembuktian hak dan pembukuannya c) Penerbitan sertifikat

d) penyajian data fisik dan data yuridis e) Penyimpanan daftar umum dan dokumen. 2. Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah meliputi :

a) Pendaftaran peralihan hak dan pembeban hak

b) Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya

Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik. Pendaftaran tanah secara sistematik adalah pendaftaran tanah yang didasarkan pada suatu rencana kerja pemerintah dan dilaksanakan dalam suatu wilayah yang ditetapkan oleh Menteri, sedangkan pendaftaran tanah secara sporadik adalah pendaftaran tanah yang dilakukan atas permintaan atau permohonan pihak yang berkepentingan.


(40)

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pemerintah berkewajiban untuk melakukan pendaftaran tanah sedangkan masyarakat (pemegang hak atas tanah) berkewajiban untuk mendaftarkan hak atas tanah tersebut (Pasal 23, Pasal 32 dan {Pasal 38 Undang Undang Pokok Agraria).

II.2.2 Sertifikat Hak Milik Atas Tanah

Secara etimologi sertifikat berasal dari bahasa dari bahasa belanda “certificat” yang artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan tentang sesuatu, jadi sertifikat tanah adalah surat keterangan yang membuktikan hak seseorang atas sebidang tanah atau dengan kata lain keadaan tersebut menytakan bahwa ada seseorang yang memiliki bidng bidang tanah tertentu dan pemilikan itu mempunyai bukti yang kuat berupa surat berupa surat yang dibuat oleh instansi yang berwenang10

Diatas telah disebutkan bahwa sertifikat merupakan surat tanda bukti hak, jadi sertifikat berfungsi sebagai alat bukti. Alat bukti yang menyatakan tanah tersebut telah diadministrasi oleh negara. Dan nama yang tertera dalam sertifikat adalah pemilik atas tanah yang dicantunkan didalamnya. Dan bagi sipemilik tanah . Sertifikat berdasarkan pasal 32 ayat 1 PP No.24 tahun 1997 yaitu surat tanda bukti hak yang berlaku sebagi alat pembuktian yangkuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.

10

Lubis, yamin, SH.,MS.,CN dan rahim lubis, SH.,M.Kn. 2008. hukum pendaftaran tanah,. Hal 204


(41)

sertifikat hak milik merupakan pegangan yang kuat dalam hal pembuktian hak miliknya sebab dikeluarkan oleh instansi yang sah dan berwenang secara hukum. Sehinggga bila yang memegang serifikat tanah itu belum namanya maka perlu dilakukan balik namanya kepada yang memegangnya sehingga terhindar dari gangguan pihak lain. Dan bila terjadi sengketa terhadap bidang tanah itu maka sertifikat yang dimiliki sipemilik tanahlah yang akan membuktikan kalau tanah tersebut adalah benar miliknya.

Disamping sebagi alat bukti, sertifikat juga berguna sebagai jaminan akan eksistensi hak itu. Jaminan tersebut adalah jaminan hukum, dengan jaminan hukum yang dimiliki sertifikat hak milik tersebut maka sertifikat tersebut dapat dinyatakan sebagai surat berharga. Surat berharga yang nilai ekonomisnya tinggi, maka sipemilik sertifikat juga bisa menggunakan sertifikat tersebut sebagai jaminan hutang. Sebagai salah satu contohnya, misalnya seseorang membutuhkan uang dan melakukan peminjaman ke sebuah Bank dan sertifikat hak milik tersebut yang dijadikan sebagai jaminannya.

Keberadaan sertifikat hak milik juga diaktifkan dalam kegiatan ekonomi masyarakat sehingga bagi yang menggunakannya telah dibantu dalam meningkatkan usaha dalam meningkatkan pendapatan si pemilik sertifikat tanah sekaligus juga meningkatkan tingkat perekonomian secara makro, karena sipemilik telah mengaktifkan modal yang dipinjamkannya dari bank tersebut. Untuk itu dengan keuntungan dari kepemelikan sertifikat hak milik tersebut sangat diharapkan Kantor Pertanahan sebagi struktur pengelola admnistrasi tanah dapat meningkatkan kualitas pelayanannya kepada masyarakat.


