Peranan Perbankan Syariah Dalam Menciptakan Stabilitas Moneter Di Sudan

(1)

PERANAN PERBANKAN SYARIAH

DALAM MENCIPTAKAN STABILITAS MONETER DI SUDAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh:

Meisya Dwi Putri

NIM: 104046101590

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PERANAN PERBANKAN SYARIAH

DALAM MENCIPTAKAN STABILITAS MONETER DI SUDAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh:

Meisya Dwi Putri

NIM: 104046101590

Di Bawah Bimbingan

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PERANAN PERBANKAN SYARIAH DALAM MENCIPTAKAN STABILITAS MONETER DI SUDAN telah di ujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Univesitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 02 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.Ei) pada program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 02 Desember 2008 Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP : 150 210 422

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag.

NIP: 150289264 ( )

2. Sekretaris : Dr. Muhammad Taufiki, M.Ag

NIP : 150290159 ( )

3. Pembimbing I : Prof. DR. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM.

NIP: 150210422 ( )

4. Penguji I : Prof. Dr. H. Fathurrhman Djamil, MA.

NIP: 150222824 ( )

5. Penguji II : A.M Hasan Ali, M.Ag.


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 04 November 2008


(5)

ABSTRAK

Tujuan penulis mengangkat karya ini, yaitu penulis berharap dengan adanya pembahasan mengenai perbankan syariah dan peranannya terhadap stabilitas moneter di Sudan, dapat menjadi contoh untuk negara Indonesia yang masih menggunakan sistem konvensional pada setiap kegiatan ekonomi dalam pemerintahan, dan dalam kegiatan perbankan. Meskipun bank syariah sudah mulai berkembang, namun bank syariah belum cukup berperan dalam menjaga kestabilan ekonomi di Indonesia.

Dalam karya ilmiah ini akan dijawab dari permasalahan yang telah dirumuskan yaitu bagaimana peranan perbankan syariah dalam menciptakan stabilitas moneter di Sudan dan bagaimana keadaaan ekonomi Sudan setelah dan sebelum menggunakan sistem ekonomi syariah.

Dari perumusan masalah dapat diketahui bahwa, setelah Sudan melakukan Islamisasi terhadap sistem perekonomianya, peran bank syariah cukup membantu mencapai stabilitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi Sudan.

Untuk itu sebelumnya, perlu juga mengetahui bagaimana sejarah kebijakan moneter Islam, perbankan Islam, pengertian stabilitas moneter dan pencapaian stabilitas moneter, serta kebijakan moneter pada zaman Rasulullah.

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif, dan jenis penelitianya menggunakan Library Research yaitu penelitian kepustakaan, dan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui data primer dan data sekunder, Subjek yang akan diteliti ialah negara Sudan, sedangkan objek penelitiannya ialah perbankan syariah di Sudan. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.

Melalui instrumen-instrumen yang digunakan yaitu instrumen yang sesuai dengan syariah Islam, dengan bertahap Sudan mampu memperbaiki ekonominya. Dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat, namun hal itupun dipengaruhi oleh kondisi di dalam negara Sudan, jika terjadi konflik maka kestabilan ekonomi mudah terguncang.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan rahman Nya, dan salawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Al-Qur’an sebagai petunjuk dari Allah SWT untuk seluruh umat manusia di dunia sebagai penuntun kehidupan ini. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyusun karya tulis ini, di antaranya:

1. Kepada Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus dosen pembimbing dalam pembuatan skripsi ini Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Terima kasih banyak penulis haturkan kepada Beliau yang bersedia menjadi pembimbing dan meluangkan waktu untuk penulis serta membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.

2. Ibu Euis Amalia, M.Ag Ketua Program studi Muamalat (Ekonomi Islam). 3. Bapak Ah. Azharudin Lathif, M.Ag Sekertaris Program Studi Muamalat

(Ekonomi Islam).

4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang selalu mendukung gerak dan laju penulis dalam dunia perkuliahan dan seluruh staff akademik dan administrasi yang telah memberikan pelayanan kepada penulis selama melaksanakan studi.

5. Pengurus dan Staff perpustakaan Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah yang telah meluangkan waktu memberikan fasilitas dan beberapa referensi untuk penyelesaian skripsi ini.

6. Kepada seorang wanita yang membesarkan walau tak melahirkan, yang mengantarkan ku pada mimpi-mimpi masa depan oleh hangat belaian


(7)

tangannya, dialah nenek Hj. Siti Sutimah. Kepada seorang lelaki yang sangat penulis cintai dialah kakek H. Karim Suryadi, terima kasih karena telah membesarkan penulis, kasih sayang kalian tak akan pernah dapat terbalas dengan apapun jua. Kepada ayahanda Andi Yusuf Fakihuddin dan Ibunda Marwati, terima kasih atas semuanya, dan kepada teteh ( Ayu) dan adik-adik ( Tia dan Diaf) terima kasih atas semangatnya walau kita jauh, walau kita tak hidup bersama dalam satu atap. Dan untuk keluarga penulis yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak untuk dukungannya.

7. Teman-teman seperjuangan didalam perahu Ekonomi Islam, dalam mengarungi bahtera waktu demi cita-cita dan harapan, suka dan duka kita bersama. Kalian adalah kenangan yang tak akan terlupakan ketika muda jauhi kita. Romai dan teman-teman lainya Terima kasih untuk saran-saran, nasihat-nasihat untuk penulis yang sangat bermanfaat, semoga kita menjadi generasi berikutnya dalam memperjuangkan ekonomi Islam di negara ini. 8. Untuk sahabat-sahabat penulis dari (MAN 4 Model Jakarta). Ulfa, Mahbub,

Zaenal, Adji terima kasih semangat yang telah kalian berikan, semoga persahabatan di antara kita tak akan lekang dimakan waktu, dan semoga kita semua menjadi manusia-manusia yang bermanfaat, Amin.

9. Untuk Donie Kadewandana Malik, terima kasih atas semangat dan motivasi untuk mewujudkan cita-cita bersama, sekaligus editor dalam pembuatan skripsi ini, banyak hal yang penulis dapat dalam pembuatan skripsi darinya yang menyangkut tata cara pembuatan skripsi.

Akhirnya penulis hanya dapat berdoa semoga Allah SWT memberikan balasan dan pahala yang setimpal kepada mereka atas jasa-jasa yang diberikan. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi para pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 11

D. Tinjauan Pustaka... 12

E. Metode Penelitian ... 12

F. Sistematika Penulisan...15

BAB II KERANGKA TEORETIS A. Sejarah Kebijakan Moneter Islam...18

B. Perbankan Islam...20

C. Pengertian Stabilitas Moneter dan Pencapaian Stabilitas Moneter...31

D. Kebijakan Moneter pada Zaman Rasulullah...…...42

BAB III GAMBARAN UMUM PERBANKAN SYARIAH DI SUDAN A. Sejarah Perbankan Syariah Sudan... 51

B. Manajeman Moneter yang digunakan Sudan...54

C. Instrumen Moneter yang digunakan Sudan...56

D. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah di Sudan...63

E. Akad Bank Syariah di Sudan...68

F. Produk Perbankan Syariah di Sudan...71

BAB IV PERANAN PERBANKAN SYARIAH TERHADAP STABILITAS MONETER DI SUDAN A. Peranan Perbankan Syariah Terhadap Stabilitas Moneter di Sudan...76

B. Ekonomi Sudan Sebelum dan Sesudah Islamisasi... ... 84

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...90

B. Saran...92

DAFTAR PUSTAKA...93 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah bank syariah dewasa ini bukan merupakan hal asing bagi masyarakat Indonesia. Diawali pada tahun 1992 dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama, di saat bank-bank konvensional terkena krisis moneter, bank syariah tetap digdaya dan kini bank syariah semakin banyak diminati oleh berbagai lapisan masyarakat, termasuk masyarakat yang beragama non muslim. Sehingga, banyak bank konvensional membuka unit khusus bank syariah.1

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia sudah seyogyanya jika kehadiran bank syariah menjadi suatu hal yang diharapkan. Tidak hanya untuk memperkuat perekonomian masyarakat, tetapi lebih dari itu juga sebagai sarana mengoptimalkan wujud ketaatan sebagai seorang muslim.

Syariah merupakan suatu aturan yang menyangkut hukum yang berlaku yang dibebankan kepada mukallaf (orang-orang yang berakal), mengenai apa yang harus dijauhi dan yang harus dikerjakan sesuai dengan perintah-perintah dan larangan-larangan dalam Al-Qur’an dan Hadis.

1

Karnaen Perwataatmaja dan Henry Tanjung, dalam Pengantar Penerbit, Bank Syariah: Teori, Praktik, dan Peranannya (Jakarta: PT. Senayan Abadi, 2007), hal. v


(10)

Islam sebagai Ad-din mengandung ajaran yang komprehensif dan sempurna (Syumul). Yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, tidak saja aspek ibadah, tetapi juga aspek muamalah, khususnya ekonomi Islam.

Kesempurnaan Islam itu tidak saja diakui oleh intelektual muslim, tetapi juga para ilmuan dari barat. Salah satu ajaran Islam yang mengatur kehidupan manusia adalah aspek ekonomi (Mu’amalah/Iqtishodiyah). Ajaran Islam tentang ekonomi cukup banyak, baik dalam Al-Qur’an, Sunnah, maupun Ijtihad para ulama. Hal ini menunjukan bahwa perhatian Islam dalam masalah ekonomi sangat besar. Ayat yang terpanjang dalam Al-Qur’an yaitu ayat 282 dalam surat Al-Baqarah yang berisi tentang masalah perekonomian, bukan masalah ibadah (Mahdhah) atau Aqidah. Kemudian Allah meminta kepada hambaNya untuk masuk Islam secara kaffah atau menyeluruh, perintah ini pun tercantum dalam Firman Allah SWT dalam surat

Al-Baqarah ayat 208 dan ayat 85.

