Instrumen Moneter yang di Pakai Sudan

Mengembangkan sektor ekonomi yang diprioritaskan Mengurangi inflasi Berusaha mencapai distribusi pendapatan dan kesejahteraan yang wajar Melanjutkan Islamisasi sistem perbankan dan meningkatkan image bank Islam sebagai bank komprehensif dan memberikan layanan penuh Menjamin bahwa kredit yang tidak sehat akan di selesaikan oleh bank sesuai dengan aturan perbankan yang berlaku. Mendorong tegaknya dan pengembangan portofolio kredit.

C. Instrumen Moneter yang di Pakai Sudan

Di Sudan, Bank Of Sudan telah sukses meluncurkan sertifikat Central Bank Musharaka Certificate CMC, yang dikeluarkan untuk menyeimbangkan saham pemerintah di bank-bank konvensional dan dalam rangka pengendalian likuiditas perekonomian yang dikeluarkan pada juni 1998. Selain itu, Sudan juga telah menyiapkan surat hutang pemerintah dengan prinsip mudharabah sebagai instrumen untuk mendapatkan dana guna membiayai proyek pembangunan milik pemerintah, dengan nama Goverment Musyaraka Certificate GMC instrumen ini setera dengan treasure bills atau surat hutang negara. Di Pakistan, institusi perbankan dan keuangan telah menerbitkan sebuah surat berharga dengan berbasis musyarakah untuk menggantikan surat hutang yang berbasis bunga dengan nama Participation Term Certificate PTC. 52 Dalam buku Ascarya ”Akad Dan Produk Bank Syariah” Instrumen yang dikeluarkan pemerintah Sudan adalah Goverment Invesment Certificate GICs yang diperkenalkan pada tahun 2003, instrumen ini setara dengan obligasi atau Goverment Bonds yang menggunakan akad berpola bagi hasil. 53 Namun dalam buku Muhammad ”Kebijakan Moneter Dan Fiskal Dalam Ekonomi Islam” instrumen ketiga ini adalah sukuk atau ijarah. Data komparasi dari kelompok negara-negara yang telah menerapkan prinsip perbankan Islam secara holistik dalam sistem perekonomiannya Iran, Pakistan dan Sudan dengan kelompok beberapa negara terpilih yang menerapkan prinsip perbankan konvensional Bangladesh, Mesir dan Yordania, menunjukan bahwa likuiditas sistem perbankan nasional mereka amat jauh berbeda. Pada tahun 1997, persentase demand deposit yang terdiri dari investment account berbasis kontrak mudharabah terhadap total deposit sistem perbankan nasional. Pada negara-negara kelompok pertama di atas berturut-turut, 40, 34 dan 87 . Persentase ini sangat jauh melampaui persentase demand deposit pada kelompok negara lainya dengan sistem perbankan konvensional yang berturut-turut Cuma 16, 10 dan 17 IMF, 1998 54 52 Muhammad, Kebijakan Moneter dan Fiskal Dalam Ekonomi Islam. 53 Ascarya, Akad dan Pengembangan Produk Bank Syariah, hal. 136 54 Davy Hendri, Manajemen Utang Pemerintah dalam Persfektif Moneter, diakses pada 20 Juli 2008 dari http:www geocities.com Untuk mencapai target dari kebijakan moneter yang telah diterapkan, bank sentral Sudan menggunakan seperangkat instrumen moneter baik langsung maupun tidak langsung, keduanya dipertimbangkan dalam hal hakikat dan besaran instrumen tersebut yang telah digunakan sejak permulaan dekade saat ini. Walaupun kebijakan moneter dalam ekonomi Islam maupun non- Islam bertujuan untuk mencapai tujuan mokroekonomi yang sama, instrumen ini digunakan untuk tujuan yang secara sungguh-sungguh berbeda diantara kedua sistem tersebut. 55 Sementara itu banyak instrumen kebijakan moneter langsung tradisional, sehingga tidak mengandalkan pada bunga, dan tetap konsisten dengan prinsip Islam. Dan oleh karena itu dapat digunakan oleh bank sentral, sedangkan instrumen tidak langsung tradisional meskipun lebih fleksibel namun masih berhubungan dengan bunga sehingga tetap harus dapat dihindari oleh Bank sentral Islami dalam menerapkan kebijakan moneternya, sehingga hanya dapat menerima instrumen yang sesuai dengan syariah, dengan melarang pembayaran dan penerimaan bunga dalam transaksi keuangan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan kebijakan moneter tersebut, bank sentral Sudan mengadopsi instrumen moneter langsung dan tidak langsung, yang mempengaruhi baik supply maupun permintaan kredit bank, yaitu: a. Ukuran atau aturan sisi penawaran Supply Instrumen ini bertujuan untuk mengontrol kredit dari sistem perbankan melalui batas kemampuan pembiayaan bank, yang meliputi: 55 Ibid, Muhammad, Kebijakan Moneter Dan Fiskal Dalam Ekonomi Islam. Reserve Ratio Setiap bank harus menyandangkan pada simpanan di BOS Bank Of Sudan sedikitnya 20 10 untuk simpanan dalam mata uang asing dari total dana simpanan masyarakat dengan pengecualian simpanan investasi yang direfleksikan pada neraca akhir bulan bank tersebut. Internal Liquidity Ratio Bank-bank komersial harus mencapai dan menjaga rasio likuiditas sebesar 10 dari dana giro dan tabungan dalam bentuk mata uang lokal. Credit Ceiling Plafon kredit diprioritaskan pada pembiayaan yang ditujukan pada sektor- sektor yang penting, seperti: ” Pertanian ” Ekspor ” Industri ” Pertambangan dan energi ” Transportasi dan pergudangan ” Profesional, pengrajin, dan bisnis keluarga ukuran kecil ” Sektor perumahan rakyat ” Investasi pada pasar saham resmi khartoum Dimana minimun 90 dari dana kredit bank harus dialokasikan pada sektor prioritas tersebut dan sisanya dialokasikan pada sektor non-prioritas termasuk perdagangan domestik dan jasa yang tidak berhubungan dengan sektor prioritas. 