(42)

II.2.3 Kepuasan Masyarakat Mengenai Kualitas Pelayanan

Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan, Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara menetapkan Keputusan Nomor KEP/25/M-PAN/2004. Dalam Pedoman ini, selain dimaksudkan sebagai acuan untuk mengetahui tingkat kinerja masing-masing unit pelayanan instansi pemerintah, juga diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menilai secara objektif dan periodik terhadap perkembangan kinerja unit pelayanan. Dalam keputusan tersebut ditetapkan 14 unsur yang relevan, valid dan reliabel, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat, yaitu sebagai berikut:

1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.

2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administrative yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.

3. Kejelasan petugas Pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan

4. Kedisplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan berlaku.

5. Tanggung jawab petugas pelayanan, kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.


(43)

6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.

7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanandapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan. 8. Keadilan mendapat pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak

membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.

9. Kesopanan dan keramahan petugas, yakni sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.

10.Kewajaran biaya pelayanan, yaitu kejangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.

11.Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan

12.Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

13.Kenyamanan Lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan.

14.Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.


(44)

II.3 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial11

a. Kualitas pelayanan pengurusan sertifikat hak milik atas tanah merupakan pelayanan pengurusan sertifikat hak milik atas tanah yang diberikan kepada masyarakat sesuai dengan standar pelayanan. Dan yang menjadi tolok ukur kualitas pelayanan publik dapat dilihat dari lima dimensi yaitu

Tangible, Reliable, Responsiveness, Assurence, Emphaty.

. Yang dimana tujuannya adalah untuk mendapatkan batasan yang jelas dari setia konsep yang diteliti. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah

b. Sertifikat hak milik atas atas tanah merupakan surat tanda bukti hak milik yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalammnya, sepanjang data fisik atau data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.

c. Kepuasan masyarakat merupakan hasil akhir dari kualitas pelayanan yang timbul dari setiap individu atau seseorang yang mendapatkan pelayanan dan membandingkan atas apa yang diharapkannya dengan apa yang dirasakannya.

11


(45)

II.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat yakni sebagai berikut

BAB I : PENDAHULUAN

Memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB III : KERANGKA TEORI

Bab ini memuat teori teori yang digunakan penulis, definisi konsep dan sistematikan penulisan.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisi gambaran umum kota yang diteliti dan gambaran umum Badan Pertanahan Kabupaten Humbang hasundutan

BAB V : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis, dan memuat analisa data untuk selanjutnya memberikan interpretasinya.


(46)

BAB VI : PENUTUP

Memuat tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai rekomendasi untuk peningkatan pelayanan.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Dalam penelitian ini seseorang peneliti akan mengembangkan konsep dan menghimpun data tetapi tidak akan membekukan pengujian hipotesis12

Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah seorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau masalah tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya. Adapun informan yang menjadi objek penelitian ini dibedakan atas dua jenis yaitu informan kunci dan informan utama. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti.

.

III.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Badan Pertahanan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan

III.3 Informan Penelitian

12


(48)

Sedangkan informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.

1. Informan kunci adalah kepala seksi pengurusan hak tanah badan hukum Kabupaten Humbang Hasundutan

2. Informan Utama adalah pegawai BPN Humbang Hasundutan yang terlibat dalam pengurusan sertifikat hak milik atas tanah.

3. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengurus sertifikat hak milik atas tanah. Dalam hal ini banyaknya jumlah informan tambahan tidak ditentukan.

III.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, keterangan, informasi yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan melalui :

a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dan mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam kepada pihak – pihak yang terkait. b. Observasi yaitu pengamatan langsung pada suatu objek yang akan

diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.


(49)

2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut :

a. Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber – sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

b. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku – buku, karya ilmiah serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah dengan masalah yang akan diteliti.

III.5 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat suatu deskripsi. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah peneliti mengkonfirmasi seluruh existing data sekunder dan data primer (wawancara dan observasi) dan menyajikannya dengan analisis kualitatif. Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan serta


(50)

menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian13

BAB IV

.