Ayat tersebut mewajibkan kaum muslimin supaya masuk ke dalam Islam secara utuh dan menyeluruh. Namun sangat disesalkan, dalam bidang dan aktivitas ekonomi, banyak sekali umat Islam mengabaikan ajaran ekonomi syariah dan bergumul dengan sistem ekonomi ribawi.2

Pemikiran ekonomi Islam lahir dari kenyataan bahwa Islam adalah sistem yang diturunkan Allah kepada umat manusia untuk menata berbagai aspek kehidupanya di seluruh ruang dan waktu. Islam dengan begitu merupakan konsep

2

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, edisi 2, (Yogyakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII)


(11)

tentang sebuah proyek peradaban. Dan peradaban selalu berdiri di atas tempat kerangka ini yaitu bumi, tanah, waktu, manusia dan sistem. Jadi tanah merupakan

Land Scape peradaban umat manusia sepanjang masa. Jika manusia berasal dari tanah dan seluruh kehidupan biologisnya untuk survive (bertahan hidup) secara keseluruhan disuplai dari tanah, maka hubungan manusia dengan tanah merupakan sesuatu yang azali dan primer. Dalam pengertiannya yang sangat natural, ekonomi sesungguhnya membahas hubungan antara manusia dengan tanahnya sebagai proses mempertahankan dan melanjutkan serta menikmati kehidupannya.3

Ekonomi Islam bertujuan mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (Falah). Chapra menyatakan

Falah berarti terpenuhinya kebutuhan individu masyarakat dengan tidak mengabaikan keseimbangan makro ekonomi (kepentingan sosial), keseimbangan ekologi dan tetap memperhatikan nilai-nilai keluarga dan norma-norma.

Baru tiga dasawarsa menjelang abad 21, muncul kesadaran baru umat Islam untuk mengembangkan kembali kajian ekonomi syariah. Ajaran Islam tentang ekonomi, kembali mendapat perhatian serius dan berkembang menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Pada era tersebut, lahir dan muncul para ahli ekonomi syariah yang handal dan memiliki kapasitas keilmuan yang memadai dalam bidang Muamalah. Sebagai realisasi dari ekonomi syariah, maka sejak tahun 1975 didirikanlah Internasional Development Bank (IDB) di Jeddah. Setelah itu, di

3

Wawasan Islam dan Ekonomi: Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1997)


(12)

berbagai negara baik negeri-negeri muslim maupun bukan, berkembang pula lembaga-lembaga keuangan syariah.

Sekarang di dunia telah berkembang lebih dari 400-an lembaga keuangan dan perbankan yang tersebar di 75 negara, baik di Eropa, Amerika, Timur Tengah maupun kawasan Asia lainnya. Perkembangan aset–aset bank mencatat jumlah fantastis yaitu 15 % setahun. Kinerja bank – bank Islam cukup tangguh dengan hasil keuntungannya di atas perbankan konvensional.4

Sehubungan dengan penggunaan otoritas moneter yang dilakukan bank sentral, sebagai pemegang kendali money supply untuk mencapai tujuan kebijakan moneter yang salah satunya yaitu pertumbuhan ekonomi. Dilakukan dengan menetapkan target yang menggunakan beberapa instrumen pokok dari kebijakan moneter dalam teori konvensional yang selama ini diterapkan yaitu kebijakan pasar terbuka, penentuan cadangan wajib minimum, penentuan discount rate, moral suasion yang bersifat himbauan atau bujukan kepada bank untuk meningkatkan permintaan kredit sebagai tanggung jawab mereka, ketika ekonomi berada dalam keadaan depresi.

Instrumen moneter pada bank syariah yaitu dengan menggunakan prinsip syariah. Dalam ekonomi Islam, bank sentral tidak dapat menetapkan kebijakan

discount rate seperti pada instrumen moneter konvensional. Bank sentral memerlukan instrumen yang bebas bunga untuk mengontrol kebijakan moneter dalam ekonomi

4Agung Coriandri,

Kehebatan Ekonomi Syari’ah,artikel diakses pada 15 Maret 2008 dari http://ekonomi-syariah@yahoogroups.com


(13)

Islam. Penghapusan sistem bunga tidak menghambat bank untuk mengontrol jumlah uang beredar dalam ekonomi. Secara mendasar terdapat instrumen kebijakan moneter dalam ekonomi Islam, antara lain yaitu:

1. Reserve ratio

2. Moral suassion

3. Lending ratio

4. Refinance ratio

5. Profit sharing ratio

6. Islamic sukuk

7. GIC (goverment investment certivicate)5

Dari ke tujuh instrumen kebijakan moneter di atas akan dipaparkan pengertiannya satu persatu pada bab selanjutnya.

Seiring kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh bank sentral, tentunya bank sentral tidak hanya melakukan tugasnya sendiri, melainkan bank sentral membutuhkan dukungan dari bank-bank komersil lainnya yang berada dibawah naungan bank sentral. Untuk pencapaian sistem moneter yang baik, otoritas moneter harus melakukan pengawasan pada keseluruhan sistem. Sektor moneter adalah jaringan penting yang mempengaruhi sektor ekonomi rill. Sehingga kebijakan moneter merupakan instrumen penting atas kebijakan publik dari sistem ekonomi

5


(14)

modern. Pada ekonomi Islam hal itu juga benar, namun terdapat perbedaan pada tujuan dasar yaitu pelarangan bunga dalam Islam6.

Bank syariah diartikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasianya didasarkan pada prinsip ekonomi Islam. Perbankan syariah sebagai lembaga yang menjalankan tugas fungsional sebagai perantara keuangan antara pihak yang uangnya berlebih (surplus unit) kepada pihak yang kekurangan uang (defisit unit), secara konseptual bank syariah memiliki fungsi sebagai perantara, sekaligus katalisator bagi terciptanya berbagai transaksi perekonomian.

Interaksi antara bank dengan pelaku ekonomi atas dasar prinsip keadilan, yang memungkinkan terjadinya realokasi sumber-sumber dana secara lebih merata ke segenap unit ekonomi yang membutuhkan, dan tersalurnya kembali seluruh dana masyarakat kedalam roda perekonomian secara riil. Dengan demikian, bank syariah mungkin akan menciptakan keseimbangan antara sektor keuangan dan sektor riil yang secara positif dapat mendorong peningkatan kapasitas produksi secara optimal dan semua potensi ekonomi bagi kesejahteraan umat.

Pada gilirannya, akan tercipta berbagai lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang lebih luas dan merata. Dengan demikian, persoalan kemiskinan dan pengangguran akan dapat teratasi.7

6

Muhammad, Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2002)


(15)

Terdapat fenomena yang menarik sebagai penyebab krisis moneter yang melanda Indonesia, seperti pendekatan jumlah uang beredar telah dipilih oleh otoritas moneter semenjak kebijakan moneter Indonesia beralih dari sistem pengendalian moneter langsung ke sistem pengendalian moneter tidak langsung pada tahun 1983, sistem pengendalian tidak langsung mengandalkan peran pasar keuangan dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter ke sektor riil. Sangat disadari bahwa pasar keuangan belum berjalan efisien mengingat pasar keuangan belum berkembang pada saat itu, pada waktu itu pemerintah berkeyakinan bahwa secara bertahap mekanisme pasar akan semakin efisien sejalan dengan berkembangnya pasar keuangan.8

Pada tahun 1983 merupakan suatu langkah awal memodernisasikan bidang moneter di Indonesia. Dengan dilepasnya sistem pengendalian moneter secara langsung seperti penetapan suku bunga simpanan dan kredit bank. Pelaksanaan kebijakan moneter mengandalkan pada uang primer sebagai target operasional, dengan target nilai tukar nominal sebagai jangkar (anchor) kebijakan.

Dengan sasaran akhir yang beragam, kebijakan moneter sulit dilakukan secara terfokus karena adanya benturan kebijakan moneter dalam rangka menekan laju inflasi dengan upaya menekan pertumbuhan ekonomi, perkembangan yang sangat cepat di pasar keuangan akibat serangkaian deregulasi dan semakin terintegrasinya

7

Muhammad Alim, Peran Perbankan Syariah dalam Menggerakan Sektor Ekonomi Rill, Sharing, Majalah Ekonomi dan Bisnis Syariah, edisi 14 thn II-Februari, 2008

8

Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia, (Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada, 2008), hal. 95-96


(16)

perekonomian domestik dengan luar negeri menyebabkan hubungan antara agregat

moneter dengan output dan inflasi menjadi tidak stabil.

Akibatnya, kebijakan moneter berdasarkan pendekatan kuantitas menjadi berkurang efektifitasnya. Pada tahun 1998 kebijakan moneter memasuki suatu periode pengetatan, terutama untuk mencegah terjadinya hiperinflasi, yaitu dengan upaya menghentikan semua bentuk ekspansi moneter agar tidak terjadi kelebihan likuiditas dalam perekonomian. Bank sentral menerapkan kembali kebijakan moneter ketat yang sempat kehilangan kendalinya ketika terpaksa harus menyalurkan pinjaman likuiditas besar-basaran kepada perbankan untuk menghentikan rush.9

Pada saat ini Indonesia sedang mengembangkan tingkat pertumbuhan perbankan syariah, bank syariah telah membuktikan kemampuannya dalam menahan goncangan terutama pada saat krisis global yang melanda negara- negara di dunia termasuk Indonesia. Hal ini telah mematahkan ketangguhan sistem kapitalis yang selama ini diterapkan, meskipun demikian bank-bank di Indonesia belum sepenuhnya menggunakan prinsip syariah, sehingga perbankan syariah belum banyak ikut serta dalam menciptakan kestabilan moneter di Indonesia.