56 b. Ukuran atau aturan sisi permintaan Demand Bank of Sudan telah berhasil menerapkan mekanisme margin keuntungan, persentase partisipasi dengan musyarakah, dan ukuran permintaan lainya sebagai instrumen moneter, khususnya pada beberapa tahun terakhir untuk mengatur biaya pinjaman. BOS menerapkan sistem ”floor rate”, yang digunakan sebagai alat moral suassion. Regulasi sisi permintaan ini diharapkan berpengaruh pada kemauan peminjam atas kredit bank, yang meliputi: marjin keuntungan minimum untuk perjanjian Murabahah, berkisar antara 10-50, tergantung pada sektor dan mata uang yang digunakan. Penyertaan minimum nasabah untuk perjanjian musyarakah sebagai alat untuk mengatur jumlah ketersediaan sumber daya untuk kredit, sampai dengan tahun 1998 jendela pembiayaan di BOS sebagai fasilitas siaga yang dapat digunakan bank-bank, jika mereka memintanya baik untuk keperluan karena kekurangan likuiditas maupun pembiayaan investasi. Aturan-aturan administratif dan kuantitatif, diantaranya adalah: 1. Ketentuan minimum 50 dari total kredit yang diberikan harus untuk daerah rural: 56 Adiwarman A karim, Ekonomi Makro Islam Jakarta: PT Radja Grafindo, 2007, hal. 230. 2. Kelompok bank-bank dapat membentuk portofolio kredit untuk sektor prioritas hanya jika mereka memberitahukan BOS sebelumnya. 3. Kredit tidak akan diberikan kepada orang atau institusi yang gagal memenuhi kewajibannya pada sistem perbankan kecuali jika disetujui sebelumnya oleh BOS. 4. Persentase tertentu akan diambil dari pendapatan bank yang gagal dalam menyelesaikan keterlambatan pembayaran kredit nasabahnya dimana jumlah nominalnya akan ditambahkan pada bad deb provision. 5. Seluruh kredit harus dipastikan melalui bagian legal yang mematuhi ketentuan syariah. 6. Operasi foreign exchange sebagai alat BOS untuk menjaga stabilitas nilai tukar uang, bukan untuk fungsi kontrol likuiditas. 57 Dalam kaitan ini BOS memperkenalkan tiga instrumen yang sesuai dengan syariah, yang termasuk ke dalam instrumen operasi pasar terbuka atau OMO Open Market Operations , yaitu CMC The Central Bank Musharaka Certificate dan GMC Goverment Musharaka Certificate dan Ijara’. 1 The Central Bank Musharaka Certificate CMC, dimana fungsi sekuritas bank sentral konvensional sebagai pengendali likuiditas uang terpenuhi dengan keberadaan sekuritas yang berdasarkan sistem bagi hasil. CMC memiliki karakteristik sebagai berikut: 57 Muhammad, Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Ekonomi Islam, hal.172 Tidak mempunyai tanggal jatuh tempo. Berbasis ekuitas dalam jumlah tertentu dari investasi BOS dan pemerintah di bank-bank komersial. Mempunyai nilai nominal uniform yang sebanding dengan nilai akuntansi dari total jumlah investasi di bagi jumlah CMC yang diterbitkan. Dapat diperdagangkan oleh pemilik dipasar sekunder melalui prosedur administrasi standar, sedangkan pada pasar primer penjual adalah melalui pelelangan. 2. Goverment Musharaka Certificate GMC Yaitu instrumen yang memungkinkan pemerintah untuk melakukan pengumpulan dana melalui penerbitan sekuritas yang menjanjikan kepada investor suatu pengembalian yang di negosiasikan sebelumnya atas dasar investasi mereka pada kumpulan asset pemerintah yang berbentuk kepada kepemilikan pada perusahaan-perusahaan publik atau patungan yang menguntungkan dalam oprasinya. Secara garis besar, kegunaan GMC ini adalah, untuk: pembiayaan anggaran: instrumen OMO bagi BOS; mobilisasi tabungan nasional; mendorong investasi; sebagai alat pengembangan pasar uang yang sesuai dengan syariat Islam. 3. Ijara’ certificate Sukuk Yaitu suatu sekuritas yang dimaksudkan untuk memobilisasi simpanan jangka panjang yang digunakan untuk pembangunan proyek infrastruktur jangka panjang yang dilakukan melalui sekuritas asset pemerintah berwujud, seperti lapangan terbang, jalan raya, bangunan, pabrik, sekolah, rumah sakit, pembangkit listrik, penyulingan minyak dan lainya. Dikarenakan pendapatan yang dihasilkan oleh sekuritas ini pendapatan sewa, serta basis assetnya yang berwujud serta tersekuritas, maka sukuk ini dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Sukuk ini adalah instrumen finansial yang merepresentasikan tiga perjanjian dasar, yaitu 1 perjanjian pembelian asset; 2 perjanjian sewa- menyewa; dan 3 perjanjian penjualan asset. 58

D. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah di Sudan