13


(51)

DESKRPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1 Gambaran Umum Wilayah

IV.1.1 Sejarah Wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan

Tapanuli Utara sebagai kabupaten induk dari Humbang Hasundutan terbentuk berdasarkan Undang Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Propinsi Sumatera Utara. Pada masa pemerintahan penjajahan Belanda, salah satu afdeling di wilayah Keresidenan Tapanuli adalah Afdeling Bataklanden dengan ibukota Tarutung terdiri atas lima onder afdeling. Setelah kemerdekaan tepatnya tahun 1947 Kabupaten Tanah Batak menjadi 4 (empat) kabupaten yaitu,

1. Kabupaten Silindung ibukotanya Tarutung 2. Kabupaten Humbang ibukotanya Dolok Sanggul 3. Kabupaten Toba Samosir ibukotanya Balige 4. Kabupaten Dairi ibukotanya Sidikalang.

Pada Tahun 1950 keempat kabupaten ini dilebur menjadi Kabupaten Tapanuli Utara, seiring dengan terbentuknya Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, dan Kabupaten Nias. Keadaan ini bertahan hingga tahun 1964, karena pada saat itu Tapanuli Utara dimekarkan dengan terpisahnya Dairi menjadi kabupaten berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1964,dan selanjutnya berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1998 terbentuknya Kabupaten Toba Samosir. Kenyataan menunjukan bahwa kedua daerah tersebut mengalami perkembangan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.


(52)

Berdasarkan faktor sejarah dan keinginan untuk semakin cepat pembangunan dengan pelayanan yang semakin dekat kepada masyarakat maka harapan yang terkandung selama ini mengkristal menjadi usul pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan melalui terbentuknya Panitia Pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Terbitnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah, menjadi peluang munculnya wacana perlunya usul pemekaran melalui pembentukan Kabupaten. Berbekal keinginan untuk mendambakan peningkatan kesejahteraan masyarakat, peluang tersebut dimanfaatkan secara tepat oleh masyarakat di wilayah Humbang Hasundutan melalui Panitia Pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan. Ternyata sejalan dengan tuntutan kemajuan jaman mampu menumbuhkan aspirasi masyarakat untuk mengusulkan Pemekaran Kabupaten Tapanuli Utara, melalui usul pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan. Aspirasi murni masyarakat tersebut disambut dan difasilitasi oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, serta dukungan DPRD Kabupaten Tapanuli Utara, yang kemudian memperoleh dukungan Gubernur Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara. Berikut ini beberapa langkah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, dalam menyikapi aspirasi tersebut di atas adalah :


(53)

1. Mengikuti perkembangan Deklarasi Pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan tanggal 23 April yang dilaksanakan di Dolok Sanggul.

2. Tanggal 25 Mei 2002 menerima audensi Panitia Pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan sekaligus menerima berkas pengusulan.

3. Tanggal 26 Mei 2002 Bupati Tapanuli Utara menerbitkan SK Tim Peneliti sekaligus memberi petunjuk dalam memfasilitasi aspirasi masyarakat.

4. Tanggal 27 Mei 2002 berkonsultasi dengan DPRD Kabupaten Tapanuli Utara perihal aspirasi masyarakat tentang usulan pemekaran.

5. Tanggal 3 s/d 5 Juni 2002 menugaskan Tim Peneliti mendampingi DPRD Kabupaten Tapanuli Utara, turun ke Kecamatan guna mendengar aspirasi dan meneliti usulan dimaksud.

6. Tanggal 5 Juni 2002 menerima berkas pengajuan/penyempurnaan usul pemekaran melalui pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan.

7. Tanggal 5 Juni 2002 melapor ke Bapak Gubernur Sumatera Utara. 8. Tanggal 6 dan 7 Juni 2002 secara langsung turun ke Kecamatan-

kecamatan untuk mendengar dan memfasilitasi usul pemekaran Kabupaten, sekaligus mengingatkan masyarakat agar usul


(54)

pemekaran tidak menimbulkan perpecahan di kalangan masyarakat termasuk para perantau.

9. Tanggal 8 Juni 2002 menghadiri Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Tapanuli Utara dengan hasil penerbitan Surat Keputusan DPRD Kabupaten Tapanuli Utara Nomor : 16 Tahun 2002 tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Tapanuli Utara.

Beberapa upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, untuk mempercepat proses pemekaran Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu :

 Melaksanakan pertemuan dengan segenap komponen masyarakat

Tapanuli Utara guna memantapkan pemahaman dan Melaporkan perkembangan terakhir usul pemekaran kepada Gubernur Sumatera Utara dan Bapak Ketua DPRD Sumatera Utara.

