panjang yang dilakukan melalui sekuritas asset pemerintah berwujud, seperti lapangan terbang, jalan raya, bangunan, pabrik, sekolah, rumah sakit,
pembangkit listrik, penyulingan minyak dan lainya. Dikarenakan pendapatan yang dihasilkan oleh sekuritas ini pendapatan sewa, serta basis assetnya
yang berwujud serta tersekuritas, maka sukuk ini dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Sukuk ini adalah instrumen finansial yang merepresentasikan
tiga perjanjian dasar, yaitu 1 perjanjian pembelian asset; 2 perjanjian sewa- menyewa; dan 3 perjanjian penjualan asset.
58
D. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah di Sudan
Strategi yang dipilih oleh pemerintah Sudan pada saat itu ialah strategi secara komprehensif dengan langkah pertama mewajibkan semua bank melakukan konversi
menjadi bank Islam, setelah semua bank dikonversi menjadi bank Islam BOS mendirikan dewan tinggi pengawas syariah di dalam struktur yang setingkat dengan
dewan gubernur. Kemudian, surat-surat berharga pemerintah yang masih berbasis bunga seperti treasury bills dan obligasi pemerintah diganti dengan instrumen yang
sesuai dengan sistem Islam. Selain itu terdapat Strategi lainnya yang di lakukan yaitu: a. Restrukturisasi Sistem Perbankan
Bank of Sudan BOS mengeluarkan kebijakan perbankan komprehensif
untuk tahun 1999-2002, yang menargetkan perkembangan sistem perbankan di berbagai aspek, yaitu:
58
Ibid , hal. 56
Pengembangan manajemen likuiditas. Pengorganisasian pasar valuta asing.
Pengenalan teknologi perbankan. Pengawalan proses Islamisasi sistem perbankan.
Implementasi program restrukturisasi sistem perbankan dimulai tahun 2000 dengan tujuan untuk mendirikan institusi keuangan besar dan sehat dan dapat
menghadapi kompetisi perbankan ditingkat internasional, program ini meliputi beberapa fase yaitu:
Merger Tingkat modal minimum.
Sektor bank pemerintah. Bank komersial.
Bank dengan spesialisasi Cabang bank asing
Pembiayaan macet di sistem perbankan dan Faktor-faktor yang membantu implementasi program.
Program-program di atas masih terus berlanjut setelah tahun 2002.
59
b. Instrumen Manajemen Likuiditas Dalam pengembangan instrumen keuangan perbankan syariah,
pemerintah Sudan mengeluarkan beberapa instrumen nonfiskal syariah dalam rangka pengendalian likuiditas perekonomian. Instrumen pertama ialah
59
Ascarya, Akad dan Pengembangan Produk Bank Syariah, hal. 135
Central Bank Musharaka Sertificates CMCs yang dikeluarkan pada Juni
1998, instrumen ini setara dengan sertifikat bank sentral seperti Sertifikat Bank Indonesia SBI yang menggunakan akad berpola bagi hasil
Musyarakah. Instrumen kedua adalah Goverment Musharaka certificates GMCs
yang dikeluarkan pada kuartal akhir 1998. instruman ini setara dengan Surat Utang Negara SUN yang juga menggunakan akad berpola bagi hasil
Musyarakah. Dan yang ketiga adalah Goverment Invesment Certificates GICs
yang diperkenalkan pada tahun 2003. Invesment ini setara dengan Goverment Bonds
atau obligasi pemerintah yang menggunakan pola bagi hasil. c. Pengembangan Teknologi Perbankan
Dalam pengembangan teknologi perbankan, kebijakan perbankan diarahkan untuk mendirikan jaringan dan pusat tekonologi dan informasi di
BOS. Pengembangan sistem perbankan meliputi sistem cabang, pengawasan dan keuntungan manajerial.
Ada beberapa hal yang mencerminkan karakteristik perbankan syariah di Sudan. Beberapa di antaranya adalah:
1. Sistem Keuangan dan Perbankan. Sudan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh terutama ekonomi
secara bertahap sejak tahun 1984 setelah konversi total lembaga keuangan
sangat diuntungkan karena infrastruktur dan perangkat lain juga dikonversi sehingga hambatan oprasional bisa diminimalkan.
2. Aliran Pemikiran. Mayoritas penduduk muslim menganut mazhab syarifi’i atau maliki.
Pendapat ulama di Sudan pada umumnya sama dengan pendapat ulama timur tengah mengenai aplikasi tentang penerapan prinsip syariah dalam dunia
perbankan. 3. Kedudukan Bank Syariah dalam Undang-undang.
Sejak diberlakukannya syariah Islam di Sudan, undang-undang yang mengatur lembaga keuangan diperbaharui sesuai dengan prinsip syariah.
Undang-undang perbankan yang baru dikeluarkan pada tahun 1991 yang kemudian disempurnakan pada tahun 2003 untuk dapat disesuaikan dengan
perubahan-perubahan perbankan di dalam negeri dan luar negeri, dan undang- undang yang baru memiliki landasan hukum yang kuat untuk menjalankan
operasinya secara syariah penuh. Bank sudan diperkenankan untuk membeli dan menjual aset untuk
mendapatkan untung sehingga pola jual beli dan sewa diterapkan secara menyeluruh. Bahkan, bank memiliki gudang dan inventori barang yang akan
dijualnya secara Murabahah. 4. Kedudukan Dewan Syariah.
Tugas utama dewan pengawas syariah Sharia High Supervisory Board
pada umumnya, antara lain: 1 bertindak sebagai satu-satunya badan
otoritas yang memberikan saran kepada BOS berkaitan dengan operasi perbankan dan lembaga keuangan lainnya; 2 mengoordinasi isu-isu syariah
tentang keuangan dan perbankan syariah; dan 3 menganalisis dan mengevaluasi aspek-aspek syariah dari skim atau produk baru yang diajukan
oleh institusi perbankan dan lembaga keuangan lain. Selain itu keberadaan dewan pengawas syariah di dalam struktur bank
sentral dimaksudkan untuk meningkatkan respon dan efektivitas pengambilan keputusan dan fatwa-fatwa yang berhubungan dengan permasalahan syariah
yang dihadapi oleh perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Dewan pengawas syariah juga melakukan berbagai macam penelitian,
menyelenggarakan konprensi, seminar dan rangkaian pengajaran yang bekerja sama dengan satuan-satuan kerja terkait di BOS, dan menyediakan layanan
konsultasi kepada perbankan dan lembaga-lembaga lainya terkait dengan hukum Islam.
5. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah dan Produknya. Seperti yang telah dipaparkan, bahwa strategi yang digunakan yaitu
memilih pendakatan komprehensif yang bertahap dan tidak melanggar dan serta hati-hati dengan prinsip syariah. Seperti menerapkan bentuk Murabahah
sederhana, dimana bank menyimpan stok barang yang akan dijual, membatasi marjin keuntungan pembiayaan Murabahah, membatasi pangsa Murabahah
dalam portofolio bank dan melakukan penilaian kualitas pembiayaan bagi hasil mudharabah dan musyarakah pada akhir periode. Dengan cara ini
pangsa pembiayaan bagi hasil mudharabah dan musyarakah diperbankan Sudan mencapai 28.9 persen pada tahun 2003, sementara pembiayaan
Murabahah mencapai 44.7 persen. Prestasi yang dicapai perbankan Sudan ini
merupakan pencapaian terbaik dibandingkan perbankan syariah di negara lain.
60
E. Akad Bank Syariah di Sudan