BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia mempunyai sumber daya perairan umum cukup luas, baik perairan laut maupun perairan air tawar. Potensi sumber daya perairan umum yang cukup luas
ini merupakan modal bagi penduduk sekitarnya terutama yang berminat melakukan usaha budidaya ikan air tawar di perairan umum seperti waduk, danau,
dan telaga Samadi, 2010. Usaha perikanan di Propinsi Sumatera Utara meliputi perikanan laut danperikanan
darat.Usaha perikanan darat meliputi perikanan perairan umum sungaidan danau, dan perikanan budi daya tambak, kolam, sawah, keramba jaring
apung.Usahaperikanan darat tersebar hampir di semua daerah kabupaten.Danau Tobamerupakan salah satu di antara sentra perikanan darat di Sumatera Utara
Evy, 2008.
Kawasan Danau Toba, adalah salah satu kawasan andalan wisata yangmerupakan aset nasional, dan memiliki nilai strategis bagi Propinsi SumateraUtara, dengan
fungsinya yang beraneka ragam, yaitu sebagai andalan daerahtujuan wisata, sumber air bersih bagi penduduk, kegiatan perikanan, baik secaratradisional
maupun budidaya Keramba Jaring Apung KJA, kegiatan pertanian,kegiatan
transportasi air dan pembangkit tenaga listrik Anonimus, 2009
Danau Toba luasnya mencapai 1.256 kilometer persegi, perairannyadimanfaatkan sebagian warga untuk pengolahan Keramba Jaring Apung KJA.Sedikitnya ada
sekitar 7.000 petani KJA, yang tersebar di beberapa daerah sepertiHaranggaol,
Universitas Sumatera Utara
Pangururan, Tomok, Tuktuk, Balige, Muara, Paropo, Tabun Raya, Sigapitan, Tongging dan Panahatan.
Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Produksi RTP, Produksi, dan Nilai Penjualan Perikanan Budidaya Jaring Apung di Kecamatan Haranggaol
Horisan dari Tahun 2007 – 2012.
Tahun Komoditas Ton
Jumlah RTP KK
Produksi Ton
Nilai Penjualan Rp 000
Nila Mas
2007 1.219,7
135,5 410
1.355,2 9.486.100
2008 2.750,9 305,7
250 3.056,6
36.679.200 2009
2.471,9 274,7 250
2.746,6 45.932.000
2010 3.568,2 396,5
284 3.964,7
64.941.000 2011
3.698,5 410,9 310
4.109,4 113.702.500
2012 4.709,5 285,3
335 4.994,8
162.464.000 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Simalungun
Dari data di atas ikan nila memiliki jumlah yang lebih banyak produksinya
dibandingkan ikan mas setiap tahunnya. Jumlah produksi terbesar ada pada tahun 2012 yakni sebesar 4.994,8 ton, naik sebesar 885,4 ton dari tahun sebelumnya.
Tabel 2. Data Perikanan Budidaya Provinsi Sumatera Utara
Tahun KOMODITAS
Ton Total
Produksi ton
Harga RpKg
Nila Mas
Nila Mas
2010 60.798
19.078 79.876
15.000 25.000
2011 57.132
18.465 75.597
16.000 28.000
2012 65.951
19.331 85.282
17.000 30.000
2013 51.269
12.415 63.684
18.000 32.000
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Ikan nila merupakan hasil produksi terbesar dibandingkan dengan ikan mas setiap tahunnya. Jumlah produksi terbesar terdapat pada tahun 2012 yakni sebesar
85.282 ton dan yang paling rendah pada tahun 2013 sebesar 63.684 ton. Perbedaan produksi yang paling besar terjadi pada tahun 2012 dengan produksi
ikan nila 46.620 ton lebih banyak dari ikan mas. Namun perbedaan harga yang paling besar terjadi pada tahun 2013 dengan harga ikan nila Rp 14.000,-Kg lebih
rendah dari ikan mas. Produksi ikan nila lebih tinggi daripada ikan mas disebabkan karena angka kematian ikan mas lebih tinggi daripada ikan nila
sehingga petani takut memasukkan jumlah bibit ikan mas lebih banyak daripada ikan nila di KJA.
Abdulkadir 2010 menyatakan Peluang usaha KJA ini tidak saja bermanfaat untuk pengusaha perikanan besar, tetapi juga sangat strategis untuk pengusaha
perikanan kecil, sebab selain murah juga mudah dalam pengelolaanya.Keramba jaring apung dapat dibangun dengan cepat, serta dapat dipindahkan apabila
ternyata perairannya sudah tidak cocok lagi untuk diusahakan.Teknologi KJA jauh lebih mudah untuk dikuasi oleh nelayan dari pada teknologi permesinan pada
perahu bermotor atau alat-alat pendingan.KJA selain memberikan kepastian hasil produksi, juga meningkatkan posisi tawar menawar yang lebih baik karena tidak
perlu lagi tergesa-gesa menjualnya.Ikannya dapat terus disimpan dan dipelihara didalam KJA sampai mendapat harga yang baik.
Pemeliharaan ikan dalam KJA adalah salah satu bentuk pemeliharaan ikan di perairan umum, maka sudah tentu ikan yang dipelihara adalah ikan-ikan yang
dapat hidup baik di perairan tersebut. Tindakan yang utama dalam mengusahakan pemeliharaan ikan adalah memilih ikan yang akan dipelihara, karna masalah ini
Universitas Sumatera Utara
merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan usaha yang akan dilaksanakan Suhaili, 1982.
Ikan nila merupakan salah satu ikan yang dapat dipelihara dalam perairan Danau Toba khususnya dalam KJA. Ikan nila mempunyai nama latin Oreochromis
niloticus. Nama genus Oreochromis.Menurut klasifikasi yang berlaku sebelumnya disebut Tilapia.Namun, di kalangan awam ikan nila disebut Tilapia nilotica.
Ikan nila hitam Oreochromis niloticus merupakan jenis ikan air tawar yang mudah dikembangbiakkan dan adaptasinya yang tinggi terhadap perubahan
lingkungan maupun kemudahan pemeliharaannya.Rasanya cukup gurih dan digemari masyarakat Indonesia. Pemeliharaan ikan nila juga dilakukan dengan
jenis ikan lain, dengan syarat ikan yang dimasukkan tidak merupakan pesaing kompetitor atau pemangsa predator bagi nila Gufran, 2007.
Pemeliharaan ikan mas di keramba jaring apung di Kelurahan Haranggaol dipadukan dengan pemeliharaan ikan nila.Hal itu disebabkan karena virus koi
herpes yang berada di Danau Toba yang menyebabkan ikan mas tidak dapat bertahan hidup secara sendiri di KJA. Sehingga ikan mas dipadukan dengan ikan
nila agar ikan mas dapat bertahan hidup.
1.2. Identifikasi Masalah