Oleh karena itu penulis mencoba memasukan negara Sudan sebagai contoh kasus, dimana Bank Sentral Sudan telah menerapkan sistem moneternya dengan prinsip syariah. Sebelum melakukan Islamisasi, selama beberapa tahun bank-bank syariah di Sudan beroperasi berdampingan dengan bank-bank konvensional (dual banking system), bank-bank tersebut sebelumnya telah dinasionalisasi pada tahun

9


(17)

1970. Faisal Islamic Bank of Sudan mulai beroperasi sejak 1978 dengan dekrit khusus, disusul pada 1983 oleh El Tadamon Islamic Bank, Sudanese Islamic Bank, dan Islamic Coperative DevelopmentBank (dimiliki oleh lembaga-lembaga koperasi), dan pada 1984 Al Baraka Bank dan Islamic Bank of Western Sudan. Namun kondisi ini berubah pada September 1984 ketika seluruh sistem perbankan “diislamisasi”

Sebelum sistem perbankan diislamisasi Bank Sentral Sudan (Central Bank Of Sudan-BOS) sangat tergantung pada instrumen langsung, yaitu: Interest Rate Controls, Credit Ceiling, Statutory Liquidity Ratio, Bank Rate (rediscount rate). Instrumen ini tampak sangat efektif pada awalnya, sebab pada waktu itu ekonomi Sudan ditandai dengan sistem keuangan tidak ada persaingan (non- competitive financial), pasar modal primer dan sekunder kurang dikembangkan serta adanya kelangkaan modal. Sekalipun begitu, instrumen yang demikian mengarahkan pada distorsi sumber daya bank, campur tangan pemerintah dengan mekanisme harga, pendistribusian kredit, kesalahan alokasi dan distrorsi kompetisi dengan pembebanan hambatan manajemen aset bank. Sebagai hasilnya BOS mengambil jalan instrumen tidak langsung (indirect instrument) seperti persyaratan cadangan (reserve requitment) dan operasi pasar terbuka (open market operation), (pembelian dan penjualan sekuritas pemerintah).10

Dengan begitu sangat diharapkan Indonesia bisa mengikuti langkah Sudan, yaitu mengislamisasikan sistem perekonomian terutama di sektor perbankan. Setelah

10

Muhammad, Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2002)


(18)

diketahui bahwa sistem konvensional atau kapitalis yang selama ini digunakan tidak berhasil membawa rakyat Indonesia kepada kesejahteraan. Karena sistem ini berasaskan pada sekulerisme yaitu memisahkan ilmu pengetahuan dengan agama, dan tidak memasukan unsur norma ataupun aturan tertentu, sedangkan Allah SWT menyuruh hambanya untuk berpegang pada Al-Qur’an dan Hadis sebagai syariat.

Dimana ada sebuah kalimat bijak yang mengatakan bahwa ”akal tanpa panduan Al-Qur’an akan menjadi musibah, dan Al-Qur’an tanpa bimbingan akal akan tersesat”, dalam hal ini ekonomi Islam adalah sebuah ajaran yang bertujuan memberikan solusi hidup yang lebih baik tanpa mengabaikan ajaran-ajaran agama. Sedangkan ilmu ekonomi hanya mengantarkan kita kepada pemahaman bagaimana kegiatan ekonomi berjalan.

Sedangkan proses integrasi antara filosofi ekonomi ke dalam ilmu ekonomi murni disebabkan adanya pandangan bahwa kehidupan di dunia tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan akhirat, semuanya harus seimbang karena dunia adalah ladang sawah akhirat. Apa return yang kita peroleh di akhirat nanti akan bergantung pada apa yang kita investasikan selama di dunia.11

11

Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, IIIT Indonesia, (Jakarta, November, 2003) h.6-7


(19)

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, penulis mencoba merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan perbankan syariah dalam menciptakan stabilitas moneter di Sudan?

2. Bagaimana keadaaan ekonomi Sudan setelah dan sebelum menggunakan sistem ekonomi syariah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana peranan perbankan syariah dalam menciptakan stabilitas moneter di Sudan?

b. Untuk mengetahui bagaimana keadaaan ekonomi Sudan setelah dan sebelum menggunakan sistem ekonomi syariah?

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis. Skripsi ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu tentang ekonomi Islam, serta memberikan kontribusi khususnya dalam pengembangan perbankan syariah di negara muslim yang market share perbankan syariahnya sudah besar seperti negara Sudan.

b. Secara praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi penelitian serupa di masa mendatang. Selain juga memberi masukan


(20)

akademis, tentang peranan perbankan syariah dalam menciptakan stabilitas moneter kasus Sudan.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini bukanlah jenis penelitian terdahulu yang dilanjutkan. Namun penelitian ini adalah awal dari judul yang di angkat oleh penulis, karena belum ada yang mengangkat jenis penelitian ini dengan judul yang sama sebelumnya. Sehingga penulis tidak mencantumkan studi terdahulu pada karya ilmiah ini.

Dalam penelitian ini penulis mengambil bahan referensi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan judul skripsi. Seperti buku-buku yang berkaitan dengan Teori Perbankan, Ekonomi Islam, Moneter Islam dan Perbankan Syariah, dan buku-buku yang menyangkut tentang perbankan Islam di Sudan diantaranya: Ascarya “ Akad Dan Produk Perbankan Syariah”, Muhammad “ Kebijakan Moneter Dan Fiskan Dalam Ekonomi Islam”, Adiwarman A. Karim “ Ekonomi Mikro Islam”, serta buku yang berkaitan dengan bank-bank Islam di negara muslim seperti dalam buku Muhammad Amin Suma “Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari


(21)

perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu.

Pendekatan kualitatif tidak menggunakan prosedur statistik dalam pendekatannya, melainkan dengan berbagai macam sarana. Sarana tersebut antara lain dengan wawancara, pengamatan, atau dapat juga melalui dokumen, naskah, buku, dan lain-lain.12

Menurut Crasswell, beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu

pertama, peneliti kualitatif lebih memerhatikan proses daripada hasil. Kedua, peneliti kualitatif lebih memerhatikan interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, melakukan observasi partisipasi di lapangan. Keempat,

peneliti kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.13

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis melakukan proses penelitian melalui interprestasi data, guna untuk pencapaian pemahaman melalui kata yang dianalisis sebelumnya yang didapat dari berbagai macam media seperti buku-buku, artikel, dan dokumen yang berhubungan dengan judul skripsi ini.

12

Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Penerjemah Muhammad Shodia dan Imam Muttaqin (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 4.

13


(22)

2. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah library research (penelitian kepustakaan), yaitu data-data yang diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan judul skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu data sekunder. Dimana data sekunder (Secondary-Sources), yaitu berupa tulisan lain yang mendukung tema skripsi, yang diperoleh dari sumber-sumber lain, seperti media cetak dan elektronik.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek yang akan diteliti ialah negara Sudan, sedangkan objek penelitiannya ialah perbankan syariah di Sudan.

5. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Yaitu analisis yang cara kerjanya diawali dengan menggambarkan masalah, mengumpulkan, menyusun, dan menyeleksi data, lalu data-data yang terkumpul dianalisa dan diinterpretasikan.

Teknik Penulisan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Buku pedoman yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah buku Pedoman


(23)

Penulisan Skripsi yang disusun oleh Tim Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.

F. Sistematika Penulisan

BAB I Membahas Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan

BAB II Membahas Pengertian Perbankan Islam, Pengertian Stabilitas Moneter dan Pencapaian Stabilitas Moneter serta Kebijakan Moneter pada zaman Rasulullah.

BAB III Membahas Sejarah Perbankan Syariah di Sudan, Manajeman Moneter Sudan, Instrumen Moneter yang digunakan Sudan

BAB IV Membahas Peranan Perbankan Syariah terhadap Stabilitas Moneter di Sudan dan perekonomiannya sebelum dan sesudah melakukan Islamisasi


(24)

BAB II

KERANGKA TEORETIS

Implementasi kebijakan moneter tidak dapat dilakukan secara terpisah dari kebijakan ekonomi makro lainya, seperti kebijakan fiskal, sektoral, dan kebijakan lainya. Semuanya mengarah pada satu tujuan akhir, yakni kesejahteraan sosial masyarakat atau sosial welfare. Secara keseluruhan, kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang terkait dengan anggaran pemerintah, bersama-sama dengan kebijakan moneter mempengaruhi sisi permintaan (demand side) dalam perekonomian, kebijakan sektoral seperti kebijakan di bidang perdagangan, perindustrian, pertambangan, pertanian, tenaga kerja, dan lain-lain, yang mempengaruhi sisi penawaran (supply side).14

Dalam perekonomian, pemerintah sebagai regulator bertugas untuk mengatur, dan mengendalikan kontrol atas jalannya roda perekonomian agar negara mampu memajukan ekonominya sehingga banyak rakyat yang dapat hidup dengan layak, damai dan sejahtera. Dewasa ini tidak ada satu negara pun yang tidak menjadikan pemerintah sebagi salah satu pihak yang ikut campur tangan dalam kegiatan perekonomian meskipun wewenang atau otoritas yang dimilikinya berbeda-beda antara pemerintah di satu negara dengan pemerintah negara lain. Pemerintah memiliki kemampuan untuk memenuhi tugas-tugasnya (mengatur, mengendalikan, dan

14

Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia, edisi 1 (Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada, 2008), hal. 910.


(25)

mengontrol jalannya roda perekonomian) mengingat pemerintah memiliki alat-alat negara yang berkemampuan untuk melaksanakannya. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika dikemukakan bahwa pada dasarnya pemerintahlah yang menjadi penguasa tunggal di dalam perekonomian. Adapun bentuk-bentuk kekuasaan pemerintah di lapangan perekonomian seperti yang dikemukakan J.E Meade adalah:

Banking system (sistem perbankan), yang biasa juga disebut monetary authority (penguasa moneter). Terutama yang berhubungan dengan lembaga-lembaga yang bertugas menetapkan banyaknya uang dan mengendalikan peredaraannya di dalam masyarakat.