 Melaksanakan pertemuan dengan segenap komponen masyarakat

Tapanuli Utara guna memantapkan pemahaman dan dukungan bagi terwujudnya pemekaran.

 Meyampaikan laporan tertulis dan pendapat kepada Bapak

Gubernur SumateraUtara, Bapak Menteri Dalam Negeri dan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah.

 Mengundang Komisi II DPR-RI untuk memantau, mengevaluasi

dan berkunjung langsung ke wilayah yang mengusulkan pemekaran.


(55)

 Konsultasi dengan DPRD Kabupaten Tapanuli Utara dalam rangka

dukungan APBD dan pengajuan usul dukungan DPRD Provinsi Sumatera Utara.

 Melakukan akurasi data pendukung Pembentukan Kabupaten

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor : 129 Tahun 2000.

 Melakukan Pengkajian dan uji kelayakan pemekaran Kabupaten

Tapanuli Utara yakni Kabupaten Humbang Hasundutan dengan memohon kesediaan Bapak Mendagri Cq. Dirjen Otonomi Daerah dan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah.

 Perencanaan persiapan sarana/prasarana dan Aparat guna

mendukung pemekaran kabupaten.

 Menyurati para anak rantau di luar Kabupaten Tapanuli Utara

untuk mendukung Usul Pemekaran Kabupaten Tapanuli Utara sesuai fungsi dan tugas masing-masing.

Pemerintah Pusat sangat responsif terhadap aspirasi ini karena dalam waktu relatif singkat Tim Terpadu Depdagri, DPOD dan Komisi II DPR RI melakukan kunjungan dan pertemuan dengan masyarakat se-wilayah Humbang Hasundutan tanggal 5 September 2002 sebagai lanjutan kunjugan Komisi II DPR-RI tanggal 29 Juli 2002. Sebagai tindak lanjutnya maka usul pemekaran ini mendapat pembahasan pada Sidang Paripurna DPR-RI yang pada puncaknya melahirkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Nias


(56)

Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara.

Pada hari Senin tanggal 28 Juli 2003 Kabupaten Humbang Hasundutan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri RI sekaligus melantik Penjabat Bupati Drs. Manatap Simanungkalit di Kantor Gubernur Sumatera Utara, Medan. Mengawali tugas sebagai Bupati Humbang Hasundutan telah membuat pertemuan dengan para Tokoh Masyarakat, adat dan Tokoh Pendidikan serta Tokoh Agama di Daearah ini antara lain guna membicarakan pembuatan Logo Kabupaten Humbang Hasundutan yang disyahkan oleh DPRD.

IV.1.2 Luas Wilayah dan Letak Geografis

Luas Kabupaten Humbang Hasundutan adalah 251.765,93 Ha. Terdiri dari 10 (sepuluh) Kecamatan, 153 (seratus lima puluh tiga) Desa dan 1 (satu) Kelurahan, yaitu Kecamatan Pakkat, Kecamatan Onanganjang, Kecamatan Sijamapolang, Kecamatan Lintongnihuta, Kecamatan Paranginan, Kecamatan Doloksanggul, Kecamatan Pollung, Kecamatan Parlilitan, Kecamatan Tarabintang dan Kecamatan Baktiraja.

Tabel 4.1Kabupaten Humbang Hasundutan Berdasarkan Luas Kecamatan

NO NAMA KECAMATAN LUAS(Ha)

1 Pakkat 38.168,00


(57)

3 Sijamapolang 14.018,07

4 Lintongnihuta 18.126,03

5 Paranginan 4.778,06

6 Doloksanggul 20.929,53

7 Pollung 32.736,46

8 Parlilitan 72.774,71

9 Tarabintang 24.251,98

10 Baktiraja +Luas Danau Toba 2.231,91 + 1.494,91

Humbang Hasundutan 251.765,93

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka 2015

Kabupaten Humbang Hasundutan terletak pada garis 2o1’-2o28’ Lintang Utara dan 98o10’-98o58’ Bujur Timur dan berada di bagian tengah wilayah Propinsi Sumatera Utara.

