Arief Setyo Jatmiko, 2013 Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam
Penerapan Konsep Dasar Listrik Dan Elektronika Sesuai Standar Kompetensi Di SMK Negeri 4 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sekolah Menengah Kejuruan SMK adalah instansi pendidikan yang berupaya untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, terampil, profesional, dan
berdisiplin tinggi sehingga mampu bersaing di dunia kerja. Sesuai dengan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 pasal 3
mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa
Pendidikan kejuruan
merupakan pendidikan
menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Berdasarkan tujuan tersebut, untuk mempersiapkan peserta didik, diperlukan suatu
metode pembelajaran yang inovatif sehingga mampu membangkitkan motivasi para siswa untuk belajar. Pembelajaran yang berpusat pada siswa Student
Centered merupakan salah satu metode inovatif yang telah disadari oleh para
pengelola institusi pendidikan. Melanjutkan bahasan tentang SMK dan metode pembelajaran, peneliti
berkesempatan melakukan praktik mengajar di salah satu SMK yaitu SMK Negeri 4 Bandung. Menurut pengamatan peneliti, selama melakukan praktik mengajar,
khususnya pada mata diklat produktif, ditemukan hal-hal berikut. 1. Pembelajaran di kelas terpusat pada guru yang memberikan materi
Teacher Centered dan menggunakan metode konvensional.
Arief Setyo Jatmiko, 2013 Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam
Penerapan Konsep Dasar Listrik Dan Elektronika Sesuai Standar Kompetensi Di SMK Negeri 4 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
2. Guru masih dijadikan sebagai satu-satunya sumber belajar aktif sedang siswa sebagai penerima informasi dari guru.
3. Dalam kelas, kebanyakan siswa pasif dalam menanggapi pembelajaran sehingga menyulitkan guru untuk menilai pemahaman siswa.
4. Walaupun siswa telah diberi materi yang sama di mata diklat yang berbeda, siswa sering kali masih tidak memahami materi tersebut dan
berdampak pada praktikum yang akan dilakukan. Hal-hal tersebut tidak mencerminkan metode pembelajaran yang inovatif,
sehingga berdampak pada salah satu mata diklat produktif yaitu PKDLE Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika. Hal ini terlihat dari tingkat
keberhasilan siswa kelas X-C tahun ajaran 2010-2011 dengan nilai KKM 73. Sedangkan nilai rata-rata kelas 67,14 mengindikasikan KKM belum tercapai.
Nilai akhir tertinggi siswa adalah 88, tetapi tidak sedikit siswa yang mendapat nilai rendah dengan nilai akhir terendah 49. Perbedaan selisih nilai terlihat dari
variansi 504,03 dengan standar deviasi 22,45 sehingga persentase siswa yang telah memenuhi nilai KKM pada kelas X-C tahun ajaran 2010-2011 adalah
45,71 SMK Negeri 4 tahun 2010-2011. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas
belum memenuhi kriteria kelulusan minimal. Selain itu, persentase siswa yang memenuhi nilai KKM idealnya diatas 75, tetapi pada kenyataan di lapangan,
hanya ada 45,71 siswa yang mampu memenuhi nilai KKM. Hasil pembelajaran yang masih rendah tersebut diperkirakan karena pembelajaran masih berpusat
Arief Setyo Jatmiko, 2013 Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam
Penerapan Konsep Dasar Listrik Dan Elektronika Sesuai Standar Kompetensi Di SMK Negeri 4 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pada guru sehingga siswa kurang aktif atau merasa kurang terlibat dalam pembelajaran.
Keadaan tersebut terlihat saat pembelajaran konsep dengan menggunakan metode konvensional. Guru tidak bisa menilai pemahaman siswa terhadap materi
yang diberikan karena sikap pasif siswa dan berakibat pada pencapaian nilai KKM. Sikap pasif siswa tersebut dapat terlihat dari indikator berikut.
1. Kerja sama Satu kelompok dengan anggota 5-7 siswa, hanya terdapat satu atau dua
orang yang bekerja dengan giat, sementara anggota lain tidak ikut dalam melaksanakan pengamatan.
2. Sikap dalam pengamatan Dalam satu kelompok, hanya beberapa siswa yang melakukan pengamatan
dengan hati-hati, anggota yang lain hanya memperhatikan dan lebih banyak bercanda.
3. Kejujuran dalam pengumpulan data Kebanyakan siswa hanya mencatat data dari teman sekelompoknya yang
melakukan pengamatan, bahkan ada yang mencatat data dari kelompok lain yang lebih dulu menyelesaikan proyek.
4. Mengkomunikasikan data hasil penyelidikan Seluruh kelompok tidak ada yang mengkomunikasikan datanya dengan
kelompok lain, namun bila terdapat kesulitan beberapa siswa telah berani langsung bertanya kepada guru.
Arief Setyo Jatmiko, 2013 Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam
Penerapan Konsep Dasar Listrik Dan Elektronika Sesuai Standar Kompetensi Di SMK Negeri 4 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Kondisi tersebut berakibat pada tingkat pemahaman siswa, siswa yang aktif pada pembelajaran dinilai lebih memahami materi yang diberikan.
Wina Sanjaya 2007 : 239 menyatakan “Setiap tingkah laku, menurut teori medan bersumber dari adanya ketegangan tension dan ketegangan itu
muncul karena adanya kebutuhan need ”. Apabila kebutuhan tidak terpenuhi,
maka individu akan berada dalam situasi tegang, pemenuhan kebutuhan setiap individu akan membutuhkan interaksi dengan individu lain. Hal ini yang
menyebabkan terbentuknya kelompok. Berdasarkan pernyataan tersebut, kondisi siswa di lapangan diperkirakan dapat diperbaiki dengan model pembelajaran
kelompok. Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah SPK
Strategi Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning. Slavin dalam Wina Sanjaya, 2007 : 240 mengemukakan dua alasan, yaitu.
Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
sekaligus dapat
meningkatkan kemampuan
hubungan sosial,
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat
merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan
Mengacu kepada dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama
ini memiliki kelemahan. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti berminat untuk melakukan penelitian
dengan judul :
Arief Setyo Jatmiko, 2013 Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam
Penerapan Konsep Dasar Listrik Dan Elektronika Sesuai Standar Kompetensi Di SMK Negeri 4 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
“PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PENERAPAN
KONSEP DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA SESUAI STANDAR KOMPETENSI DI SMK NEGERI 4 BANDUNG
”
1.2 Perumusan Masalah