Fiscal authority (penguasa fiskal) yaitu semua lembaga pusat maupun daerah yang bertugas mengatur penerimaan dan pengeluaran dana-dana pemerintah (pusat maupun daerah) terutama yang berhubungan dengan perpajakan.

Coomercial authority (penguasa perdagangan) yaitu suatu bentuk kekuasaan pemerintah untuk mengatur lalu lintas perdagangan, misalnya tentang pengaturan ekspor impor, jenis-jenis barang dagangan, pengaturan para pedagang, pengacara dan lain sebagainya.

Exchange control (pengendalian devisa), yang dimaksudkan adalah kekuasaan pemerintah yang bertanggung jawab atau yang mengatur kelembagaan berikut kontrol dan pengendaliannya atas pembiayaan yang dilakukan oleh suatu daerah.15

15

M. Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam (Ciputat: Kholam Publishing, 2008) hal. 168-169.


(26)

Kebijakan ekonomi makro dikatakan optimal apabila terdapat suatu koordinasi antar kebijakan yang mengarah pada pencapaian sasaran secara keseluruhan sehingga dampak yang kurang menguntungkan dapat dihindari.16

Ekonomi mikro menyuguhkan kajian teori ekonomi yang membahas perilaku pelaku ekonomi yang lebih kecil yaitu konsumen individu atau perusahaan atau setidaknya satu industri. Kajian lama dan tradisional selalu menyebutkan bahwa teori ekonomi mikro sebagai teori harga, sedangkan ekonomi makro membahas sekelompok masyarakat, masyarakat dunia dan negara, dalam kajian tradisional ekonomi makro disebut sebagai teori pendapatan.17 Kedua kajian itu menyuguhkan prinsip-prinsip yang sering dijadikan sebagai suatu hukum ekonomi yang digunakan sebagai pedoman untuk mengambil keputusan.

A. Sejarah Kebijakan Moneter Islam

Sistem keuangan pada zaman Rasulullah digunakan Bimetalic Standard yaitu emas dan perak (dirham dan dinar) karena keduanya merupakan alat pembayaran yang sah dan beredar di masyarakat. Nilai tukar emas dan perak pada masa Rasulullah ini relatif stabil dengan nilai kurs dinar-dirham 1:10. Namun demikian

16

Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000)

17

Iskandar Putong, Teori Ekonomi Mikro, Kajian Konvensional dan Wacana Syariah (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2005), hal. 4-5.


(27)

stabilitas nilai uang pernah mengalami gangguan karena adanya disequilibrium antara

supply dan demand.18

Pada masa yang lain, pernah nilai tukar dinar dan dirham mengalami berbagai fluktuasi dengan nilai yang paling rendah pada level 1:35 sampai dengan 1:50.

Instabilitasi dalam nilai tukar uang ini akan menimbulkan uang kualitas buruk menggantikan uang kualitas baik ( bad coins to drive good coins out of circulations). Ketika itu perkembangan emas sebagai standar dari uang beredar mengalami tiga kali evolusi yaitu:

The gold coin standard: dimana logam emas mulia sebagai mata uang yang aktif dalam peredaran.

The gold billion standard: dimana logam emas bukanlah alat tukar yang beredar namun otoritas moneter menjadikan logam emas sebagai parameter dalam menentukan nilai tukar uang yang beredar

gold exchange standard (bretton woods system): dimana otoritas moneter menentukan nilai tukar Domestic Currency dengan Foreign Currency yang mampu di Back-Up secara penuh oleh cadangan emas yang dimiliki. Dengan sistem keuangan yang demikian pesat telah memunculkan uang fiducier

(Credit Money) yaitu uang yang keberadaannya tidak di Back-Up oleh emas dan perak.19

18

Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) hal. 177.

19


(28)

B. Perbankan Islam

Kata bank dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari banco dalam bahasa Italia, yang berarti peti atau lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang dan sebagainya. Rupanya berasal dari kebiasaan yang berlaku di zaman dulu, ada orang yang ingin menukar uang, dan dilayani di pinggir jalan dengan satu meja, orang yang duduk menghadapi meja disebut ”bancherii”, kemudian menjelma menjadi bankir. Bank telah ada sejak zaman kerajaan Babilonia, zaman Yunani, Romawi, dimana bankirnya adalah para pendeta-pendeta, dan uangnya tersimpan di candi-candi yang telah terjamin keamanannya.

Dalam Al-Qur’an istilah bank tidak disebutkan secara explisit. Tetapi jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajeman, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebutkan dengan jelas, seperti zakat, shadaqah, ghanimah (rampasan perang), ba’i (jual beli), dayn (utang dagang), maal (harta), dan sebagainya yang memiliki kegiatan tertentu dalam kegiatan ekonomi.20

Umumnya yang dimaksud dengan perbankan Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang oprasinya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Kegiatan perbankan akan selalu berkaitan dengan pemindahan uang dari

20

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2003) hal. 27.


(29)

yang surplus sampai kepada yang defisit, atau orang yang meminta pembiayaan seperti kredit. Dimana si peminjam diharuskan memberikan asetnya sebagai jaminan, selain itu juga terdapat juga jual beli surat-surat berharga seperti cek wesel, surat wesel dan kertas dagang.

Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 mengenai perbankan syariah , dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan memberikan jasa pengiriman uang.

Dalam menjalankan kegiatannya bank-bank Islam harus mematuhi syariat-syariat Islam, diantaranya kegiatan transaksi yang dilakukan harus bebas dari unsur

riba dan gharar, dan bank syariah tidak boleh menyetujui nasabah yang mengajukan pembiayaan untuk modal usaha, dimana usaha yang akan dirintis adalah usaha yang tidak halal dan bertentangan dengan hukum-hukum Islam, seperti membuka usaha diskotik, menjual minum-minuman berakohol dan lain sebagainya.


(30)

Pelarangan riba yang menjadi dasar adanya perbankan syariah merupakan landasan atau acuan dalam menerapkan sistem bagi hasil atau profit and loss sharing. Allah SWT menerangkan melalui Al-Quran dan Hadis tentang pelarangan riba, seperti pada firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 275-279 sebagai berikut:

! "

#$%&

'

(

*+,-.#/ 0

234,5678

92

:

#$5

#;

<4=

>?@ABC "

D +

4

#$AB"

E56 ;5

FH

I

JF#*CKLC

M

#E56 ;5

'

#*LC

2#$4

NOL+

#2

PQ4

>

2 R

S *"O

T

T#@ 0B

4

N K4

4

#

O #U

VNO

5 CKLC

WOX"

Y

Z

LC

#[

#;]A34

C^ 4

, 3#4_`CK

T

Ja

>?

b

Qcd

eC

"

3#9

fgh"i

j#4_$

M

T"

>

LC

k34 #lmn

I

M

LC

o p4

JF+&

qT

7V%&

sE tCK

fgh i

J "

a

L+

$

LC

k3#4" 3mn

4 CKLC

Ou

O mn

v 4

L+LC

Ou

Jw

t@4

>?

b

_yCK

#la

>?"@"O

LT

LC

E

> #9

>?"@5[O

z

LC

>?

b

e B w4

fghhi

#@{ C A3

a

L+

|

CvT4=LC

LWp}

92

"

t0a+&

~• a

4{

fgh€i

"•4

>?

#

5V4

B4= 4

‚ƒ> #4"

92 R

Y

S K"

ULTLC


(31)

t0>.

>? .O 4

vJCv+vT

>? .

<L 5 CK

e $" _ 4

LC

e $O _

fgh„i

Artinya: ”orang-orang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang-orang yang kemasukan syeitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, maka baginya apa yang telah diambilnya dulu(sebelum datang larangan), dan urusannya terserah kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal didalamny(275) .Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan shedekah, dan Allah tidak menyukai oarang-orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa(276). Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shaleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati(277). Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut)jika kamu orang-orang yang beriman(278). Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketauhilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak di zalimi(279).

Karenanya akan banyak dampak yang terjadi diakibatkan olehnya, sudah kita ketahui bahwa sistem bunga (riba) digunakan oleh bank-bank konvensional dimana akibatnya dapat kita rasakan sekarang ini. Bukan hanya Islam yang melarang transaksi riba atau membungakan uang, melainkan agama dari non Islam pun melarang kegiatan transaksi yang mengandung riba, seperti dalam kitab Yahudi yaitu

exodus (keluaran) pasal 22 ayat 25 yang mengatakan ”jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang ummatku, orang yang miskin diantara mu, maka janganlah engkau berlaku sebagai penagih hutang terhadap dia, janganlah engkau


(32)

bebankan bunga terhadapnya”. Kemudian dalam kitab Deuteronomy (ulangan)pasal 23 ayat 19 ” janganlah engkau membungakan kepada sudaramu baik uang maupun bahan makanan, atau apapun yang dapat dibungakan”. Dan dalam kitab Levicitus

(Imamat) pasal 35 ayat 7 ” janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba darinya melainkan engkau harus takut akan Allah mu , supaya saudaramu bisa hidup diantara mu. Janganlah engkau memberi uang kepadanya dengan meminta bunga, juga makanan mu, janganlah kau memberikan dengan meminta riba”.21

Krisis ekonomi yang berkepanjangan merupakan salah satu akibat dari penerapan bunga pada perbankan Indonesia. Yang diawali terjadinya Negative Spread pada bank-bank yang berbasis bunga. Mengapa terjadi Negative Spread, ini terjadi karena bank mengalami aset yang sangat rendah sedangkan bank memiliki kewajiban membayar bunga kepada para nasabah. Kemudian perbankan konvensional mengalami ketidakstabilan yang diawali terjadinya ketidak simetrisan pada sisi aset dan sisi liabilities (kewajiban) pada neraca keuangan (balance sheet). Dimana liabilities bersifat tetap (fixed) sedangkan aset bersifat fleksibel.