Letak Geografis Kabupaten Humbang Hasundutan berbatasan dengan :

1. Sebelah Timur dengan Kabupaten Tapanuli Utara 2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah 3. Sebelah Barat dengan Kabupaten Pakpak Bharat 4. Sebelah Utara dengan Kabupaten Samosir


(58)

IV.1.3. Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun 2010 sebesar 171.687 jiwa yang terdiri dari 85.274 jiwa laki-laki dan 86.413 jiwa perempuan. Dari komposisi penduduk tersebut terlihat bahwa ratio jenis kelamin (jumlah penduduk laki-laki : jumlah penduduk perempuan) Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 98.68 yang menunjukkan jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Doloksanggul sebesar 43.308 jiwa sedangkan penduduk terkecil berada di Kecamatan Sijamapolang sebesar 5.114 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan yang meningkat tajam pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2009 Kondisi ini sebagai dampak adanya sensus penduduk pada tahun 2010 sehingga data kependudukan lebih akurat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sementara perkembangan penduduk yang sangat pesat terdapat di Kecamatan Doloksanggul sebagai dampak dari tingginya tingkat perpindahan penduduk ke Kota Doloksanggul sebagai ibukota Kabupaten Humbang Hasundutan.

Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan masih tergolong rendah dan tidak merata, yaitu 69 jiwa per kilometer persegi. Memang diakui, bahwa luas wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan relatif luas yakni sebesar 2.502,71 Km2 akan tetapi penyebaran penduduk Humbang Hasundutan masih bertumpu di ibukota Kabupaten yaitu di Kecamatan Doloksanggul sebesar 25,22% kemudian diikuti oleh Kecamatan Lintongnihuta sebesar 16,92%, sedangkan Kecamatan Sijamapolang hanya sebesar 2,98%.


(59)

Tabel 4.2 Proyeksi Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011-2015

N o Nama Proyeks i 200 6

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Jumlah Pendud uk

153. 837

155.290 158.0 70 165.0 00 171.6 87 175.6 77 179.2 61 184.7 21 188.4 53 192.2 60

2 Pertum buhan Pendud uk

0.71 0.94 1.79 4.38 4.05 2,32 2,04 3,05 2,02 2,02

Sumber: Humbang hasundutan dalam angka 2015

Jumlah penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan dilihat berdasarkan umur memperlihatkan peduduk usia 5-9 tahun adalah terbesar dengan jumlah penduduk 23.594 jiwa sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah pada usia 70-74 tahun sebanyak 3.105 jiwa jika dilihat secara menyeluruh bawah penduduk usia 0-19


(60)

tahun merupakan jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Humbang Hasundutan. Untuk lebih lengkapnya komposisi penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut:

IV.1.4 Administrasi Pemerintahan Kabupaten Humbang Hasundutan

Administrasi Pemerintahan Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri atas sepuluh kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Doloksanggul

2. Kecamatan Baktiraja

3. Kecamatan Pollung

4. Kecamatan Lintongnihuta

5. Kecamatan Paranginan

6. Kecamatan Onan Ganjang

7. Kecamatan Sijamapolang 8. Kecamatan Pakkat

9. Kecamatan Parlilitan

10. Kecamatan Tarabintang

Wilayah administrasi dibawah kecamatan adalah desa/kelurahan yang terdiri dari 143 desa dan 1 kelurahan. Selanjutnya wilayah administrasi paling rendah adalah lingkungan dan dusun. Serta instansi-instansi pemerintah yaitu enam badan :


(61)

1.

2.

3.

4.

Dan terdiri dari dua belas dinas, yaitu :

1.

2. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Serta terdapat enam kantor, yaitu :

1.

2.


(62)

4.

5.

6.

IV.2 Gambaran Umum Badan Pertanahanan Nasional RI

IV.2.1 Sejarah Kelembagaan Pertanahan

Sejarah BPN RI pada dasarnya adalah sejarah pencarian format penataan pertanahan nasional, yang merentang jauh ke belakang dari zaman pemerintahan kolonial Belanda, lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria hingga fungsinya yang diemban sekarang ini.

Badan Pertanahan Nasional terbentuk sesuai dengan keputusan presidenRepublik Indonesia dengan nomor 26 tahun 1988, pada tahun 2006 diadakanperubahan struktur baik di BPN pusat, kanwil, maupun kantor pertanahankota/kabupaten. Berdasarkan peraturan Kepala Badan Pertanahan NasionalRepublik Indonesia untuk melaksanakan fungsi badan pertanahan nasionaldidaerah maka berdasarkan keputusan badan pertanahan nasional nomor 1tahun 1989 dibentuklah kantor pertanahan ditingkat kota dan kabupaten.


