Penyebab diare non infeksius Yang menjadi penyebab diare non infeksius adalah kesukaran makan,
cacat anatomis, malabsorbsi, endokrinopati, keracunan makanan, neoplasma, dan lainnya Subagyo dan Santoso, 2012.
2.1.4. Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya diare adalah kontaminasi lingkungan dan meningkatnya paparan terhadap enteropatogen. Faktor risiko lainnya yaitu anak-
anak, defisiensi imunitas, measles, malnutrisi, dan pemberian ASI eksklusif yang singkatserta tidak memadainya penyedian air bersih, pencemaran air oleh tinja,
kurangnya kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik
Subagyo dan Santoso, 2012.
Mortalitas dan morbiditas terjadinya infeksi dari patogen yang menyerang saluran pencernaan terbanyak terjadi pada anak berumur 5 tahun. Risiko
terjadinya diare meningkat secara drastis ketika anak mulai bisa memakan makanan yang padat. Pada bayi dan anak-anak kejadian paling sering diare
disebabkan oleh infeksi dari rotavirus, sementara anak yang umurnya lebih tua dan dewasa sering terkena infeksi dari norovirus pada kejadian diare
Calderwood, 2011. Risiko terjadinya diare akut lebih tinggi dengan malnutrisi mikronutrien,
pada anak dengan defisiensi vitamin A, risiko menderita diare, measles, dan malaria meningkat sekitar 20-24. Defisiensi Zinc juga sebagai faktor risiko
terjadinya diare, pneumonia, dan malaria sekitar 13-21. Frekuensi terjadinya diare akut akibat dari pemberian nutrisi yang inadekuat yang menyebabkan diare
yang persisten, malnutrisi energy protein, dan infeksi sekunder Bhutta, 2011. Patogen yang menyebabkan diare didapat dari jalur oral-fecal dan untuk
anak-anak secara keseluruhan transmisi penyakit ini terjadi sewaktu di rumah. Ketersediaan air yang terkontaminasi serta kebersihan tangan pada orang tua
ataupun pengasuh menjadi faktor risiko terjadinya penyakit diare Mattioli et al, 2014. Selain itu, lingkungan tempat tinggal mengambil peranan penting terhadap
Universitas Sumatera Utara
kejadian diare. Sebuah studi yang dilakukan di Indonesia khususnya pada masyarakat dengan sosioekonomi rendah pada tahun 2013 menunjukan adanya
hubungan higienitas makanan yang buruk yang disajikan oleh ibu kepada anaknya menyebabkan terjadinya diare pada anak 2 tahun Agustina et al, 2013.
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada anak mempunyai hubungan dengan angka kejadian diare akut. Dari penelitian di dapatkan hasil bahwa
pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare akut pada bayi usia 0-1 tahun lebih banyak kejadian diare pada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif
daripada yang diberi ASI eksklusif Rahmadhani, Lubis, dan Edison, 2013. Pemberian nutrisi yang baik serta pemberian ASI memberikan proteksi terhadap
diare yang disebabkan rotavirus dan diare non rotavirus Salim, Karyana, Sanjaya- Putra, Budiarsa, Soenarto, 2014.
Mikronutrien berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu, mikronutrien juga sebagai faktor protektif pada berbagai penyakit.
Faktor risiko diare cenderung tinggi disebabkan oleh defisiensi mikronutrien. Adapun mikronutrien seperti zinc, vitamin A, dan asam folat merupakan
mikronutrien yang berperan penting dalam terjadinya diare akut pada anak Manger et al, 2011.
Anak dengan immunocompromised lebih rentan terkena berbagai infeksi, termasuk infeksi yang memengaruhi sistem pencernaan yang bisa bermanifestasi
diare, malabsorbsi kronik, gagal tumbuh, dan malnutrisi. Beberapa patogen yang menyebabkan infeksi gastrointestinal, parasit merupakan penyebab utamaatau
komorbid diare pada anak immunocompromised. Prevalensi infeksi parasit saluran penceraan pada anak dengan defisiensi imun dengan terjadinya diare
didominasi oleh infeksi B. hominis dan Cryptosporidium pada pasien HIV Idris, Dwipoerwantoro, Kurniawan, Said, 2010.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Klasifikasi Diare