Jika liabilitas ( kewajiban) lebih banyak dari pada aset, berarti bank harus membayar kewajiban bunga kepada nasabahnya. Tetapi bank hanya mempunyai sedikit uang untuk membayar kewajiban bunga kepada nasabahnya, akibatnya bank bangkrut dan bank akan mengalami insolvant, yaitu bank tidak mampu membayar

21

Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003) hal. 7


(33)

P

PEENNGGAALLIIHHAANNHHAARRTTAA K

KEEPPAADDAAYYAANNGGKKAAYYAA P

PAASSAARR B

BLLMM J

JEENNUUHH

E

EVVEERRYYBBOODDYY SSOOMMEEBBOODDYY

P

PEENNYYIIMMPPAANN T

TDDKKTTAAHHUU

B BAANNKK K

KOONNVVEENNSSIIOONNAALL PPEEMMIINNJJAAMM B

BUUNNGGAA P PIINNJJAAMMAANN

B BUUNNGGAA S SIIMMPPAANNAANN

>

> I INNFFLLAASSII

>

>

i

i LLNN

B BEERRSSAAIINNGG

S SPPRREEAADD

+

+ = =

K

KRREEDDIITT MMAACCEETT S

SIITTAA JJAAMMIINNAANN C

CUUKKUUPP

T

TIIDDAAKK CCUUKKUUPP

B

BAANNKKRRUUGGII

N

NOONNKKUUKK 8

800%%

K

KUUKK 2

200%%

P

PEENNYYIIMMPPAANN

P

PEEDDAAGGAANNGG

P

PRROODDUUSSEENN H HAARRGG A A B

BIIAAYYAAPPRROODD.. U

UPPAAHHBBUURRUUHH K

KWWAALLIITTAASS O

O..KK

I

INNFFLLAATTOOIIRR

P

PAASSAARR S

SDDHH J

JEENNUUHH R A K Y A T J E L A T A

6,98 7,95 14,93

kewajiban bunga kepada beberapa nasabah karena tidak memiliki uang. Lalu dalam keadaan insolvant, bank akan menaikan suku bunga untuk menarik minat para penabung agar menyimpan uangnya dibank.

Strategi ini ditujukan untuk menambah aset bank yang semakin menipis melalui uang yang ditabungkan oleh para nasabah, mungkin dalam jangka pendek aset memang semakin bertambah. Tetapi dalam jangka panjangnya kewajiban bank akan semakin besar, bahkan akan semakin besar melebihi aset. Dalam permasalahan ini bank bukannya menyelesaikan pada sisi aset melainkan menambah masalah melalui sisi kewajiban. Akibatnya bank akan menjual seluruh asetnya dengan harga murah untuk membayar kewajiban bank pada nasabahnya, hal ini menyebabkan nilai aset bank yang bersangkutan akan semakin kecil dan pada akhirnya bangkrut. Dibawah ini adalah skim dari proses pembungaan uang.


(34)

1.1ProsesPembungaan Uang22

Yang sangat ironis Spread merupakan sumber utama penghasilan bank konvensional, hal ini akan semakin melemahkan kondisi bank-bank konvensional pada keadaan krisis yang akan menjerumuskan ekonomi pada jurang depresi (titik terendah dalam siklus aktivitas ekonomi). Yang kemudian akan melaju menuju pada resesi (penurunan siklus bisnis dimana terdapat tingkat pengangguran yang tinggi).

Dengan semakin berkembangnya perbankan-perbankan syariah, yang akan semakin merebut perhatian masyarakat baik di luar negeri maupun di dalam negeri, diharapkan perbankan syariah mampu menjadi solusi bagi krisis ekonomi yang berkepanjangan. Diingat bahwa awal krisis yang terjadi dimulai dengan sistem kapitalis yang sudah dapat dibuktikan bahwa sistem banyak menimbulkan mudharat

untuk masyarakat. Sehingga sistem kapitalis tidak dapat mencapai Maqhashid Syariah atau tujuan mencapai Mashlahah untuk rakyat banyak.

Dimana salah satu tujuan dari Maqhashid Syariah adalah dalam rangka menjaga harta manusia yang merupakan amanat dari Allah SWT.23 Karena sistem itu memisahkan antara ilmu pengetahuan dengan agama (sekuler), yang mengabaikan dimensi normatif atau moral yang menghilangkan kesakralan agama.

22

Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah: Teori, Praktik dan Peranannya, hal.27.

23


(35)

Istilah kapitalis ini berarti kekuasaan ada di tangan pemegang kapital ”capital” atau pemodal, sistem ekonomi bebas tanpa batas yang didasari keuntungan, dimana masyarakat bersaing dalam batasan-batasan ini. Ada tiga unsur penting dalam kapitalisme yaitu, pengutamaan kepentingan pribadi, persaingan, dan pengerukan keuntungan. Dalam hal ini persaingan terjadi secara sengit dan kasar, sebagaimana konteksnya Charles Darwin ”yang kuat akan hidup dan yang lemah akan hancur”.24 sehingga jelaslah sistem ini tidak mencapai Maqashid Syariah karena tidak ditemukan didalamnya tujuan untuk mewujudkan mashlahah bersama.

Bank Islam memiliki berberapa fungsi diantaranya sebagai manajemen investasi, investasi, jasa-jasa keuangan berikut penjelasannya:

Manajemen Investasi

Bank Islam dalam melaksanakan fungsi berdasarkan kontrak mudharabah atau kontrak perwakilan. Yaitu bank dalam kapasitasnya sebagai mudharib pihak yang dapat melaksanakan investasi dana dari pihak lain menerima persentase keuntungan hanya dalam kasus untung, dalam hal kerugian, sepenuhnya menjadi resiko penyedia dana (Shahibul Maal), sedangkan bank tidak ikut menanggungnya

Bank Islam menginvestasikan dana yang ditempatkan pada dunia usaha (baik dana modal maupun dana rekening investasi yang konsisten dengan syariah. Contohnya: kontrak Al-Murabahah, Al-Musyarakah dan lain-lain.

24


(36)

Rekening investasi dapat dibagi menjadi tidak terbatas (unrectricted mudharabah) dan terbatas (restricted mudharabah). Rekening investasi tidak terbatas yaitu pemegang rekening jenis ini memberi wewenang kepada bank Islam untuk menginvestasikan dana dengan cara yang dianggap paling baik dan fleksible, tanpa menerapkan pembatasan jenis, waktu dan bidang usaha investasi.

Sedangkan rekening investasi terbatas, yaitu pemegang rekening ini menerapkan pembatasan tertentu dalam hal sejenis, bidang dan waktu pada saat bank menginvestasikan dananya. Lebih jauh lagi bank Islam dapat dibatasi dari mencampurkan dananya sendiri dengan dana rekening investasi terbatas untuk tujuan investasi, bahkan bisa juga ada pembatasan lain yang diterapkan pemegang rekening investasi.

Jasa-jasa Keuangan

Bank Islam juga dapat menawarkan berbagai jasa keuangan lainya berdasarkan upah (Fee Based) dalam sebuah kontrak perwakilan atau penyewaan. Misalnya: garansi, transfer dan lain sebagainya.

Jasa Sosial

Bank Islam melaksanakan jasa sosial melalui dana Qard (pinjaman kebajikan), zakat, dana sosial yang sesuai dengan ajaran Islam.25

25

Syihabudin Said, Ma’zumi, Falsafah dan Perilaku Ekonomi Islam, Diadit Media, 2008, h. 66


(37)

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Pasal 4 mengenai fungsi perbankan syariah , dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:

(1) Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.

(2) Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga

baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelolazakat. (3) Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf

uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).

(4) Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.26

Perkembangan ekonomi suatu negara secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari perkembangan perbankan di negara yang bersangkutan. Sebab industri perbankan yang maju merupakan sumber pendanaan pembangunan jangka panjang yang stabil. Perbankan mendukung kegiatan perekonomian melalui pembiayaan kegiatan usaha yang dilakukan melalui pemberian kesempatan kepada masyarakat guna memperoleh modal untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional. Karena itu, perbankan merupakan unsur yang memegang peran sangat penting dalam sistem keuangan dan perekonomian suatu negara.

26


(38)

Bank sebagai lokomotif pembangunan ekonomi mempunyai beberapa tujuan.

Metwally (1995) mengemukakan bahwa tujuan bank Islam adalah mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melaksanakan semua kegiatan perbankan, finansial, komersial, dan investasi dengan prinsip-prinsip Islam, dimana bank Islam bertujuan untuk:

Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat miskin, meminimalisir kesenjangan sosial ekonomi, meningkatkan kualitas dan kegiatan usaha, peningkatan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Meningkatkan partisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan terutama dalam bidang ekonomi keuangan.

Tujuan ini dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan ekonomi umat yang sebagian besar enggan berhubungan dengan bank konvensional karena adanya anggapan bahwa bunga bank adalah riba.

Terdapat beberapa tujuan lain menurut Abdurrahman:

Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islami, khususnya muamalah yang berhubungan dengan bank agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam selain itu juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi umat.


(39)

Meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama terhadap kelompok-kelompok miskin yang diarahkan pada kegiatan usaha produktif, menuju terciptanya kemandirian berusaha (berwiraswasta).

Menciptakan keadilan dibidang ekonomi, dan dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal (pihak yang surplus) dengan pihak yang membutuhkan dana( pihak yang defisit)

Menanggulangi kemiskinan yang pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara berkembang.