(63)

Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh Kepala. (Sesuai dengan Perpres No. 63 Tahun 2013). Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

• Visi:

Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.

• Misi:

Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan untuk:

1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan.

2. peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T).

3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan


(64)

penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari.

4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat. Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BPN menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan. 2. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan.

3. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan. 4. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan.

5. Penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan di bidang pertanahan.

6. Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum. 7. Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah.

8. Pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan wilayah-wilayah khusus

9. Penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik negara/daerah bekerja sama dengan Departemen Keuangan.


(65)

11.Kerja sama dengan lembaga-lembaga lain.

12.Penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan

13.Pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan.

14.Pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik di bidang pertanahan.

15.Pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan. 16.Penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan.

17.Pendidikan, latihan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan.

18.Pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan.

19.Pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang pertanahan.

20.Pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, dan/atau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

21.Fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.

Agenda Kebijakan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Adapun beberapa Agenda Kebijakan BPN RI adalah sebagai berikut:


(66)

2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta sertifikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia.

3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah (land tenureship).

4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana alam dan daerah-daerah konflik.

5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.

6. Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTANAS), dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia.

7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

8. Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah skala besar.

9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan Pertanahan yang telah ditetapkan.

10.Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional.

11.Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan Pertanahan.

Diawali dari tahun 2005, pertanahan nasional dibangun dan dikembangkan atas dasar empat (4) prinsip pengelolaan:

1. Pengelolaan pertanahan harus mampu berkonstribusi pada kesejahteraan masyarakat,


(67)

2. Pengelolaan pertanahan harus mampu berkonstribusi pada keadilan penguasaan dan pemilikan tanah,

3. Pengelolaan pertanahan harus mampu berkonstribusi pada keberlanjutan sistem kemasyarakatan dan Kebangsaan Indonesia,

4. Pengelolaan pertanahan harus mampu berkonstribusi pada harmoni sosial.

IV.2.3 Lambang/Logo Badan Perttanahan Nasional Republik Indonesia

Lambang Badan Pertanahan Nasional adalah bentuk suatu kesatuan gambar dan tulisan terdiri dari:

• Gambar 4 (empat) butir padi melambangkan Kemakmuran dan

kesejahteraan. Memaknai atau melambangkan 4 (empat) tujuan Penataan Pertanahan yang akan dan telah dilakukan BPN RI yaitu kemakmuran,


(68)

keadilan, kesejahteraan sosial dan keberlanjutan.

• Gambar lingkaran bumi melambangkan sumber penghidupan manusia.

Melambangkan wadah atau area untuk berkarya bagi BPN RI yang berhubungan langsung dengan unsur-unsur yang ada didalam bumi yang meliputi tanah, air dan udara.

• Gambar sumbu melambangkan poros keseimbangan. 3 (tiga) Garis

Lintang dan 3 (tiga) Garis Bujur Memaknai atau melambangkan pasal 33 ayat 3 UUD 45 yang mandasari lahirnya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) nomor 5 tahun 1960.

• Gambar 11(sebelas) bidang grafis bumi memaknai atau melambangkan 11

(Sebelas) agenda pertanahan yang akan dan telah dilakukan BPN RI. Bidang pada sisi sebelah kiri melambangkan bidang bumi yang berada diluar jangkauan wilayah kerja BPN RI.


(69)

• Warna Coklat melambangkan bumi, alam raya dan cerminan dapat

dipercaya dan teguh.

• Warna Kuning Emas melambangkan kehangatan, pencerahan, intelektual

dan kemakmuran.

• Warna Abu-abu melambangkan kebijaksanaan, kedewasaan serta

keseimbangan.

