Tatalaksana Penentuan Derajat Dehidrasi dan Tatalaksana 1. Penentuan Derajat Dehidrasi

Penilaian A B C Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau tidak sadar Mata Normal Cekung Sangat cekung Air mata Ada Tidak ada Kering Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering Rasa haus Minum biasa tidak haus Haus, ingin minum banyak Malas minum atau tidak bisa minum Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan sedang Bila ada 1 tanda ditambah 1atau lebih tanda lain Dehidrasi berat Bila ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda lain Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C Tabel 2.3. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995 dalam buku ajar IDAI gastroenterologi-hepatologi 2012.

2.1.8.2. Tatalaksana

Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana Pengobatan Diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk panduan WHO. Tatalaksana ini sudah mulai diterapkan di rumah sakit-rumah sakit. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan diare AAP,1997. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat dirumah maupun sedang dirawat dirumah sakit, yaitu Subagyo dan Santoso, 2012 : Universitas Sumatera Utara 1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru 2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut 3. ASI dan makanan tetap diteruskan 4. Antibiotik selektif 5. Nasihat kepada orang tua 1. Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi diare. Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang terutama disebabkan karena disenteri, yang menyebabkan berkurangnya lebih banyak elektrolit tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan oleh karena virus. Diare karena virus tersebut tidak menyebabkan kekurangan elektrolit seberat pada disenteri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih mendekati osmolaritas plasma, sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia Subagyo dan Santoso, 2012. Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang selama ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolaritas ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20 serta mengurangi kejadian muntah hingga 30. Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO 2006 dan UNICEF untuk diare akut non-kolera pada anak Subagyo dan Santoso, 2012. Universitas Sumatera Utara Oralit baru osmolaritas rendah Mmolliter Natrium 75 Klorida 65 Glucose, anhydrous 75 Kalium 20 Sitrat 10 Total osmolaritas 245 Tabel 2.4 Komposisi Oralit Baru WHO, 2006. Ketentuan pemberian oralit formula baru : a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan 24 jam c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan sebagai berikut : Untuk anak berumur 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB Untuk anak 2 tahun lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus dibuang. 2. Zinc Diberikan Selama 10 hari Berturut-Turut Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir karena memiliki evidence based yang bagus Black, 2013. Pemberian zinc yang dilakukan di awal masa diare selama 10 hari kedepan secara signifikan menurunkan mortalitas dan morbiditas pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah tinja cairan yang dikeluarkan Subagyo dan Santoso, 2012. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti oksidan, Universitas Sumatera Utara perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi Subagyo dan Santoso, 2012. Dasar pemikiran penggunaaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran ceran dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus. Pengobatan dengan zinc cocok diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc didalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitas yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrai pada anak Subagyo dan Santoso, 2012. Dosis zinc untuk anak-anak: Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg 12 tablet per hari Anak diatas umur 6 bulan : 20 mg 1 tablet per hari Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Menurut Qadir, Arshad, dan Ahmad 2013 pemberian zinc pada anak dapat mengurangi risiko berulangnya penyakit diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit Subagyo dan Santoso, 2012. 3. ASI dan Makanan Tetap Diteruskan Makanan terus diberikan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi Universitas Sumatera Utara yang hilang. Pada diare yang berdarah, nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan Subagyo dan Santoso, 2012. 4. Antibiotik Selektif Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare yang sulit untuk disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik, serta menambah biaya pengobatan yang tidak perlu. Pada penelitian multipel ditemukan bahwa telah terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotik yang sering dipakai seperti ampisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan trimetropim sulfametoksazole dalam 15 tahun ini. Resistensi terhadap antibiotik ini terjadi melalui mekanisme berikut: inaktivasi obat melalui degradasi enzimatik oleh bakteri, perubahan struktur bakteri yang menjadi target antibiotik dan perubahan permeabilitas membran terhadap antibiotik Subagyo dan Santoso, 2012. 5. Nasihat Pada Ibu atau Pengasuh Berikan nasihat pada ibu atau pengasuh apabila terjadi demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari Subagyo dan Santoso, 2012.

2.1.9. Pencegahan Diare

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

3 72 120

Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

1 45 64

Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Pengunjung POSYANDU Desa Sukasari Mengenai Penanganan Diare Akut Pada Balita Tahun 2012

0 3 72

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN PENANGANAN DIARE PADA BALITA SELAMA Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Penanganan Diare Pada Balita Selama Di Rumah Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Islam Surakarta.

0 2 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN PENANGANAN DIARE PADA BALITA SELAMA DI RUMAH Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Penanganan Diare Pada Balita Selama Di Rumah Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Islam Surakarta.

1 2 16

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Faktor Risiko Serta Penanganan Awal Diare Akut Pada Anak di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare 2.1.1. Definisi - Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Faktor Risiko Serta Penanganan Awal Diare Akut Pada Anak di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

0 0 20

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG FAKTOR RISIKO SERTA PENANGANAN AWAL DIARE AKUT PADA ANAK DI KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT

0 0 16

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN LARUTAN GULA GARAM DENGAN PENANGANAN DIARE PADA IBU BALITA DI KRAJAN II SECANG MAGELANG NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Pemberian Larutan Gula Garam dengan Penanganan Diare pada Ib

0 0 12

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN TATALAKSANA TERAPI DIARE DI RUMAH PADA BALITA DI KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS

0 0 18