Menjaga stabilitas ekonomi moneter pemerintah

Menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank-bank non Islam

C. Pengertian Stabilitas Moneter dan Pencapaian Stabilitas Moneter

Adapun moneter (monetary) diartikan dengan sesuatu yang berhubungan dengan uang, sedangkan dalam ilmu ekonomi dan perekonomian kata moneter digunakan dan diartikan sebagai pengaruh uang dalam fungsi perekonomian. Artinya moneter adalah peredaran uang, ekonomi moneter berarti kegiatan individu atau kelompok orang, organisasi yang mengatur peredaraan uang dalam lalu lintas masyarakat dari mulai cakupan mikro hingga makro. Ekonomi moneter merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang khusus mempelajari tentang fungsi uang terhadap aktifitas perekonomian. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan ekonomi moneter mempelajari beberapa hal yaitu:


(40)

Fungsi dan peranan uang dalam sistem perekonomian: Pengaruh sistem moneter terhadap jumlah uang beredar.

Pengaruh jumlah uang beredar dan kredit terhadap aktifitas perekonomian. Pengaruh suku bunga terhadap permintaan uang moneter internasional. Lembaga-lembaga keuangan bank dan bukan bank.

Lembaga keuangan internasional.

Teori moneter menekankan pentingnya kebutuhan akan suatu hubungan yang seimbang antara jumlah uang yang tersedia untuk membiayai pembelian barang dan jasa, dan kemampuan dari perekonomian itu untuk memproduksi barang dan jasa tersebut. Disisi lain teori ini memberikan suatu penjelasan tentang inflasi yang dipusatkan pada peningkatan dalam jumlah besar dalam penawaran uang.

Stabilitas moneter adalah keseimbangan jumlah peredaran uang, dimana stabilitas moneter sangat diharapkan terjadi dalam perekonomian suatu negara. Untuk itu perlu dilakukan beberapa hal, melalui kebijakan moneter yang mempengaruhi secara langsung sisi penawaran dari uang beredar.

Sementara perubahan sisi permintaan uang, merupakan respon masyarakat terhadap berbagai kebijakan dibidang ekonomi. Interaksi antara kekuatan penawaran dan permintaan terhadap uang beredar, akan menentukan pasar uang yang tercermin pada perkembangan suku bunga dan jumlah uang beredar. Selanjutnya keadaan pasar uang tersebut setelah berinteraksi dengan pasar barang pada gilirannya akan


(41)

menentukan keadaan sektor riil, yaitu ; pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, tingkat harga, tingkat bunga, dan neraca pembayaran.27

Kebijakan moneter yang dibuat, yang mempunyai tujuan salah satunya menciptakan stabilitas moneter sebagai ilustrasi dapat dikemukakan bahwa bila kebijakan moneter terlalu ekspansif dalam arti jumlah uang beredar bertambah dan melebihi dari yang diminta oleh masyarakat pada tingkat bunga, pendapatan dan harga tertentu, hal itu menyebabkan masyarakat terdorong untuk membelanjakan uangnya dengan meningkatkan permintaan atas barang dan jasa. pada gilirannya permintaan aggregat dapat mendorong kenaikan harga-harga barang dan jasa di dalam negeri (demand-full inflation).

Sebaliknya jika kebijakan moneter terlalu kontraktif, hal tersebut akan mengurangi hasrat masyarakat untuk membelanjakan uangnya sehingga permintaan barang dan jasa baik untuk konsumsi, produksi maupun investasi akan berkurang. Dan mengekibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi serta tidak tercapainya sasaran akhir pembangunan ekonomi. Oleh karna itu, kebijakan moneter berfungsi bukan hanya sebagai stabilisator, tetapi juga sebagai katalisator pembangunan ekonomi melalui perannya dalam mempengaruhi jumlah uang beredar yang dibutuhkan dalam perekonomian.28

Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara. Biasanya otoritas moneter dipegang oleh bank sentral suatu negara. Dengan kata lain,

27

Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia,), hal. 67 28


(42)

kebijakan moneter merupakan instrumen bank sentral yang sengaja dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi variabel-variabel finansial seperti suku bunga dan tingkat penawaran uang. Kebijakan moneter juga merupakan upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap menjaga kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut bank sentral sebagai otoritas moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persedian barang agar inflasi dapat terkendali, sehingga tercapainya kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan atau distribusi barang. Kestabilan moneter mempunyai misi yaitu mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah melalui pemeliharaan stabilitas moneter serta dengan mendorong stabilitas sistem keuangan untuk kepentingan pembangunan nasional yang berkesinambungan.29

Target akhir (ultimate target) kebijakan moneter adalah variabel-variabel yang ingin dicapai oleh otoritas moneter. Untuk memudahkan karena di kebanyakan negara otoritas moneter adalah bank sentral, indikator kebijakan-kebijakan moneter adalah variabel-variabel yang ingin dikontrol oleh bank sentral agar sasaran akhir dapat tercapai.30

Sasaran akhir kebijakan moneter merupakan target kebijakan ekonomi yang pada umumnya juga merupakan target kebijakan moneter yaitu, stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi jangka panjang, kesempatan kerja dan keseimbangan neraca pembayaran. Stabilitas harga dan keseimbangan neraca pembayaran merupakan

29

Moalboros, Kebijakan Moneter dalam Al-Qur’an dan Hadis, diakses pada 10 April 2007 dari http://www.indoforum.org

30


(43)

sarana pendukung untuk tercapainya sasaran akhir dari kebijakan ekonomi yaitu kesejahteraan masyarakat.

Apabila bank sentral melakukan ekspansi moneter untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja, tindakan tersebut mempunyai dampak yang tidak menguntungkan terhadap kestabilan harga dan keseimbangan neraca pembayaran. Ekspansi moneter yang berlebihan cenderung mendorong laju inflasi, yang pada akhirnya mempengaruhi kegiatan ekspor, impor barang dan jasa. Sebaliknya, kebijakan moneter yang ketat dapat menunjang tercapainya kestabilan harga dan keseimbangan neraca pembayaran. Namun kebijakan moneter ketat juga akan mendorong kenaikan suku bunga yang pada giliranya akan menghambat investasi dan produksi, yang akan mengakibatkan rendahnya pertumbuhan ekonomi dan meluasnya tingkat pengangguran. Dalam teori ekonomi dikenal ”trade-off” antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Oleh karena itu, dalam menetapkan kebijakan moneter, bank sentral dihadapkan kepada dua pilihan. Pilihan pertama, bank sentral dapat memilih salah satu sasaran untuk dicapai secara optimal dan mengabaikan sasaran lainya. Misalnya, memilih tingkat petumbuhan ekonomi yang tinggi dengan mengabaikan tingkat inflasi. Pilihan kedua, bank sentral memilih pencapaian semua sasaran secara serempak, tetapi tidak optimal. Misalnya menginginkan pertumbuhan ekonomi yang


(44)

tidak begitu tinggi demi tetap terpeliharanya tingkat inflasi yang masih dapat di toleransi.31

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 diawali dari krisis di bidang moneter yang dipicu oleh empat faktor utama, yaitu:

Persoalan mata uang, dimana nilai mata uang suatu negara saat ini pasti terikat dengan mata uang negara lain. Tidak pada dirinya sendiri sehingga nilainya tidak pernah stabil, dan bila nilai tertentu berfluktuasi pasti akan mempengaruhi kestabilan mata uang lain.

Kenyataan bahwa uang tidak lagi difungsikan sebagai mestinya tapi juga dipergunakan sebagai komoditi yang diperdagangkan dan ditarik keuntungan atau bunga dari setiap pinjaman atau penyimpanan uang.

Faktor hutang, pada tahun 1997 banyak hutang-hutang baik hutang pemerintah maupun hutang swasta yang mengalami jatuh tempo. Hutang tersebut harus dibayar dalam bentuk mata uang dollar Amerika, sehingga mata uang Indonesia (rupiah) terdepresiasi sebanyak 300%, terhadap mata uang negara Amerika.

Faktor non ekonomi, seperti spekulan dipasar valuta asing, seperti yang dilakukan oleh George Soros, demi meraup keuntungan yang besar memborong dollar secara besar-besaran dan melempar rupiah kepasaran, sehingga terjadi kelangkaan dollar dan membanjirnya rupiah. Sesuai dengan hukum pasar maka nilai rupiah terus menurun dan nilai dollar semakin naik,

31


(45)

kenaikan ini terjadi secara tidak wajar.32 Di bawah ini adalah bagan mengenai awal mula terjadinya krisis ekonomi:

1.2 proses terjadinya krisis ekonomi33

Indikator kebijakan moneter adalah sasaran menengah untuk mencapai sasaran akhir. Indikator penting sekali peranannya, karena berfungsi sebagai indikasi apakah arah suatu kebijakan moneter tetap tertuju kepada sasaran yang ingin dicapai atau tidak, sekaligus sebagai pengukur sejauh mana pencapaian hasil dari kebijakan moneter. Indikator juga sebagai pembimbing kebijakan moneter menuju pencapaian sasaran yang diinginkan.

32 Moalboros, Kebijakan Moneter dalam Al-Qur’an dan Hadis, diakses pada 10 April 2007 dari http://www.indoforum.org

33

Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah: Teori, Praktik dan Peranannya, hal.33.

