2.1.5. Klasifikasi Diare
Ditinjau dari Klasifikasi diare
Lama waktu diare Diare akut
Diare kronik Mekanisme patofisiologis Diare osmotik
Diare sekretorik Berat ringan
Diare kecil Diare besar
Penyebab infeksi Diare infektif
Diare non-infektif Penyebab organik atau
tidak Diare organik
Diare fungsional Tabel 2.1. Klasifikasi diare Simadibrata, 2009
2.1.6. Manifestasi Klinis
Gastroenteritis dapat timbul bersamaan dengan gejala sistemik seperti demam, letargi, dan nyeri abdomen. Diare akibat virus memiliki karakteristik
diare cair watery stool, tanpa disertai lendir ataupun darah. Dapat disertai gejala muntah dan dehidrasi yang tampak jelas. Bila ada demam, umumnya ringan
Hegar dan Juffrie,2014. Disentri adalah penyakit infeksi saluran cerna yang melibatkan bagian
kolon dan rektum, dan ditemukan adanya darah dan lendir serta bau busuk pada tinja dan disertai adanya demam. Shigella merupakan prototipe penyebab penyakit
disentri, yang harus dibedakan dari infeksi akibat EIEC, EHEC, E.histolytica, C.jejuni, Y.enterocolitica dan salmonella non-tifoid. Perdarahan saluran cerna dan
kehilangan darah yang terjadi dapat signifikan. Penyakit diare enterotoksigenik disebabkan oleh kuman yang memproduksi enterotoksin seperti V.cholerae dan
ETEC. Demam umumnya tidak ditemukan ataupun hanya demam ringan. Diare umumnya melibatkan organ ileum dengan gejala diare cair watery stool tanpa
adanya darah ataupun lendir dan biasanya berlangsung selama 3-4 hari dengan frekuensi 4-5 kali buang air besar per hari. Terjadinya anoreksia progresif, nausea,
kembung, distensi abdomen, diare cair, intoleransi laktose sekunder dan penurunan berat badan merupakan karakter penyakit giardiasis Hegar dan
Juffrie,2014.
Universitas Sumatera Utara
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini
bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi
merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.
Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik hipernatremik atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat Juffrie, 2012.
2.1.7. Penegakan Diagnosis 2.1.7.1. Anamnesis