BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare 2.1.1. Definisi
World Gastroenterology Organization Global Guidelines
2012mendefinisikan diare akut adalah sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, dan berlangsungnya kurang dari 14
hariWGO, 2012. Diare akut pada anak adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari
3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Untuk bayi yang
minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya
abnormal atau tidak seperti biasanya. Akan tetapi, terkadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan
seperti ini sudah dapat disebut diare Subagyo dan Santoso, 2012. Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar, biasanya
berhubungan dengan peningkatan kandungan air dalam feses. Untuk bayi dan anak-anak jumlah feses yang dikeluarkan 10gkgBB24 jam, atau lebih dari batas
pada orang dewasa yaitu 200g24 jam Sreedharan dan Liacouras, 2011.
2.1.2. Epidemiologi
Insiden dan period prevalen diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 persen dan 7,0 persen. Lima provinsi yang tertinggi
diantaranya adalah Papua 6,3 dan 14,7, Sulawesi Selatan 5,2 dan 10,2, Aceh 5,0 dan 9,3, Sulawesi Barat 4,7 dan 10,1, dan Sulawesi Tengah
4,4 dan 8,8. Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare yaitu 10,2. Karakteristik
diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan 7,6, laki-laki
Universitas Sumatera Utara
5,5 dan tinggal di daerah pedesaan 5,3 KemenKes RI, 2013. Di Langkat 2013, didapati sekitar 15.247 kasus anak yang terjangkit penyakit diare, yang
terdiri dari 2.186 kasus anak1 tahun, 4.771 kasus anak pada rentang umur 1-4 tahun dan 8.290 kasus pada umur 5 tahun DinKes Kab. Langkat, 2014 .
Pada tahun 2009, tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam penanganan awal diare pada balita di puskesmas Kecamatan Ciputat, Tanggerang
selatan, Banten, adalah 6 berpengetahuan baik, 48 berpengetahuan cukup, dan 46 berpengetahuan kurang Purbasari, 2009. Kemudian pada tahun 2010,
tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan diare pada balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, adalah 10.1 dengan pengetahuan baik,
66.7 dengan pengetahuan sedang, dan 23.2 berpengetahuan kurang Assidiqi, 2010. Pada tahun 2013, tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit diare pada
balita di Desa Nglebak Tawangmangu Karanganyar, adalah 8.3 berpengetahuan baik, 69.4 berpengetahuan cukup, dan 22.3 berpengetahuan kurang Purwanti,
2013.
2.1.3. Etiologi
Secara keseluruhan penyebab diare dibagi dalam dua kelompok yaitu diare infeksius dan diare non infeksius. Penyebab infeksi utama timbulnya diare
umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe dasar diare akut oleh karena infeksi adalah non inflamatori dan inflamatori. Menurut World
Gastroenterology Organization global guidelines 2012, etiologi diare akut dibagi atas tiga penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens,
Stafilokokus aureus, Campylobacter
aeromonas 2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum,
Strongyloides stercoralisWorld Gastroenterology Organizsation,
2012.
Universitas Sumatera Utara
Penyebab diare non infeksius Yang menjadi penyebab diare non infeksius adalah kesukaran makan,
cacat anatomis, malabsorbsi, endokrinopati, keracunan makanan, neoplasma, dan lainnya Subagyo dan Santoso, 2012.
2.1.4. Faktor Risiko