DIIKUTI NEGARA ASEAN LAINNYA

PROSES TERJADINYA KRISIS EKONOMI DAN UPAYA MENGATASINYA

DEVALUASI BATH TERHADAP US$

TERJADI CAPITAL FLIGHT

HUTANG VALUTA ASING DALAM RUPIAH MEMBENGKAK

IMPOR BAHAN BAKU MANUFAKTUR TERTAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TURUN

DRASTIS

KEBUTUHAN AKAN VALUTA ASING NAIK

TERJADI KELANGKAAN BARANG & JASA TERJADI DEMAND PULL

INFLATION KAPASITAS PRODUKSI TURUN =

PENGANGGURAN MENINGKAT DAYA BELI MASYARAKAT TURUN

NILAI TUKAR RUPIAH SEMAKIN TERPURUK

PERTUMBUHAN EKONOMI TERHENTI / STAGNAN

TERJADI STAGFLASI

M

MEENNGGUURRAANNGGIIPPAASSOOKKAANNRRUUPPIIAAHH D

DAALLAAMMSSIISSTTEEMMBBUUNNGGAA

M

MEENNAAMMBBAAHHPPAASSOOKKAANNDDEEVVIISSAA D

DAANNBBAARRAANNGG

C

CEEGGAAHH

C

CAAPPIITT

A

ALL

FLIGHT

E

EXXPPOORR T

T

D

DRRIIVVEE

J

JUUAALL S

SAAHHAA

M

M BUMN/

H

HUUTTAANN G

G

B

BAARRUU

K

KOONNTTRR L

L

D

DEEVVIISS

A

A//

P

PEENNJJAA

D

DWWAALL

A

ANN

H

HUUTTAANN

G

G

I

INNDDRRAA PPAARRIISS

C C G G I I I I M M F F I I D D B B K

KEEBBIIJJAAKKAANN U

UAANNGGKKEETTAATT

P

PEENNUUTTUUPPAANN//

T TAAKKEEOOVVEERR

B BAANNKK

B

BUUNNGGAASSBBII

N

NAAIIKK

C

CAADDAANNGGAANN W

WAAJJIIBBNNAAIIKK

B

BUUNNGGAA

B

BAANNKK

N

NAAIIKK

N

NEEGGAATTIIFF S

SPPRREEAADD

I

INNDDEEQQUUAA C

CYY C

CAAPPIITTAALL

N

NOONN P

PEERRFFOORRMMII

N

NGG

UPAYA MENGATASI STAGFLASI YANG TELAH DILAKUKAN

M

MEECCAARRIIKKEESSEEIIMMBBAANNGGAANN

B


(46)

Keberadaan uang dalam sebuah perekonomian memberikan arti yang terpenting, ketidakadilan dari alat ukur yang diakibatkan adanya instabilitasi nilai tukar uang akan mengakibatkan perekonomian tidak berjalan pada titik keseimbangan. Hal ini akan semakin mempersulit untuk merealisasikan keadilan dalam sosial ekonomi dan kesejahteraan sosial. Ibnu khaldun mengatakan bahwa suatu negeri tidak akan mungkin mampu melakukan pembangunan secara berkesinambungan tanpa adanya keadilan dalam sistem yang dianutnya. Stabilitas harga berarti stabilnya keadilan uang dalam fungsinya sehingga perekonomian akan relatif berada dalam kondisi yang memungkinkan teralokasinya sumber daya secara merata, terdistribusinya pendapatan, full employment dan stabilitas perekonomian.34

Dengan kata lain dapat juga dikemukakan bahwa upaya regulasi untuk mengendalikan permintaan uang dengan suku bunga sebagai instrumen moneter malah akan mengakibatkan penyalahgunaan sumber dana untuk tujuan yang tidak lagi produktif. Regulasi yang dicirikan dengan memainkan peranan suku bunga dalam sektor makro telah membawa permintaan uang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan yang kurang perlu, investasi yang kurang produktif dan tingginya spekulan. Oleh karena itulah para ekonomi Islam lebih mengandalkan pada tiga variabel-variabel penting didalam permintaan uang. Variabel-variabel tersebut adalah:

Nilai-nilai moral.

Lembaga-lembaga sosial ekonomi dan politik, termasuk mekanisme harga.

34


(47)

Tingkat keuntungan riil sebagai pengganti keberadaan suku bunga.35

Ketiga variabel ini akan saling mendukung dalam mengendalikan permintaan uang. Meskipun secara langsung nilai moral kurang mampu menentukan seberapa besar jumlah uang yang diminta, namun variabel ini akan mengurangi sikap konsumsi yang boros dan akan terhindari dalam penggunaan uang yang bersifat spekulatif. Mekanisme harga juga akan membatu mengalokasikan sumber daya pada tujuan yang lebih efisien. Keberadaan suku bunga sebagai instrumen mediatery dalam sistem keuangan dapat menjadikan pola konsumsi masyarakat diluar batas kemampuannya dan mengarahkan investasi pada bidang produktif atau spekulatif, disebabkan sistem bunga telah gagal sebagai mekanisme kontrol terhadap penggunaan dana pinjaman. Dengan adanya tingkat keuntungan sebagai pengganti dari keberadaan suku bunga diharapkan akan lebih mampu untuk mengarahkan pada pola permintaan uang yang ditujukan untuk konsumsi yang tidak berlebihan dan investasi yang berorientasi keuntungan disektor riil. Berkorespondensinya ketiga veriabel dalam satu sistem ini akan dapat menciptakan pola permintaan uang yang relatif stabil.36

Dalam ekonomi Islam tidak terdapat sistem bunga, sehingga bank sentral tidak dapat menerapkan discount rate. Bank sentral Islam menggunakan instrumen yang bebas bunga untuk mengontrol kebijakan moneter dalam ekonomi Islam. Secara mendasar, terdapat beberapa instrumen dalam ekonomi Islam yaitu:

Reserve Ratio

35

Ibid, hal.180. 36


(48)

Suatu persentase dari simpanan bank komersil yang harus dipegang oleh bank sentral. Maksudnya yaitu untuk memperkecil jumlah uang yang ada pada bank komersil, karena dengan begitu semakin sedikit pula bank komersil memberikan kredit, sehingga jumlah uang beredarpun menurun. Namun jika bank sentral ingin menambah jumlah uang beredar maka bank sentral akan menurunkan Reserve Ratio, dampak yang akan terjadi adalah sebaliknya.

Moral Suassion

Maksudnya bank sentral bisa membujuk bank komersil untuk meningkatkan permintaan kredit sebagai tanggung jawab mereka, ketika ekonomi dalam keadaan depresi. Karena dengan demikian uang dapat di pompa ke dalam ekonomi. Yaitu uang akan mengalir ke masyarakat dengan begitu daya beli meningkat, total permintaan akan meningkat sehingga keuntungan pun akan meningkat.

Lending Ratio

Maksudnya Lending Ratio disini yaitu pinjaman kebajikan atau Qardhul Hassan, karena dalam ekonomi Islam tidak mengenal pinjaman dengan bunga.

Refinance Ratio

Adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga yang diberikan bank komersil kepada nasabah yang kemudian dibayarkan kembali oleh bank sentral.


(49)

Proft Sharing Ratio

Adalah rasio yang harus ditentukan dalam memulai suatu bisnis. Ketika bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang beredar, rasio keuntungan untuk nasabah penabung harus ditingkatkan, sehingga akan lebih banyak uang mengalir ke bank, hal ini akan menjadi daya tarik bagi penabung untuk menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan mudharabah.

Islamic Sukuk

Adalah obligasi pemerintah dimana property yang mengikuti sukuk tersebut. Pendapatan akan di distribusikan kepada pemegang sukuk di waktu akhir tahun, dalam jangka waktu bulanan atau tiga bulanan. Sukuk dapat dijadikan instrumen kebijakan moneter, karena ketika inflasi pemerintah mengeluarkan sukuk lebih banyak lagi. Sehingga uang akan mengalir ke bank sentral dan jumlah uag beredar akan tereduksi. Sukuk memiliki kapasitas untuk menaikan dan menurunkan jumlah uang beredar. GIC ( Goverment Invesment Certificate)

Adalah suatu sertifikat yang tidak ada komitmen untuk memberikan tambahan apapun ketika nanti akan dikembalikan (Qardhul Hassan). Tetapi pada akhir tahun pemerintah akan memberikan hadiah atau hibah yang jumlahnya terserah pemerintah. Kapanpun bank sentral ingin menurunkan jumlah uang sertifikat itu akan di jual kepada bank komersial, dan uang akan mengalir ke bank sentral dan menurunkan kemampuan penciptaan kredit pada bank komersial. Dan ketika bank sentral ingin


(50)

meningkatkan jumlah uang beredar maka bank sentral akan membeli kembali dari bank komersial, dan dampaknya akan sebaliknya.

Dua dari instrument ini yaitu Moral Suassion dan Reserve Ratio juga digunakan pada bank sentral dengan sistem sekuler. 37

D. Kebijakan Moneter Rasulullah

Mata uang yang dipergunakan bangsa Arab, baik sebelum Islam maupun sesudahnya adalah dinar dan dirham. Kedua mata uang tersebut memiliki nilai yang tetap dan karenanya tidak ada masalah dalam perputaran uang. Jika dirham diasumsikan sebagai satuan uang, nilai dinar adalah perkalian dari dirham, sedangkan jika diasumsikan dinar sebagai unit moneter, nilainya adalah sepuluh kali dirham. Walaupun demikian, dalam perkembangan berikutnya dirham lebih umum digunakan dari pada dinar. Hal ini sangat berkaitan erat dengan penaklukan tentara Islam terhadap hampir seluruh wilayah kekaisaran Persia. Sementara itu, tidak semua wilayah kekaisaran Romawi berhasil dikuasai tentara Islam.38

Pada masa pemerintahan Nabi Muhammad Saw, kedua mata uang ini di impor, dinar dari Romawi dan dirham dari Persia. Besarnya volume impor dinar dan dirham juga barang-barang komoditas, bergantung kapada volume komoditas yang diekspor oleh kedua negara tersebut dan wilayah-wilayah lain yang berada dibawah pengaruhnya. Lazimnya, uang akan diimpor jika permintaan uang (money demand)

37

Karnaen A. Perwataatmadja dan Tanjung Hendri, Bank Syari’ah 38

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Pustaka Asatruss Jakarta, Jakarta, 2005. h. 22


(51)

pada pasar internal mengalami kenaikan. Dan sebaliknya, komoditas akan diimpor jika permintaan uang akan mengalami penurunan. Hal yang menarik disini adalah tidak adanya pembatasan terhadap impor uang karena permintaan internal dari Hijaz terhadap dinar dan dirham secara proposional sangat kecil, sehingga tidak berpengaruh terhadap penawaran dan permintaan dalam perekonomian Romawi dan Persia. Namun demikian, selama pemerintahan Nabi Muhammad Saw, uang tidak dipenuhi dari keuangan negara semata, tetapi juga dari hasil perdagangan luar negeri.39

Pada masa ini, motif permintaan uang yaitu untuk transaksi. Sementara itu pada saat terjadi peperangan antara kaum Quraisy dengan kaum Muslimin telah menimbulkan permintaan uang untuk berjaga-jaga terhadap kebutuhan yang tidak terduga. Ketika penduduk Arab banyak yang memeluk Islam, jumlah populasi kaum muslimin berkembang dengan pesat. Disamping itu, harta rampasan perang dibagikan kepada kaum muslimin, sehingga standar hidup dan pendapatan mereka meningkat. Berdasarkan peristiwa ini melalui kebijakannya Nabi Muhammad Saw meningkatkan kemampuan produksi dan ketenagakerjaan kaum muslimin secara terus menerus. Keseluruhan dari faktor ini meningkatkan permintaan transaksi terhadap uang dalam perekonomian pada periode awal Islam.