IV.3 Gambaran Umum BPN Kabupaten Humbang Hasundutan

IV.3.1 Sejarah Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan

Sebelum pemekaran Kabupaten pada tahun 2003, Kabupaten Humbang Hasundutan masih tergabung dalam Kabupaten Tapanuli Utara yang sering disebut Taput. Pada Tanggal 28 Juli 2003 sesuai dengan UU No.9 tahun 2003, Kabupaten Humbang Hasundutan memekarkan diri dari Kabuapten Tapanuli Utara. Kabupaten Humbang Hasundutan akhhirnya menjadi sebuah kabupaten yang berdiri sendiri. Kabupaten dengan luas wilayah daratan 250.271,02 Ha dan 1.494,91 Ha luas perairan (danau toba), Terdiri dari 10 Kecamatan, 1


(70)

Kelurahan dan 143 Desa dengan Suhu Udara berkisar antara 170 C - 290 C. Adapaun kesepuluh wilayah kecamatan yang diantaranya, Kecamata Kecamatan Kecamat undang undang pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan ( undang undang RI No. 9 tahun 20013) juga ditegaskan bahwa ibukota Kabupaten Humbang Hasundutan adalah Kota Doloksanggul.

Demikian halnya untuk Badan Pertanahan Nasional, sebelum pemekaran Kabupaten Humbang Hasundutan, BPN yang berdiri masih di Kabupaten Tapanuli utara sebagai badan yang mengurusi tentang pertanahan disemua Kecamatan yang menjadi wilayah administrasinya. Semenjak Kabupaten Humbang Hasundutan dimekarkan pada Tanggal 28 Juli 2003, dan untuk memperlancar pelayanan khususunya mengenai kepentingan dan pelayanan mengenai pertanahan, Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan akhirnya diresmikan pada tahun 2005. Terbentuk berdasarkan SK Kepala BPN RI No. 16 Tahun 2005 tanggal 20 Desember 2005 , yang dimana Status Kantor adalah Milik BPN RI. Letaknya, di Jalan Doloksanggul ke Sidikalang Km 2, Telp/Faxs (0633) 31771 di Doloksanggul.

Gambaran lokasi kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan berada di dekat perkantoran Kecamatan Doloksanggul dan juga berada dekat dengan kantor Kepala Desa Sirisirisi dan pemukiman masyarakat juga. Meski tidak berada di pusat kota namun diharapkan dengan kondisi


(71)

demikian dapat meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Dan jaraknya juga tidak terlalu jauh dari kota, meski tidak terkendala untuk masyarakat Doloksanggul sendiri, namun untuk masyarakat yang tinggal di Kecamatan lain, hal tersebut lah yang menjadi kendala besar karena jarak yang terlalu jauh.

IV.3.2 Visi dan Misi Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan

Visi

Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.

Misi

Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan untuk:

1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan.

2. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T).

3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan


(72)

penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari.

4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat. 5. Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip

dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.

IV.4 Sumber Daya manusia

a) Berdasarkan golongan:

• Golongan IV : 1 (satu) orang

• Golongan III : 14 (empat belas) orang • Golongan II : 3 (tiga) orang

Tabel 4.3 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Golongan

No Golongan Ruang Jumlah

A B C d

1 Gol. IV 1 - - - 1

2 Gol. III 1 5 4 4 14

3 Gol. II 1 - 2 - 3

4 Gol. I - - - -


(73)

Sumber : Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan

2015

b) Berdasarkan unit kerja

• Sub bagian tata usaha : 6 (enam) orang

• Seksi Survey, Pengukuran dan Pemetaan : 4 (empat) orang • Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah : 4 (empat) orang • Seksi Penatagunaan Tanah & Kwsn Tertentu : 2 (dua) orang • Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan : 1 (satu) orang • Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara : 1 (satu) orang

Tabel 4.4 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Unit Kerja


(74)

Sumber : Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan 2015

IV.5 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan sub sistem yang menggambarkan hubungan komunikasi. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan

Esl. III Esl. IV Esl. V Staf

1 Sub Bagian Tata Usaha 1 1 2 2 6

2 Seksi Survey, Pengukuran dan Pemetaan

- 1 2 1 4

3 Seksi Hak Tanah dan

Pendaftaran Tanah

- 1 3 - 4

4 Seksi Penatagunaan

Tanah & Kwsn Tertentu

- 1 1 - 2

5 Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan

- 1 - - 1

6 Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara

- 1 - - 1


(1)

Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan Tampak jauh


(2)

Tampak dekat

Sumber: Dokumentasi pribadi

Mobil Larasita Badan Partnahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan


(3)

Loket pelayanan di Kantor Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan

Sumber: Dokumentasi pribadi


(4)

(5)

Gambaran Sertifikat Tanah


(6)