Selain itu faktor lain yang mempengaruhi stabilitas nilai uang adalah uang beredar atau percepatan perputaran uang, larangan terhadap praktek bunga dan kanz

mencegah tertahannya uang ditangan pemilik modal dan mencegah dinar dan dirham

39


(1)

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Peran perbankan syariah terhadap stabilitas moneter Sudan yaitu melalui beberapa instrument yang diambil BOS (Bank of Sudan) seperti instrument tidak langsung (Indirect Instruments) yaitu persyaratan cadangan (reserve requitment) dan (Open Market Operation) oprasi pasar terbuka, (pembelian dan penjualan sekuritas pemerintah) dan melarang segala bentuk transaksi yang berhubungan dengan riba, karena sebelumnya BOS menggunakan instrument langsung (Interest Rate Controls, Credit Ceiling, Statutory Liquidity Ratio, Bank Rate /rediscount rate), yang mempengaruhi Supply dan

Demand, dimana instrumen ini masih tidak sesuai dengan syariah Islam. Dengan diterapkannya hukum Islam, berangsur-angsur kondisi ekonomi Sudan semakin pulih meski diwarnai oleh keadaan negara yang tidak aman akibat terjadinya konflik, hal ini berdampak pada krisis yang melanda negeri itu. Setiap pertumbuhan ekonomi dalam satu negara selalu berfluktuasi, sesuai dengan keadaan negara yang bersangkutan.

Dengan dilarangnya sistem riba pada perbankan di Sudan, dan menggantinya dengan sistem syariah, maka sistem ini membatu Sudan meningkatkan pertumbuhan dan menstabilkan ekonominya melalui instrumen-instrumen


(2)

yang sesuai dengan syariah. Dengan begitu terciptanya keadilan, melalui pembiayaan dan penyimpanan dana masyarakat dengan sistem Profit And Loss Sharing, semakin banyak masyarakat yang meminjam modal untuk membuka usaha, darinya akan terbukalah kesempatan kerja dan seiring dengan itu, maka pengangguran berkurang, pendapatan nasional dan daya beli masyarakat pun meningkat.

2. keadaan ekonomi Sudan pada saat sebelum dan sesudah diterapkannya sistem ekonomi syariah yaitu memiliki perbandingan yang cukup berbeda, dapat dilihat dari lampiran data yang didapat, bahwa Sudan setelah melakukan Islamisasi yaitu pada tahun 1994 rata-rata nya hampir 7%, didapat dari produk nasionalnya yang mencapai $23.7 miliar, dan produk nasional perkapita sebanyak $870. Rata-rata tingkat inflasi Sudan mencapai 112% dan pengangguran sebayak 30%. Pada pertengahan februari 2005 tingkat inflasi sebesar 5.2%, pada saat itu tingkat inflasi menurun dibandingkan pada pertengahan januari 2004 yaitu sebesar 8.4%. Sedangkan pada tahun 2008 GDP Sudan mengalami pertumbuhan sebanyak US$ 36.7, GDP perkapitanya sebanyak US$ 937. Dan jumlah pengangguran pun berkurang menjadi hanya sebesar 19%. Hal ini menunjukan bahwa dari semua indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara, pertumbuhan dan stabilitas perekonomian Sudan mengalami kemajuan pesat. Ditandai oleh GDP yang mengalami peningkatan walau jumlah pengangguran masih besar. Artinya pertumbuhan ekonomi itu lebih banyak karena windfall profit dari kenaikan harga minyak. Tinggal


(3)

selanjutnya keuntungan yang besar itu harus disalurkan ke sektor riil yang banyak menyerap tenaga kerja.

Hal ini pun diharapkan bisa dilakukan oleh Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama muslim, dan merubah sistem konvensional yang condong kepada kapitalis menjadi sebuah sistem yang berlandaskan pada hukum syariah, karna telah terbukti bahwa sistem kapitalis, kini rapuh dan meluluh lantahkan perekonomian negara-negara di dunia saat ini.

Dan diharapkan juga menjadi solusi atas krisis yang melanda negara-negara didunia dewasa ini. Karena bank-bank yang menggunakan prinsip syariah telah membuktikan ketangguhannya dalam menahan goncangan krisis global.

B. SARAN

1. Perlunya mengembangkan wawasan terhadap pemahaman terhadap dunia syariah di negara- negara Islam seperti Sudan salah satunya yang telah mengkonversi sistem ekonomi nya dari tradisional menjadi syariah.

2. Penambahan literature kepustakaan mengenai perbankan syariah dan moneter kasus Sudan, sebagai bahan perbandingan moneter di Indonesia dan negara-negara Islam lainnya.

3. Perlu diadakan kajian tentang moneter Islam dan ekonomi Islam serta perananya dan prospek kedepan mengenai stabilitas moneter pada masa mendatang. Serta keuntungan yang akan diperoleh untuk masyarakat agar terciptanya mashlahah bersama, dan kajian-kajian lainya yang menyangkut tentang keuntungan menerapkan sistem ekonomi Islam.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim

Alim, Muhammad. Peran Perbankan Syariah dalam Menggerakan Sektor Ekonomi Rill, Sharing Majalah Ekonomi dan Bisnis Syariah edisi 14 tn II-februari 2008.

Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif,

Penerjemah Muhammad Shodia dan Imam Muttaqin (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 4.

Ascarya, Akad dan Produk Perbankan Syariah, PT Raja Grafindo, Jakarta 2007

Coriandri, Agung. Kehebatan Ekonomi syariah. www.google.com, ekonomi-syariah@yahoogroups.com tanggal akses 12 Maret 2008.

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Pustaka Asatruss Jakarta, Jakarta, 2005. h. 22

Hendri, Davy. Manajemen Utang Pemerintah dalam Persfektif Moneter, www.google.com , www geocities.com.

HR, Ridwan, Fiqih Politik Gagasan, Harapan dan Kenyataan, Yogyakarta. FH UII PRESS. Cetakan pertama desember 2007.

Hosen, Nibrasul Huda Ibrahim. Maqoshid syariah dalam transaksi ekonomi, selasa 19 februari 2008, tanggal akses 21 september 2008. www.google.com. www.pkesinteraktif.com.

http://hdrstats.undp.org/countries/data_sheets/cty_ds_SDN.html,24 agust-us 2008, “global peace index 2008” EIU “2006”.

Islamic Development Bank, Islamis Research And Training Institute, Cost Efficiency In Islamic Banking, the case of sudan.

Karim, Adiwarman A. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Gema Insani Press , Jakarta 2001 hal: 28


(5)

Karim, Adiwarman A. Ekonomi Makro Islam. PT RajaGrafindo, Jakarta edisi kedua, 2007

Muhammad. Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Ekonomi Islam, edisi pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta 2002.

Moalboros, Kebijakan moneter dalam Al-Qur’an dan Hadis,10 Appril 2007,www.google.com, indoforum.org

Nando Baskara, ”Mafia” Bisnis Yahudi, Narasi, yogyakarta, 2008. h. 38-39 Putong, Iskandar. Teori Ekonomi Mikro, Kajian Konvensional dan Wacana Syariah. mitra wacana media, edisi pertama 2005 jakarta,www.google.com , www. wikipedia.com

Perwataatmadja, Karnaen Anwar dan Tanjung Hendri. Bank Syari’ah Teori, Praktik dan perananya. Jakarta. PT. Senayan Abadi, 2007.

Pohan, Aulia. Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia. PT. Raja Grafindo Persada, 2008, edisi 1 Jakarta hal-910

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, edisi 2 , ekonisia kampus fakultas ekonomi UII yogyakarta.

Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam Atas Jawaban Kekacauan Ekonomi Modern, 2007

Suma, Muhammad Amin. Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi Dan Keuangan Islam, kholam publishing, Ciputat, feb 2008, hal: 168-169

Susila, Wayan R dan Suprihatini, Rohayati. Perkembangan Bank Islam.

Sabtu, Februari 10, 2007, www.google.com, (http://.ipard.com).

Said, Syihabudin, Ma’zumi, Falsafah dan Perilaku Ekonomi Islam, Diadit Media, 2008.

www.google.com , Kestabilan Moneter

www.google.com , id.wikipedia.org, Sudan, tanggal akses 10 Agustus 2008. www.pesantrenvirtual.com, Agustianto. Maret 2008.


(6)

www.chamzawi.wordpress.com, Islam di Sudan, 26 July 2008, di akses pada tanggal 20 Oktober 2008.

www.bankof sudan.org..com, The Economic Brief , di akses pada tanggal 05 Agustus 2008.

www.google.co.id, UU RI Perbankan Syariah.

Yusuf, Muhammad dan Wiroso. Bisnis Syariah. Jakarta.Mitra Wacana Media, 2007.